Hari Sabtu kemarin kantor saya mengadakan seminar motivasi yang dibawakan secara menarik dan atraktif oleh seorang motivator bernama Remaja Tampubolon. Kalau googling namanya pasti akan banyak link merujuk ke beberapa judul buku. Ya, selain motivator, beliau adalah penulis buku dan juga merupakan mantan petinggi salah satu bank swasta. Saya tidak tahu (dan juga beliau tidak cerita) soal bagaimana kisahnya dari seorang pegawai bank bertransformasi menjadi seorang motivator dan juga penulis beberapa buku motivasi best seller.
Yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini adalah poin-poin penting materi motivasinya yang sepertinya dapat diterapkan dalam dunia kepenulisan.
Kata Bang Jaja (sapaan akrab pak Remaja Tampubolon), ada 4 hal yang membuat kita tidak dapat melakukan perubahan, sehingga boro-boro dapat mencapai target, menyamai target sebelumnya pun akan sulit. 4 hal itu adalah marah, takut, hidup di masa lalu dan hidup di zona nyaman.
Tidak ada kesuksesan yang terulang dengan menggunakan strategi yang sama. Sederhananya, jika tahun ini kita sukses meraih suatu pencapaian dengan strategi A, tahun depan dapat dipastikan kita tidak akan lagi meraih kesuksesan yang sama jika menggunakan strategi A kembali. Sebabnya, tantangan lebih besar, pesaing lebih banyak, tuntutan lebih beragam.
Yang dimaksud dalam seminar tersebut adalah mengenai kinerja pemasaran produk kantor saya. Namun, hal ini dapat diterapkan dalam dunia kepenulisan. Jika tahun ini kita telah menjual novel best seller dengan strategi tertentu yang kita miliki misalkan, riset yang mendalam, memiliki komunitas untuk pemasaran yang luas,ide cerita yang unik, penerbit yang bersahabat, kemudian novel kita meledak di pasaran.
Tahun depan dengan strategi yang sama kita tidak akan mencapai kesuksesan yang sama sebab penulis novel dengan tema yang unik sudah lebih banyak, persaingan di penerbit semakin ketat, tuntutan pembaca semakin beragam. Bisa jadi tahun lalu novel dengan genre romance menjamur, namun tahun ini telah bergser ke genre science fiction.
Sekarang, saya ingin menguraikan sedikit (mungkin agak banyak ke 4 hal yang membuat kita tidak bisa berubah dan mungkin membuat penulis best seller tidak lagi menghasilkan karya yang spektakuler) yakni :
1. Rasa Marah
Rasa marah bersifat merusak. Dalam kepenulisan, rasa marah dapat ditimbulkan oleh banyak hal. Ide yang tak kunjung menyala, sudah punya ide mood nya terbang entah kemana, sudah punya mood nggak tau endingnya mau dibawa kemana. Akhirnya dead line lewat begitu saja. Segala hal itu membuat marah dan kesal. Kalau berlarut-larut tulisan bisa jauh dari kata selesai. Ketika menghadapi perasaan marah, berhentilah menulis! Membacalah, berceritalah dengan sahabat, jalan-jalanlah, makanlah. Lakukan kegiatan yang kita sukai.
2. Rasa Takut
Saya menafsirkannya sebagai rasa tidak percaya diri. Tidak percaya diri pada tulisan kita. Merasa tulisan kita jelek, tidak mutu, dangkal, kerdil, justru tidak akan menghasilkan apapun. Saya teringat status salah satu junior saya di kampus dulu yang hobi banget jalan-jalan pakai Air Asia (karena tiketnya sangat terjangkau bagi kantung mahasiswa) bahkan ketika ada insiden peswat Air Asia Surabaya-Singapur yang crash dia tidak takut dan tetap bersemangat browsing tiket murah. Ketika banyak yang menanyakan apakah dia tidak trauman naik Air Asia,dia update status "Fear gets you nothing". Ketakutan tidak akan membawamu kemanapun. Ketakutan tidak akan memberimu apapun.
So, beranilah! Percayalah pada tulisanmu. Bagaimana mau jadi penulis best seller jika mengirimkannya ke penerbitpun kamu masih malu.
3. Hidup di Masa Lalu
Kesalahan terbesar penulis best seller adalah larut dalam euforia kejayaan masa lalu. Sekali tulisannya berjaya di pasaran, dia tidak mau lagi belajar, tidak mau lagi menambah pengetahuan, enggan dikritik, enggan diberi saran. Merasa diri paling hebat.
Sungguh, sekalipun tulisanmu adalah satu-satunya di dunia ini karena idenya begitu unik, lepaskanlah jubahmu, kosongkanlah gelasmu. Belajarlah lagi dan lagi, lebih dan lebih. Sejago apapun kami menulis, kamu tidak akan menang melawan perubahan. Jangan terlalu berlarut-larut menikmati kejayaan.
4. Hidup di Zona Nyaman.
Bang Syaiha, pendiri komunitas menulis One Day One Post pernah berpesan," Celakalah orang yang menulis hanya karena mood". Ya, itu 100% benar. Ide yang bermunculan, alur yang mengalir, diksi yang meletup-letup, genre yang dikuasai, mood yang mendukung adalah zona nyaman bagi seorang penulis. Tentu saja dengan keadaan seperti itu akan lahir karya yang spektakuler. Namun keadaan demikian sangat jarang terjadi. Ditambah tuntutan pembaca yang semakin beragam. Kalau mau jadi penulis, janganlah hanya hidup di zona nyaman.
Penulis itu adalah orang yang tetap berkarya dikala ide sedang pas-pasan, genrenya tidak dikuasai (sebab dituntut mengikuti permintaan pembaca), alurnya maju mundur (cantik).
Jadi, janganlah takut memberikan target pada diri sendiri. Janganlah takut menantang diri sendiri. Kalau biasanya menulis romance yang merah muda, cobalah tulis romance thriller (bagaimana itu ya?) atau romance depresi, atau romance religi, atau misteri yang 180 derajat berbeda.
Demikianlah uraian singkat (apa?! Singkat?) mengenai 4 hal yang dapat membuat penulis (bahkan penulis best seller sekalipun) tidak berubah ke arah yang lebih baik.
Berikutnya ada 5 hal yang akan membantu penulis mencapai kesuksesannya. Apa sajakah itu? Nantikan ulasan saya di postingan berikutnya.
#OneDayOnePost