Thursday, March 31, 2016

Terimakasih One Day One Post.

Ketika saya berniat serius untuk menjalani profesi sebagai penulis dan sadar harus professional untuk melakukannya, Tuhan menggenapi ikhtiar saya melalui perkenalan saya dengan sebuah komunitas menulis yang hebat sekali bernama One Day One Post. Saya berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada Bang Syaiha sebagai penggagas komunitas ini yang telah menularkan semangatnya untuk menulis dan untuk hal-hal positif lainnya di tengah keterbatasan beliau sebagai manusia. Bang Syaiha, saya salut sekali sama Anda. Suami saya juga salut sama Anda. :'D

Saya sadar saya tidak bisa berjuang sendiri mengalahkan diri saya di tengah rimba belantara kepenulisan. Apalah saya ini yang belum memiliki nama di dunia literasi. Maka, komunitas One Day One Post (ODOP) lah oase bagi perjalanan kepenulisan saya. Menyegarkan! Selalu membahagiakan. 

ODOP dan juga anggota-anggota di dalamnya sangat beragam dan memiliki keunikan masing-masing. Tapi saya tahu, anggota-anggotanya juga memiliki banyak kesamaan. Apalah sebutannya untuk hal-hal yang mempertemukan kami di ODOP kalau bukan kesamaan? Tekad yang sama-sama sekuat karang, ketangguhan yang sama sekokoh beringin, semangat yang sama semembara unggun. Saya tahu kami semua memiliki semua itu dalam hati kami, oleh karena itu kami saling mendukung dan menyemangati jika ada yang tertinggal. Kami ingin melangkah bersama dan ibarat mata rantai saya yakin kami tetap saling ingin berkait-kaitan. 

Maka tidak heran jika orang-orang yang berprofesi sebagai guru seperti Mbak Sri dan Mbak Rina dan Mbak Leny tetap meluangkan waktunya untuk menulis dan posting ataupun sekedar menyapa di grup WA meski hanya saling melempar humor atau saling mem -bully.

Juga tidak heran jika seorang gadis mandiri pekerj keras seperti Mbak Ulfa pun tetap posting tulisan di tengah kesibukannya kuliah sambil mencari pekerjaan. Semoga cepat dapat kerja ya, Mbak :)

Selain ke empat wanita tangguh di atas, tentunya komunitas ODOP masih memiliki banyak lagi anggota dengan keunikaannya masing-masing. Penasaran? Tunggu postingan saya selanjutnya. :)

#OneDayOnePost

Wednesday, March 30, 2016

Perjalanan Menuju Kenangan (Part 2)

Saya sudah 'diramalkan' akan menikah dengan orang Bugis dari Pinrang 6 bulan sebelum bertemu dengan laki-laki yang saat ini jadi suami saya. Ketika itu saya sedang KKN di Kab.Pinrang Sul-Sel tempat kelahiran suami saya, sedangkan ketika itu suami saya KKN di Kab. Sidrap. Bayangkan! Kami KKN di waktu yang bersamaan. Tapi saat itu kami belum saling mengenal dikarenakan meski satu fakultas, kami beda jurusan. 

Di posko KKN saya, terdiri dari 10 orang (kalau tidak salah ingat) dari berbagai jurusan angkatan, dimana wanitanya hanya 2 dan sialnya saya angkatan paling bontot. Angkatan 2007 sementara yang lainnya 2006, 2005 dan 2004. 

Teman KKN saya yang juga wanita bernama Arni, angkatan 2006 geologi dan pintar banget masak. Sayangnya, dia jarang sekali berada di lokasi KKN karena saat itu juga sedang mengambil kuliah lapangan yang membuat dia harus sering bepergian.

Ketika Arni pergi, saya benar-benar habis di bully. Teman-teman KKN lain yang notabene senior tidak mau tahu atas ketidakmampuan saya memasak, pokoknya mau tidak mau, suka tidak suka saya harus masak plus cuci piring. Menderita lahir batin lah ketika KKN itu. Masakan saya yang asin, atau teh buatan saya yang kurang manis tidak membuat senior-senior itu kapok, malah makin gencar membuly saya. Rendaman pakaian saya disisipin baju-baju mereka yang mau tidak mau akhirnya saya cuci juga. Tiap hari telpon Mama nangis-nangis. Mama sampai bingung bagaimana membujuk saya. Hahahah. Kalau diingat-ingat lucu juga.

