Wednesday, March 30, 2016

Perjalanan Menuju Kenangan (Part 2)

Saya sudah 'diramalkan' akan menikah dengan orang Bugis dari Pinrang 6 bulan sebelum bertemu dengan laki-laki yang saat ini jadi suami saya. Ketika itu saya sedang KKN di Kab.Pinrang Sul-Sel tempat kelahiran suami saya, sedangkan ketika itu suami saya KKN di Kab. Sidrap. Bayangkan! Kami KKN di waktu yang bersamaan. Tapi saat itu kami belum saling mengenal dikarenakan meski satu fakultas, kami beda jurusan. 

Di posko KKN saya, terdiri dari 10 orang (kalau tidak salah ingat) dari berbagai jurusan angkatan, dimana wanitanya hanya 2 dan sialnya saya angkatan paling bontot. Angkatan 2007 sementara yang lainnya 2006, 2005 dan 2004. 

Teman KKN saya yang juga wanita bernama Arni, angkatan 2006 geologi dan pintar banget masak. Sayangnya, dia jarang sekali berada di lokasi KKN karena saat itu juga sedang mengambil kuliah lapangan yang membuat dia harus sering bepergian.

Ketika Arni pergi, saya benar-benar habis di bully. Teman-teman KKN lain yang notabene senior tidak mau tahu atas ketidakmampuan saya memasak, pokoknya mau tidak mau, suka tidak suka saya harus masak plus cuci piring. Menderita lahir batin lah ketika KKN itu. Masakan saya yang asin, atau teh buatan saya yang kurang manis tidak membuat senior-senior itu kapok, malah makin gencar membuly saya. Rendaman pakaian saya disisipin baju-baju mereka yang mau tidak mau akhirnya saya cuci juga. Tiap hari telpon Mama nangis-nangis. Mama sampai bingung bagaimana membujuk saya. Hahahah. Kalau diingat-ingat lucu juga.

Giliran pergi jalan-jalan mereka tinggalkan saya di posko. Katanya harus ada yang jaga posko dan orang itu adalah saya. Di tengah pembully-an itulah ibu tuan rumah tempat kami KKN yang baik hati dan tidak sombong (sebut saja ibu KKN) yang membantu saya memasak. Suatu ketika dia membuat kue borongko. Ini kue khas Bugis, dibuat dari buah pisang dan santan yang dibungkus daun pisang kemudian dikukus.

Ibu KKN bilang begini "sini, belajar bikin borongko. Nanti suamimu orang Bugis, minta dibuatkan kamu tidak tau"

Saya terkejut dan menjawab "ih, ibu. Suami saya bukan orang Bugis! Suami saya orang Jawa nanti" ketika itu saya lagi suka sama teman SMA yang kebetulan orang Jawa. Hahahahahah.

Ketika hari terakhir KKN tiba, kami mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan. Si Ibu KKN nangis sewaktu memeluk kami satu-satu. Ketika memeluk saya dia berkata "Datang kesini lagi ya" yang lantas saya tinpali dengan "iya bu, Insya Allah nanti sama suami saya ya"
Dalam hati saya "ngapain datang kesini lagi? Untuk urusan apa ke tempat terpencil jauh dari kota begini?"

Lima tahun kemudian, coba tebak saya datang ke rumah ibu KKN saya itu dengan siapa? Ya! Dengan suami saya! Coba tebak suami saya itu orang mana? Ya! Orang Bugis. Hahah. Takdir Allah itu unik ya..heheh

Rumah Tempat KKN saya

Baby Ahmad & Hubby

Ibu KKN yang Baik Hati

3 comments:

  1. Mbak tanyain ke ibunya dong, jodoh saya orang mana? :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah jodohmu orang baik-baik. Hehehehhehe

      Delete
  2. So sweet, Mbak..:)..Rencana Allah selalu spektakuler..

    ReplyDelete