Dulu saya adalah seorang traveller. Sejak lahir saya adalah traveller.
Saya tidak hendak bilang kalau sekarang saya bukan lagi traveller. Tapi entah kenapa rutinitas (sebagai banker di salah satu perbankan pemerintah) dan status sebagai istri dari seseorang membuat sisi traveller saya itu sedang berhibernasi.
Saya juga tidak hendak bilang kalau perubahan 'marital status' di KTP mu itu secara drastis juga akan merubah gaya hidupmu, tapi untuk kasus saya, si ganteng (suami saya) sangat khawatir kalau saya kemana-mana tanpa dia. Lebih khawatir daripada orangtua saya.
Hari ini, Berdasarkan saran
kunca saya membaca sebuah thumbler milik Windy. Penulisnya adalah seorang
traveller dan juga seorang editor. Kalian bisa baca tulisannya di
sini. Intinya, dia sanggup mengorbankan apapun untuk impian-impian dan pencapaian pribadinya. Pesan yang saya dapat setelah membaca beberapa tulisannya adalah :
1. Kejar dan kerjakanlah mimpi-mimpimu. Karena kata windy mimpi tanpa aksi hanya menciptakan ilusi.
2. Kerjakan sekarang. Jangan urung karena takut. Sebab di masa datang, yang paling banyak kamu sesali adalah hal-hal yang
TIDAK kamu kerjakan dibanding hal-hal yang kamu kerjakan.
Berangkat dari sebuah tumblr dan sedikit perbincangan dengan teman kantor di dalam mobil ketika sedang mengunjungi nasabah, maka jiwa travellerku sepertinya mulai terjaga dari hibernasi panjang. Mungkin saya tidak bisa segila Windy yang rela mengundurkan diri dari pekerjaannya jika permohonan cuti 35 hari tidak dikabulkan, atau mungkin saya juga belum seberani Windy yang telah melanglangbuana hingga ke pelosok-pelosok maroko dan seoul. Tapi setidaknya saya pernah melakukan perjalan 3 hari 2 malam Makassar-Jakarta-Bandung-Semarang-Jakarta-Manado dengan hanya berbekal duit 1,5 Juta dari hasil bongkar celengan semasa kuliah dulu.
Menyenangkan!
|
Foto dan catatan perjalanan 3 hari 2 malam |
|
Kediri-Jogja-Bali (di lain kesempatan) |
Memang benar, di lain kesempatan ketika masih berkuliah dulu saya juga pernah menghabiskan liburam semester ala backpacker (sambil belajar bahasa inggris) di kampung inggris-Pare, Kediri. Dilanjutkan dengan menyelinap ke Jogja dan menyebrang ke Bali.
Seperti yang saya katakan, sejak lahir saya sudah terbiasa berpindah-pindah dan melakukan perjalanan. Akan saya uraikan seperti ini :
1. Lahir di Lamongan,Jawa Timur.
2. Bersekolah sampai kelas 2 SD di Aileu Timor-Timur.
3.Bersekolah sampai kelas 4 SD di Dili, Timor-Timur.
4.Transit di Ambon saat menuju ke Manado tahun 1999.
5. Bersekolah sampai kelas 3 SMA di Manado.
6. Kuliah 4 tahun di Makassar.
7. KKN 2 bulan di Pinrang.
8. Magang 6 bulan di Sorowako.
9. Pelatihan 2 bulan di Jakarta.
Di antara perjalanan-perjalan hidup yang memang harus saya tempuh itu, saya pun bepergian ke tempat-tempat lain atas dasar sukarela (hahahah)
- Ke rumah nenek dan keluarga besar di gresik, nganjuk dan lamongan.
-Mengikuti kegiatan kemahasiswaan di Maros, Pangkep, Soppeng,Malino
bahkan pulau Baranglompo sampai-sampai senior bosan liat muka saya. Mau
bagaimana lagi? Saya hoby jalan. Dan dengan ikut kegiatan mahasiswa, perjalanan saya dibayarin alias gratis.
-Menghabiskan 3 idul adha berturut-turut di Pangkep, Palopo dan gowa serta Takalar.
-Perjalan 3 hari 2 malam Jakarta-Bandung-Semarang.
-Backpacker 2 Minggu Kediri-Jogja-Bali. Perginya naik kapal dari
makassar. Baliknya naik pesawat karna nggak tahan ombak. Hahahah
-Nyasar ke bogor sewaktu pelatihan di Jakarta.
Saya pernah kemana lagi? Sementara baru itu dulu yang saya ingat.
Semoga lain kali saya bisa melanglangbuana lebih jauh lagi. Bersama si ganteng tentu saja. :D
Nanti, ketika rutinitas saya adalah sebagai penulis bukannya banker.