Giliran pergi jalan-jalan mereka tinggalkan saya di posko. Katanya harus ada yang jaga posko dan orang itu adalah saya. Di tengah pembully-an itulah ibu tuan rumah tempat kami KKN yang baik hati dan tidak sombong (sebut saja ibu KKN) yang membantu saya memasak. Suatu ketika dia membuat kue borongko. Ini kue khas Bugis, dibuat dari buah pisang dan santan yang dibungkus daun pisang kemudian dikukus.

Ibu KKN bilang begini "sini, belajar bikin borongko. Nanti suamimu orang Bugis, minta dibuatkan kamu tidak tau"

Saya terkejut dan menjawab "ih, ibu. Suami saya bukan orang Bugis! Suami saya orang Jawa nanti" ketika itu saya lagi suka sama teman SMA yang kebetulan orang Jawa. Hahahahahah.

Ketika hari terakhir KKN tiba, kami mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan. Si Ibu KKN nangis sewaktu memeluk kami satu-satu. Ketika memeluk saya dia berkata "Datang kesini lagi ya" yang lantas saya tinpali dengan "iya bu, Insya Allah nanti sama suami saya ya"
Dalam hati saya "ngapain datang kesini lagi? Untuk urusan apa ke tempat terpencil jauh dari kota begini?"

Lima tahun kemudian, coba tebak saya datang ke rumah ibu KKN saya itu dengan siapa? Ya! Dengan suami saya! Coba tebak suami saya itu orang mana? Ya! Orang Bugis. Hahah. Takdir Allah itu unik ya..heheh

Rumah Tempat KKN saya

Baby Ahmad & Hubby

Ibu KKN yang Baik Hati

Tuesday, March 29, 2016

Perjalanan Menuju Kenangan (part 1)


Saya bertemu suami saya di pedalaman hutan belantara. Saya tidak bercanda. Bisa baca lebih detailnya di sini Ketika itu saya sedang mengikuti program kerjasama antara perusahaan  nickel terbesar kedua di dunia, Vale Indonesia (dulunya PT. Inco, Tbk) dan Universitas Hasanuddin tempat saya kuliah. Nama programnya Coops Inco.

Jadi pada program tersebut, mahasiswa dari berbagai jurusan di kampus saya, setelah mengikuti serangkaian seleksi, berhak bekerja dan digaji di Vale Inco. Ketika itu ada Coops Inco angkatan 14 terdiri dari 8 orang dari berbagai jurusan. Gaji kami ketika itu Rp.4 juta / bulan. Terbilang banyak di tahun 2011 untuk ukuran mahasiswa yang belum sarjana. Kami diberi kesempatan bekerja selama 6 bulan dan oleh karena itu kami cuti selama 1 semester.

Banyak pengalaman yang menurut saya mengesankan dalam hidup saya. Termasuk ketika mengikuti English Tour ke Kampung Inggris, Pare, Kediri dimana berangkatnya kami berombongan naik kapal dari Makassar ke Surabaya. Terombang-ambing di kelas ekonomi, tidak dapat tempat tidur seperti pengungsi. Heheh. Atau ketika saya nekat memecahkan celengan dan membeli tiket pesawat ke Jakarta, lanjut ke Bandung, lalu ke Semarang. Pulangnya nggak ada duit jadinyabtelpon mama memelas minta dikirimin duit beli tiket untuk pulang.

Namun kali ini saya ingin berbagi pengalaman berkesan bertemu laki-laki yang kemudian jadi suami saya di tengah hutan belantara itu. Selain dikarenakan tempatnya sangat indah, juga baru-baru ini ketika cuti saya dan suami berencana untuk mengunjungi tempat itu lagi. Jaraknya 8 jam dari rumah mertua di Kab.Pinrang, 12 jam dari Makassar. Tempatnya di Desa Sorowako, Kab. Luwu Timur.

Saya dan suami menginap di Desa Malili, di rumah neneknya. Berjarak 1 jam dari tujuan kami, ketika sudah menempuh perjalanan sejauh 10 km, baby Ahmad muntah-muntah. Penyebabnya memang setelah perjalanan darat 8 jam Ahmad kurang sehat, mungkin kelelahan. Suami bertanya, apakah akan melanjutkan perjalanan ke Sorowako? Saya bimbang. 

