Garis-garis usia di wajah tuamu, Ayah, seperti ruas-ruas jalan yang menyimpan cerita. Di sana ada aku bayi yang tidak pernah berhenti menangis dan kau malah tersenyum merekam tingkahku dalam memorimu. Dalam hati kau berjanji besok kerja lebih keras lagi untuk beli mainan baru.
Di satu garis lagi ada aku kanak-kanak yang selalu minta jalan-jalan dan bertanya ini itu. Kau tidak pernah lelah menggendongku di pundakmu dan menjawab tiap pertanyaan tidak penting dengan sabar. Di suatu garis lagi ada aku remaja yang terkadang membakang dan malas belajar hingga kau geram karena nilaiku kurang memuaskan. Tapi kau tetap tidak berhenti membanggakan. Ini anak gadisku yang tidak pernah bolos sekolah.
Tiap kerutan di wajahmu menandai usiaku, Ayah. Di sana ada aku yang kau hadiri wisudanya meski sambil berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Di sana ada aku yang kau tangisi pernikahannya karena setelah ijab kabul berarti kau melepasku pada lelaki lain yang belum juga kau yakini kesanggupannya merawatku.
Ayah, ketika takdir tidak begitu baik padamu maka ingatlah kau memiliki anak gadis yang sungguh mengagumi kedalaman ilmumu yang seperti sumur tidak berdasar. Ketika hidup agak kejam padamu maka ingatlah kau memiliki anak gadis yang mensyukuri segala harta benda yang telah kau belanjakan untuk mencukupi kebutuhanku hingga dewasa. Bahkan masih sering pula kau mengantarku pulang pergi ke kantor sedewasaku ini.
Aku sadar sebagai anak belum juga terbilang soleha. Aku tidak bisa menjanjikan mahkota emas di surga untuk kau kenakan, aku tidak menjanjikan menjemputmu di pintu surga. Justru aku mengharapkan keridhoanmu, Ayah. Cuma lantunan doa di tiap-tiap ujung sujudku yang kupanjatkan mengangkasa. Berharap usiamu masih panjang, kesehatanmu masih panjang,rejekimu masih panjang untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa dalam hidupku selanjutnya, meski itu berarti menambah garis usia di wajahmu.
Ketika takdir tidak begitu baik padamu, Ayah. Maka ketahuilah bahwa segalanya baik-baik saja.
#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#HariKeLimaBelas
Mbak Sabrinaaaaa...dirimu bikin Uni ingat Papa niiih..(jadi pengen pulang kampung)..hikz..
ReplyDeleteMbak Helen. Ayoo minta ijin sama Uda buat temui papanya jika memang sudah kangen. Hehehe. Alhamdulillah kalau saya masih serumah sma papa..:)))
DeleteMewek baca ini :'(
ReplyDelete