Apa yang harus saya tuliskan ketika tidak ada yang terlintas dalam pikiran? Benar-benar tidak ada yang ingin saya sampaikan. Atau sebenarnya ada tapi saya belum tahu. Atau saya sedang lupa?
Biasanya kalau sedang di kantor malah banyak ide berkeliaran. Maunya menulis. Giliran lagi santai jadi ogah-ogahan menulis. Soal menulis ini mungkin sudah mengalir dalam darah saya dan adik laki-laki saya satu-satunya. Saya yakin ini semua ada hubungannya dengan profesi bapak saya waktu muda dulu (sebenarnya kerja sambilannya dia sambil kuliah) yaitu karyawan Manado post dan profesi ibu saya (sambilan juga karena setelah menikah dia memilih jadi ibu rumah tangga sepenuhnya) sebagai editor di Manado Post. Jadi ketika itu Bapak saya yang cari berita ditulis, ibu saya yang edit-edit dan atur lay out nya di koran. Dari sanalah bibit -bibit cinta mereka bersemi. Aihhh..
Saya juga yakin sesungguhnya ibu saya sangat menggilai buku. Ketika sedang mengujungi adik saya di Bandung dan ditinggal masuk kuliah ibu saya merasa bosan di kos-kosan adik saya sendiri tanpa melakukan apapun. Jadilah diktat kuliah dibacanya. Ibu saya itu hanya lulusan SMA. Tahu tidak adik saya kuliah nya apa? Teknik Fisika. Jadi bagaiman ibu saya mengerti. Mendapati sang ibu membolak balik diktat kuliah keesokan harinya adik saya membawakan majalah kampus untuk beliau baca.
Kalau bapak saya jangan ditanya. Mulai koran sampai berita elektronik dilahapnya semua. Sampai-sampai novel pertama saya dibuku tulis sekolah yang saya tulis pakai pulpen dibacanya juga. Kan saya malu!
Kalau sedang tidak mood menulis seperti ini, saya jadi teringat masa-masa SD saya bersama adik semata wayang. Kami rajin menabung karena tiap minggu ketagihan beli komik bekas di Toko loak. Komik bekas karena bisa dapat banyak dibanding kalau beli komik baru di Toko buku. Dari komik, kami beli cerita rakyat. Rasanya cerita rakyat 27 provinsi (waktu saya SD kalau tidak salah provinsi masih 27) lengkap semua. Setelah koleksi lengkap, kami beralih ke 25 cerita nabi. Setelah itu lengkap, bapak saya di kabari oleh temannya yang bekerja di perpustakaan kota manado bahwa ada buku bagus. Kisah kisah teladan mulai dari abu nawas sampai kisah sahabat nabi. Setiap ada seri terbaru yang masuk bapak saya selalu pinjam di perpustakaan kota tanpa mengembalikannya (jangan ditiru ya.hehe).
Lalu karya sastra pertama yang saya baca (sampai dua kali) adalah "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" saya temukan bukunya di perpustakaan SMP saya. Karena jatuh cinta pada tulisan tersebut saya memutuskan menyimpan buku itu di rumah alias nggak dibalikin lagi (sekali lagi jangan ditiru.hahah).
Cerpen pertama saya berjudul Tupai yang Baik Hati dibaca oleh Ibu dan beliau bilang bagus. Itu saya tulis ketika SD. Cerpen pertama saya yang masuk majalah sekolah judulnya "Kamu Cantik, Marrylin" sukses membuat saya dimusuhi oleh sahabat SMA saya, Marrylin, karena itu curhatannya dia semua.heheh
Cerpen pertama saya yang di muat di surat kabar lokal berjudul " Actio", Bikin gondok karena koran lokal itu tidak memberi kabar ketika memuat cerpen saya itu. Sudah nggak dikabarin, nggak dapat honor pula. Hehe.
Cerpen pertama saya yang menembus tabloid nasional (tabloid Teen) berjudul cowok "Turtle Neck" diberi honor Rp.150.000. Senang sekali rasanya. Tahun 2005, uang segitu banyak kan untuk ukuran anak ingusan macam saya.
Setelah itu saya vakum menulis.
Lalu cerpen berikutnya yang dimuat di majalah nasional lahir. Tahun 2013. Itu ketika sudah bekerja berjudul "Bukan Gadis Bugis" dimuat di majalah CHIC yang ketika itu foto covernya Taylor Swift yang mana adalah penyanyi favorite saya pakai banget! Senangnya dobel apalagi honornya lumayan buat traktir teman kantor. Hehe.
Hmmm,, apalagi ya.... Oh ya, suami saya tidak suka membaca. Jadi tidak pernah ada satupun cerpen saya yang dibacanya sampai habis. Sebagai gantinya dia minta diceritakan. Sejak saya kenal suami saya ini, satu-satunya buku yang seperti nya tuntas dia baca (selain diktat kuliahnya) hanya satu. Itu, yang judulnya Rich Dad Poor Dad (eh, betul kan begitu judulnya).
Hmm..apa lagi ya.. Saya benar-benar tidak tahu harus menulis apa.
#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#HariKeSembilan
Yaelah mb sab, itu udah nulis 11 paragraf (kalo nggak salah itung), masih bilang mau nulis apaan, beuhhh --' wkwkwkwk
ReplyDeleteTernyata ada benih2 menulis sejak masih kecil yaa :o
Wah ternyata memang bakat menulisnya menurun ya mbak
ReplyDeleteWaaah...mmg dah bakat turunan rupa nya..:). Asiiik..lagi ga mood aja nulis bs sgini panjangnya.., bravo mb sabrina..:)
ReplyDelete