Sorowako sangat berkesan bagi saya karena itu tempat bertemu dengan suami. Ini seperti perjalanan menuju kenangan. Saya sudah membayangkan bertemu sahabat-sahabat selama bekerja di Vale, berfoto di Pantai Ide (sebenarnya ini danau bukan laut. Danau Matano-Danau terdalam di Asia Tenggara), berfoto di site pertambangan nickel terbesar kedua di dunia. Namun, sayapun memikirkan kondisi baby Ahmad. Sudah lemas karena muntah. Lalu saya memutuskan untuk berbalik pulang. Padahal jarak saya dan Sorowako hanya sekitar 45 menit lagi.

Suami kaget dengan keputusan saya "kalau pulang sekarang, tidak tahu kapan bisa kesini lagi"

"Kapan-kapan sajalah" balas saya sekenanya. "Kasihan Ahmad."

"Okelah. Begini seharusnya jadi orangtua. Harus mengalah demi anak"

Saya cuma tersenyum. Kecewa sih. Tapi sekarang tidak ada yang lebih berharga daripada baby Ahmad. Perjalanan kembali ke Kab. Pinrang saya berhasil meng-capture pemandangan senja yang lumayan indah. Ini saja ya oleh-oleh cuti saya. Heheh

Senja di Malili

Senja di Malili

Di rumah nenek

Baby Ahmad dan Ayahnya


Eh, sepertinya bagian pengalaman paling berkesan soal perkenalan dengan suami belum diceritakan ya...? Heheh, di postingan berikutnya ya.....

Monday, March 28, 2016

Diaper Super Mahal

Membawa anak kecil bepergian dengan pesawat itu (menurut saya) MEREPOTKAN! Terlebih jika anak tersebut di bawah 2 tahun alias masih MPASI (Makanan Pendamping ASI). Dalam kasus anak saya MPSufor karena sudah tidak ASI lagi. Perlengkapan tempurnya banyak banget baik yang dibagasikan maupun dikabinkan.

Nih ya saya rinci :

1. Susu formula
2. Termos air panas.
3. Botol air dingin.
4. Dot
5. Diaper
6. Tisu basah
7. Tisu kering
8. Makanan Pendamping ASI ( saya bawa yang instan selama dalam perjalanan)

Untuk bayi yang masih ASI silahkan eliminasi poin 1 s.d 4.

Additional needed (khusus bayi saya) :

1. Bantal kesayangan yang dia tidak bisa tidur kalau tidak pakai itu.
2. Empeng
3. Kaus kaki
4. Minyal telon
5. Bedak biang keringat (karena bayi saya gampang keringatan)

Semua itu yang disebutkan di atas harus dibawa ke dalam kabin. Jangan dibagasikan! Ingat! Jangan dibagasikan! Itu barang-barang yang sewaktu-waktu bayi butuhkan. Jangan coba-coba meringkas barang bawaan WAJIB dalam kabin jika tidak ingin berakhir dengan membeli diaper saset-an dua biji dengan harga Rp.100 ribu (harusnya harganya Rp.10 ribu doang!)

Jadi ceritanya, saya hanya membawa 1 biji diaper dalam tas ransel yang akan saya tenteng ke dalam kabin pesawat saat akan kembali ke Manado. Pikir saya, perjalanan dari Makassar ke Manado yang ditempuh hanya 1 jam 20 menit tidak membutuhkan banyak diaper. Satu saja cukup. Waktu dari Manado ke Makassar saya membawa 2 diaper cadangan ke dalam kabin.

 Nah, ketika sedang menunggu pesawat ke Manado itu, si baby kentut. Saya pikirnya dia pup, jadinya saya langsung bawa ke toilet dan membuka diapernya tanpa ngintip-ngintip dulu. Oalah, cuma kentut ternyata. Tapi diapernya sudah terlanjur dilepas dan pipisnya lumayan banyak. Jadinya saya ganti saja sekalian. Mumpung sudah di kamar mandi ini. 
Eh, pas sudah diganti dia pup beneran. Jadilah saya panik 7 keliling. Cadangan diaper sudah dibagasikan. Terpaksa saya cari Toko di bandara yang jualan diaper. Uang di dompet pun kandas jadinya saya ke ATM dan narik selembar uang Rp.100 ribu. 

Di Toko pertama tidak jual diaper. Saya semakin panik. Suami bilang tidak usah pakai diaper yang langsung saya tentang mati-matian. Nanti kalau di pesawat dia pipis atau pup lagi gimana? Bukannya malah tambah bingung tuh?

