Demi menyambung postingan di Sini, maka saya akan memberikan tips berikutnya yang saya terapkan dalam menulis cerpen.
2. Paragraf pertama yang memikat
Yup! Setelah memikirkan judul yang menarik, tugas kedua kita sebagai cerpenis adalah menyuguhkan paragraf pertama yang memikat siapapun yang membaca.
Sama pentingnya dengan judul, paragraf pertama ini juga turut menentukan nasib tulisan kita. Dibaca sampai ending atau di eliminasi ke tempat sampah.
Nah, dari hasil browsing sana-sini, ada beberapa kata yang WAJIB dihindari digunakan sebagai kata pembuka di paragraf pertama suatu cerpen, yaitu; 'pada suatu hari', 'Teng..Teng..bel sekolah berbunyi', 'once upon a time', 'di suatu masa'. Ya, pokoknya kalimat-kalimat seperti itulah. Kata orang-orang yang sudah malang melintang di dunia cerpen, hal itu sangat klise, umum, membosankan, de es te.
Lalu, apa yang harus kita tuliskan di paragraf pertama? Seperti yang saya bilang, sesuatu yang memikat. Mari kita bahas dalam contoh kasus (sok banget yaa..hahha).
Case 1.
Pada suatu ketika hiduplah seorang petani dan istrinya di dalam hutan. Sehari-harinya mereka ke sawah untuk menanam padi. Jarak antara sawah dan gubuk mereka sangat jauh sehingga mereka harus berjalan kaki berjam-jam. Hari itu seperti hari biasanya. Pak tani memikul cangkul dan bu tani menjinjing bekal makan. Mereka berjalan beriringan menuju sawah. Lalu tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara tangis bayi. "Oek..oek..oekk". Langkah keduanya terhenti seketika.
Case 2.
Tidak ada yang berbeda di hari itu. Pak Tani dan Bu Tani berjalan beriringan menuju sawah. Pak Tani memikul cangkul sedangkan Bu Tani menjijing bekal makan siang. Namun tiba-tiba langkah mereka terhenti. Dari kedalaman hutan Yang gelap terdengar tangis bayi. "Oeek..oeek".
Dalam kedua contoh kasus, sama-sama menceritakan tentang Pak Tani dan Bu Tani yang mendengar tangis bayi ketika dalam perjalanan menuju sawah. Namun, ada yang terasa berbeda bukan? Mana kira-kira pembukaan paragraf yang lebih enak dibaca? Yup! Tentu saja pada case 2.
Biasanya untuk paragraf pertama, saya menggunakan kalimat kalimat yang pendek, mengurangi detail (ingat! Cerpen tidak membutuhkan terlalu banyak detail seperti pada novel) dan langsung menghadirkan kejutan. Paragraf pertama harus meninggalkan kesan sehingga membuat pembaca dengan sukarela melenggang ke paragraf-paragraf setelahnya.
3. Lakukan Riset!
Meski menulis sesuatu yang fiktif, kita tidak boleh malas melakukan sedikit riset tentang tema yang akan diangkat. Fakta adalah nyawa pada tulisan fiksi.
Contoh sederhananya adalah, misalkan kita ingin menuliskan cerita tentang serangan ikan piranha. Setidak-tidaknya kita harus tahu bagaimana bentuk ikan piranha itu, dimana habitatnya, bagaimana cara dia memangsa. Itu semua membutuhkan riset.
Tanpa riset bisa saja kita menuliskan tentang serangan ikan piranha dengan latar dengan latar danau toba. Memangnya ada ikan piranha yang hidup di danau toba?
Riset yang mendalam juga sangat berguna ketika kita hendak menulis dengan latar belakang tempat yang belum pernah kita kunjungi. Salah seorang penulis novel, yang menulis novel berlatar Frankfrut, namun belum pernah sama sekali kesana, merasa perlu mendownload foto-foto kota Frankfrut dari Google Dan memandanginya berlama-lama supaya bisa mendapatkan penggambaran visual yang baik tentang bagaimana kondisi kota itu sebenarnya.
Saya sangat mengandalkan mbah Google ketika harus menulis dengan tema tertentu yang tidak saya kuasai. Riset yang saya lakukan bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Semakin lama riset saya, biasanya saya semakin PD untuk menulis. Semakin lama riset yang saya lakukan biasanya semakin cepat tulisan saya selesaikan.
Demikianlah, sekian dulu tips menulis cerpen Ala-ala Kali ini.
See you next post, soon...:)
#OneDayOnePost
#HariKeDuaBelas