Setelah cukup lama membiarkan buku KonMari begitu saja di rak buku tanpa berniat menyelesaikannya, entah kenapa di tenga-tengah sedang membaca novel Crazy Rich Asians, saya malah tergoda untuk menamatkan KonMari.
Saya pikir, saya harus segera membenahi setidaknya kamar tidur saya sebelum kehamilan saya bertambah besar dan anak kedua saya lahir.
Btw, kalau ada yang belum familiar dengan buku KonMari yang saya maksud, bisa cek postingan saya di sini :
Dan di sini :
Singkatnya KonMari adalah salah satu metode berbenah yang dicetuskan oleh seorang wanita berkebangsaan Jepang bernama Marie Kondo. Dia sudah terobsesi dengan seni berbenah ini sejak usia 5 tahun. Wow banget kan? Saya 5 tahun masih terobsesi sama es mambo yang dijual di halaman SD. ๐
Jadi, Marie Kondo melalui tahapan demi tahapan hidupnya dengan membaca berbagai literatur tentang seni berbenah dan menyimpan barang. Mulai dari teori singkirkan satu barang ketika membeli satu barang lainnya, metode mengoptimalkan space di ruang sempit, hingga metode menghitung jumlah baju ideal yang seharusnya seseorang miliki.
Namun semua hal di atas itu tidak berhasil bagi dirinya hingga dia akhirnya menemukan suatu metode yang dia paparkan dengan sangat detail pada buku yang sedang saya baca ini.
Dalam metode KonMari, penting untuk mengikuti step by step dalam berbenah. KonMari menginstruksikan kita agar dapat membenahi barang dengan urutan sebagai berikut :
1. Pakaian
2. Buku
3.Kertas
4.Komono
5. Barang-barang bernilai sentimental
Yang dimaksud Komono adalah pernak-pernik kecil seperti asesoris, perhiasan, souvenir, hadiah, dsb.
Dalam besaran kategori di atas, juga terdapat sub kategori, misalkan pakaian terdapat sub kategori atasan dan bawahan. Nah, dengan semangat 45, tanpa menunggu menamatkan bukunya, saya langsung mempraktekkan seni berbenah itu.
Mata saya langsung nyalang menatap ke lemari. Saya perlu membongkar lagi isinya. Sebelum ini, saya sudah pernah membongkar isi lemari saya dan menyingkirkan hampir sepertiga isinya. Tapi, entah kenapa saya merasa perlu melakukannya sekali lagi hanya untuk memastikan bahwa tidak ada barang-barang yang tidak saya inginkan dan tidak saya butuhkan di dalamnya.
Hasilnya, saya berhasil menyingkirkan 3 buah pakaian yang sudah bertahun-tahun tidak pernah saya pakai namun masih saya simpan. Lumayan. Btw, pakaian itu saya kasih ke orang yang sekiranya masih mau. Supaya tidak terkesan mubazir, kamu bisa bikin garage sale, menyumbang ke panti asuhan atau lembaga sosial lain yang sekiranya membutuhkan.
Hal yang patut digarisbawahi dalam hal meyingkirikan barang-barang adalah :
1. Lakukan seorang diri.
Jangan biarkan orang lain terlibat dalam proses berbenahmu, terutama Ibu, karena mereka hanya akan membuatmu semakin berat merelakan pakaian yang sebenarnya sudah tidak kamu butuhkan itu. Biasanya seorang Ibu akan merasa sayang melihat tumpukan pakaian yang akan disingkirkan lalu mulai mengambil beberapa lembar dari sana dengan dalih masih layak dipakai. Padahal kenyataannya, pakaian itu pun takkan pernah dipakai ibumu dan malah menumpik di lemarinya.
Saya sudah berulangkali mengalami hal ini, jadi penting untuk menegaskan ke Ibumu bahwa pakai-pakaian itu sudah kamu niatkan akan kamu sumbangkan, atau kamu berikan kepada orang lain.
2. Jangan berikan kepada adik sebagai hadiah.
Kata Marie Kondo, begitu banyak kliennya yang tidak tega menyingkirkan pakaian mereka, padahal mereka pun tak pernah menggunakannya, sehingga menjadikan dalih untuk memberikan pakaian tersebut pada adiknya. Ini biasa terjadi pada klien perempuan yang memiliki adik perempuan. Padahal si adik belum tentu memiliki selera yang sama dengan kakaknya, sehingga yang terjadi adalah baju-baju tersebut kemudian hanya berakhir sebagai tumpukan di lemari sang adik.
Hal ini tidak terjadi pada kasus saya karena adik saya laki-laki dan tidak tinggal satu kota dengan saya.
3. Jangan mengalihfungsikan sebagai baju rumah.
Ketika ada pakaian bagus yang kita beli dan ternyata hanya dipakai sekali ke pesta dan tidak pernah dipakai lagi karena mendadak kita tidak nyaman, jangan sekali-sekali menunda untuk menyingkirkannya dengan dalih akan dikenakan sebagai baju rumah sebab sayang pakaian bagus sudah dibeli malah disingkirkan.
Coba ingat-ingat lagi perasaan kita ketika membelinya. Mungkin kita tertarik ketika pakaian tersebut terpajang indah di manekin toko, atau tergantung sedemikian anggun di hanger mall. Ketika telah membeli dan mengenakannya, mendadak kita merasa tidak nyaman. Jangan pernah ragu untuk menyingkirkan pakaian tersebut karena sesungguhnya pakaian itu telah memenuhi fungsinya yakni menyenangkan hati kita ketika membeli. Tidak lebih.
Dalam buku KonMari selalu ditegaskan pentingnya untik fokus pada benda-benda yang ingin kita simpan. Ia menyebutnya benda-benda yang membangkitkan kebahagiaan. Dan bukannya fokus pada apa yang kita akan singkirkan.
Marie Kondo selalu menginstruksikan untuk menyentuh setiap benda yang kita miliki lalu bertanya pada diri sendiri apakah benda ini membangkitkan kebahagiaan, ataukah telah selesai memenuhi fungsinya sehingga lebih baik disingkirkan saja?
Dalam hal pakaian tanyakan pada dirimu berulangkali, apakah kamu benar-benar bahagia menyimpannya? Jika kamu bahagia, kenapa kamu tidak pernah menggunakannya? Pakaian yang sudah 2 tahun tidak pernah dikenakan lagi harus disingkirkan saat itu juga. Jangan membebani dirimu, jangan pula membebani pakaian itu karena tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya untuk dikenakan dan justru malah hanya teronggok di sudut lemari.