Saya ke Toko ke 2. Alhamdulillah jual diaper. Saya ambil 2 saset total harga Rp.10.000. Saya serahkan uang Rp.100.000 eh kasirnya bilang nggak ada kembalian. Saya bilang " ya udah mbak, saya ambil air mineral sama tisu." Eh, kasirnya tetap bilang nggak ada uang kembalian.

Saya memohon "Please mbak, saya sudah butuh banget!"

Dia ngotot "Hari Minggu nggak ada uang kecil mbak!"

Apa hubungannya coba hari Minggu sama uang kembalian!? Antara jengkel, sudah butuh banget diaper, dan membayangkan baby yang gelisah karena pupnya belum dibersihin, sedangkan si kasir nggak ada tanda-tanda mau mengalah atau setidaknya memberikan solusi, dengan kesalnya saya kasih saja tuh uang Rp.100.000,- lalu ambil diapernya sambil bilang " Ya sudah deh Mbak, tidak usah dikembalikan!"

Kasirnya melongo. 

Sorry, saya nggak ada kesempatan meladeni eksperesi melongo kamu! Anak saya sudah rengek-rengek minta diganti diapernya. Ngomongnya dalam hati saja. Heheh.

So, jadilah diaper yang harusnya Rp.10.000,- jadinya saya bayar Rp.100.000,- sial banget! 

Terlepas dari segala hectic itu saat ini saya sudah kembali di Manado. Menulis postingan ini di atas kasur kesayangan. So baby dititipin di Mama dulu. Rasanya persendian mau lepas semua. 

Membawa bayi yang masih MPASI perjalanan jauh itu melelahkan. Ini baru antar provinsi saja loh. Saya nggak bayangkan Raffi Ahmad yang bawa babynya melintasi benua kemarin waktu mereka liburan ke Eropa. Huffftt...

Mami mertua minta saya datang 2 bulan lagi untuk menghadiri pernikahan sepupu suami dan minta untuk bawa baby Ahmad lagi. Ko' saya nggak sanggup ya sepertinya.

Thursday, March 24, 2016

Apa Kabar ODOP ?

Saya sudah minta ijin bang Syaiha untuk tidak ngODOP selama seminggu dikarenakan sedang cuti dan sedang berada di rumah mertua. Rumahnya terletak di Kelurahan Pekkabata, Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan. Itu sekitar 5 jam perjalanan darat dari Makassar. Dan di sini tidak ada signal 3. Ada sih, tapi timbul tenggelam alias lemotnya Naudzubillah....

Bang Syaiha sih sudah bilang "OKE" tapi gara-gara di WA sama Audrey soal arisan grup yang ternyata saya menangkan, saya jadi kembali teringat soal "peraturan tidak posting lima hari berturut-turut" yang jika dilanggar akan di depak dari grup ODOP tercinta. Saya tidak mau.....bang Syaiha, jangan usir saya.......

Oke, kenapa saya minta ijin tidak posting selama seminggu berturut-turut? Selain dikarenakan signal yang tidak mendungkung, saya sekarang sedang di rumah mertua, tentunya saya harus menampilkan sisi malaikat saya biar si mami mertua nggak menyesal sudah menikahkan anaknya dengan saya.

Meskipun Mamer (Mami Mertua) sudah tahu bahwa menantu perempuan satu-satunya ini (adik cowoknya suami belum merried sementara saudaranya yang lain perempuan) tidak bisa masak, tidak mungkin juga kan saya sibuk utak-atik gadget buat nulis dan posting sementara Mamer lagi iris-iris bawang atau lagi menyapu halaman? Saya ngeri membayangkannya. Hehe. Untuk itulah gadget saya anggurin dulu padahal bos di kantor sudah wanti-wanti untuk tetap 'stand by' meskipun cuti. Saya lebih takut sama Mamer dibanding sama 19 panggilan tak terjawab dari kantor.

Selain daripada itu, si baby bala-bala tidak mau lepas satu centimeterpun dari saya ataupun babe nya. Babyku memang tidak mau digendong sama orang lain, apalagi orang-orang yang jarang dia lihat. Walhasil, saya sudah kayak induk kangguru yang kemana-mana bawa buntelan baby.

