Kata - kata yang memendek.
Bibir yang mengatup.
Hening yang membantu.
Ah, kadang aku merasa kau brengsek!
Aku hanya ingin membebaskan gagasan
Yang terbenam begitu jauh tanpa harapan.
Dan aku inginkan kau ada mengulas senyuman
Bukannya memandang sinis dengan tatap bosan.
Tahukah kau waktu tak pernah berhenti sedetikpun?
Baik waktuku dan waktumu.
Tapi masihkah kau berniat memberiku racun?
Racun hidup yang membuat otak dan sendiku kaku.
Bebaskan!
Bebaskan dirimu dari beban sehingga kau bisa membebaskanku!
Enyahkan!
Segala aral yang menghalau jalan ku, jalan mu!
Kadang kulelah berbaring tanpa tubuhmu di sampingku.
Kadang sempit menghimpit kala kedua bola matamu menghujam wajahku.
Kadang kubutuh spasi yang lebih panjang menikmati ketiadaanmu.
Tapi lebih sering kurapuh memikirkan ketidakhadiranmu.
Tapi bibir merahmu masih saja mengatup.
Kutahu hatimu bergemuruh.
Ada gelisah yang ingin kau bunuh.
Sendirian. Sebab memang aku tak mampu.
Selamatkan dulu dirimu.
Lalu raih tanganku sebelum aku tenggelam dalam kubangan racun yang sering kau hadirkan tanpa sepengetahuanku.
Manado, 06 oktober 2014.
3.14 WITA