Dalam hal ini, saya salut dan lempar topi untuk Ibu rumah tangga sejati yang bisa membagi waktu antara mengurus rumah tangga dan mengurus baby yang diam hanya ketika tidur. Pas baby tidur Ibu beresin pekerjaan rumah tangga, pas pekerjaan rumah selesai dan otot-otot minta diistirahatkan si baby bangun. Wahhh!! Saya mau menangis dan sembah sujud di kaki Mama. Maafkan anakmu yang durhaka ini, ibunda. Saya minta ampun telah menyakiti hatimu secara sengaja maupun tidak. 

Nah, pesan dari saya adalah hotmatilah Ibumu, karena dialah yang tidak tidur ketika kamu ngorok. Dialah yang tidak makan ketika kamu kenyang. Dialah yang tidak beli baju baru ketika kamu merajuk minta sepeda baru. Dialah yang mencuci seprei penuh kotoran karena kamu diare. Hotmatilah Ibumu selagi kamu masih bisa mengindera-nya dengan panca inderamu!

Salam dari Pekkabata, Sulawesi Selatan.

Tuesday, March 15, 2016

Mengentaskan Hutang ODOP

Menandingi puisinya Bang Syaiha yang pendeknya luar biasa (heheh) dan demi mengentaskan hutang tulisan ODOP yang kian hari kian menumpuk (minggu lalu hutang satu dan belum bayar. Minggu inipun sudah hutang satu) maka saya akan membuat puisi yang tak kalah singkat. 

Tapi setelah saya pikir-pikir, tidak usah sajalah. Soalnya saya pun sedang tidak mood untuk menulis puisi. Mood-nya menulis apa dong? Lagi tidak mood menulis apapun nih.

Saat ini sedang duduk di atas kursi menghadap komputer kantor, menyusun  laporan keuangan nasabah. Tapi pikiran ini bercabang kemana-mana. Salah satunya ke sahabat yang mengundang ke hari pernikahannya. Berhubung hari pernikahannya akan dihelat ketika saya sedang cuti dan kemungkinan besar saya sedang tidak berada di Manado ketika itu, maka mungkin saya akan menitip kado pernikahan ke teman saja. Untuk kadonya saya lagi memikirkan untuk memberikan buku. Kalau begitu akan saya beli ketika istirahat makan siang nanti.

Berbicara soal buku, kemarin saya dihubungi oleh panitia lomba menulis yang baru-baru ini saya ikuti dan menang. Salah satu hadiahnya adalah paket buku senilai Rp.500.000,- sudah begitu bukunya bisa dipilih sesuka hati asal masih satu penerbit. Ah...senang sekali. Ada 11 judul buku yang saya pilih. Semoga semua bukunya sesuai ekapektasi.

Begitu sajalah kira-kira tulisan ini saya akhiri. Meskipun tidak ada manfaatnya sama sekali, setidaknya tidak menambah deretan hutang saya.

Hahahahahah. Sudah ya....

Sunday, March 13, 2016

Selamat Datang di ODOP Air


TAKE OFF


Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan One Day One Post (ODOP) Air Batch 1 dengan tujuan Penulis Hebat. Perjalanan menjadi Penulis Hebat akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 3 bulan dan 30 hari, dengan pencapaian 1.000 tulisan di akhir perjalanan. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan ODOP ini adalah tanpa keputus-asaan, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada anda untuk menegakan niat, menutup dan mengunci lubang-lubang kemalasan dan kesombongan, mengencangkan tekad, dan membuka pikiran. Atas nama ODOP Air kapten Ken, Co-Pilot Ahmad, teknisi Saepudin, Senior Flight Attended Julia dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama ODOP Air.



SAFETY DEMONSTRATION


Para penumpang yang terhormat, kami mohon perhatian anda sejenak. Sesuai dengan peraturan keselamatan proses kepenulisan harus menunjukan dan memperagakan kepada anda bagaimana cara mengembangkan ide dengan baik, tips dan trik menulis, membaca peluang, dan memasarkan karya . Saat ini seharusnya ide-ide sudah beterbangan di dalam kepala Anda, kami harus menunjukan bagaimana cara mengolah, menuliskan, dan menghasilkan karya dari ide itu. Apabila tekanan lingkungan sekitar berrambah secara tiba-tiba, maka keteguhan hati akan keluar dari tempatnya sehingga terjangkau, genggam dengan kuat keteguhan hati anda, pasang niat dan kesungguhan, kaitkan mimpi di kepala, dan bernafaslah seperti biasa. Bagi penumpang yang membawa anak-anak, dianjurkan untuk mengenakan tekad dan kesungguhan menulis terlebih dahulu, setelah itu barulah kenakan pada anak anda. Pesawat ODOP Batch 1 ini di lengkapi dengan satu pintu keluar. Daftar post list anda terdapat di grup link share dan hanya dipakai pada saat Anda sudah posting tulisan, kami mohon untuk terus diisi setiap hari. Cara menggunakannya postinglah tulisan Anda di blog dan tuliskan nama Anda di grup link share. Link share ini sebagai penanda jika Anda tidak posting selama 5 hari berturut-turut maka bersiapalah anda keluar melalui pintu darurat. Selanjutnya di kantung kursi di hadapan anda telah tersedia kartu instruksi mengenai cara-cara menulis dengan baik. Kami mohon kepada anda untuk membacanya dengan seksama sebelum pesawat ini lepas landas. Terima kasih atas perhatian anda dan selamat menikmati penerbangan ini.



LANDING


Para penumpang yang terhormat, sesaat lagi kita akan mencapai tujuan kita. Perbedaan antara Anda yang sekarang dan Anda yang dulu hanyalah pada kemauan yang kuat. Kami persilahkan kepada anda untuk kembali ke tempat duduk anda masing-masing, menegakan niat, menutup dan mengunci lubang-lubang kemalasan dan kesombongan, serta mengencangkan sabuk tekad. Akhirnya kami seluruh awak pesawat ODOP Air di bawah pimpinan kapten Ken, Co-Pilot Ahmad, Teknisi Saepudin, Senior Flight Attended Julia mengucapkan terima kasih telah terbang bersama kami, dan sampai jumpa di lain penerbangan lain waktu. Terima kasih.



LANDED


Para penumpang yang terhormat, selamat datang di tujuan Anda menjadi Penulis Hebat. Kami persilahkan kepada anda untuk tetap duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna pada tempatnya. Berakhirlah sudah penerbangan kita pada Batch 1 ini atas nama ODOP Air, dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat berpisah dan semoga dapat berjumpa lagi di dalam penerbangan ODOP Air lain waktu. Sebelum meninggalkan Batch 1, kami ingatkan kembali kepada anda untuk memeriksa kembali bagasi kabin anda agar tidak ada niat yang tertinggal. Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silahkan melapor pada bagian layanan pindah pesawat di ruang penerbangan. Terima kasih.

Friday, March 11, 2016

Bermimpilah, lalu bangun dan wujudkanlah!


"Tanpa mimpi, manusia hanyalah seonggok daging yang memiliki nama" - 5 cm.

Gambar dari Google Image

Ketika membuka laman Facebook, di beranda saya muncul postingan seorang adik tingkat jaman kuliah yang meng-upload pengumuman kelulusannya atas beasiswa LPDP ke luar negri. Tidak tanggung-tanggung, dia akan menghabiskan 2 tahun ke depan untuk kuliah di 3 universitas yang berbeda di Eropa. Spanyol, Latvia, dan Jerman. Magister untuk bidang yang tidak jauh-jauh dari Teknik Industri (saya lupa.hehhe)

Congratulations, dear Jeanny. Nama adik tingkat saya itu Jeanne Svensky Ligte. Blasteran Manado,Belanda,Makassar. Bagi yang penasaran bisa search fb nya dengan nama tersebut. 

Atas postingan kelulusannya itu sayapun turut bahagia. Secara personal, saya tidak begitu akrab dengan Jeanny, namun karena berteman di fb, saya jadi tahu perjuangannya mengejar impian untuk tinggal di Eropa. Kalau tidak salah dia pernah berkata "Ada banyak cara bisa tinggal gratis di Eropa, selain dengan menikahi warga sana, bisa juga dengan beasiswa sekolah di sana." 
Dia menginginkannya, dan dia mewujudkannya. 

Mimpi. Hanya akan menjadi mimpi jika kita tidak bangun dan bergerak. Bukan hal sepele yang telah dikorbankan Jeanny untuk meraih impiannya ini. Dia meninggalkan karir cemerlangnya, yang mungkin saja menjadi impian orang lain, di Freeport demi fokus pada seleksi beasiswa LPDP. Via chatting, dia bilang ke saya sudah resign untuk fokus memperdalam IELTS. Ketika itu saya bertanya apakah dia sudah lulus sehingga resign dari pekerjaannya? Dia menjawab belum dan saya mnyimpulkan dia telah melakukan pilihan yang sangat berisiko. 

Namun bagi Jeanny, resign dari perusahaan sebergengsi Freeport adalah pilihan yang harus diambil untuk mencapai impian yang lebih besar. Tinggal di Eropa. Pilihannya memang sangat berisiko, untuk itu gagal bukanlah opsi.

Jeanny takes her dream to the next level. Saat orang lain, ketika lulus kuliah bermimpi untuk hidup nyaman dengan penghasilan besar dan bekerja di perusahaan ternama, ia malah melepas semua kenyamanan itu dan bergerak lekas menjemput impiannya yang lain. 

Saya salut.

Apa mimpi saya? Sudahkah saya bekerja untuk menjemput mimpi saya? Lalu, apakah yang saya kerjakan sudah sekuat tenaga? 

Sesungguhnya hasil tidak pernah mengkhianati proses. Untuk itu bermimpilah setinggi apapu! Lalu bangun dan bergerak lah menjemput mimpi itu!

Sekali lagi, congratulations Jean..kamu sangat menginspirasi.

#OneDayOnePost

Wednesday, March 9, 2016

Eclipse : I love you for thousand years light



Surat cinta bulan kepada matahari.

Dear, Sun..
2016. Aku sudah berdandan secantik mungkin untuk menemuimu di tanggal 9. Lubang-lubang di permukaan wajahku sudahku poles sedemikian rupa sehingga kau tidak akan bisa melihatnya dari jarak 1 tahun cahaya. Selain itu, penumbra akan meyamarkannya.

Ah, aku tahu kau tidak akan pernah peduli tentang semua itu.

Dear, sun...
Pertemuan kita selalu membuat semesta berdecak. Anak manusia berebutan melihat. Mereka tidak akan menyia-nyiakan momen sekali seumur hidupnya.

Aku telah mencintaimu selama ribuan tahun cahaya, kau tahu itu. Dan aku rela berdiam dalam penantian hanya untuk menatap wajahmu 33 tahun sekali.

Aku mengharapkan umbra memekat dengan gulita agar aku bisa mengirimkan ciuman purbaku padamu meski ia akan luruh tersapu lidah api sebelum mendarat di pucuk kepalamu. 

Dear, sun...
Aku sudah sangat merindukanmu dalam ribuan tahun cahaya. Temui aku di dataran bernama Indonesia. Kita akan disambut beragam acara dari Ibadah hingga festival, lalu kita pergi meneyendiri berdua saja di laut Pacific. Hanya kita berdua dan Tuhan. Membicarakan tentang kita dan masa depan.

Kini penantianku hampir berujung. Menemuimu dalam 3 menit 59 detik sudah cukup bagiku. 33 tahun lagi kita bertatap muka. Temui aku di antartika.

#OneDayOnePost

Tuesday, March 8, 2016

Kubikel 1.5x1.5 meter.

Tempat itu hanya sebuah kubikel dengan ukuran tidak lebih dari 1,5 x 1,5 meter, tapi sudah cukup membuat setiap orang menghabiskan nyaris separuh usia produktif mereka di sana. Tidak sadarkah orang-orang itu ada tempat tak kalah sempitnya yang menanti mereka menghabiskan 2 kali, 3 kali, entah berapa kali usia mereka? Liang kubur. Hehehe.

Kubikel Kantor

Lacinya yang terbuka, barang-barang yang berserakan di atas dan di bawah meja adalah tanda-tanda kehidupan penghuninya, kehidupan yang hampa!

Ruangan itu (layakkah itu disebut ruangan?) hanya berukuran 1,5 x 1,5 meter tapi pemiliknya betah sekali di sana dan mengorbankan tempat seluas lapangan bola yang harusnya lebih sering mereka datangi untuk menemani anak bermain. Taman. 

Bagaimana mungkin tempat sesempit itu membuat betah, padahal ada tempat yang begitu lapang serta hangat menanti pulang? Rumah.

Kadang saya kurang paham bagaimana dunia bekerja saat ini. Masa muda, semangat, energi-energi positif terserap habis hingga tak berhingga di sela-sela kubikel, di sela-sela keyboard komputer, di sela-sela laci serta tumpukan dokumen sehingga membuat benda-benda itu terasa lebih hidup dibandingkan pemiliknya.

Lalu apa yang dibawa pemiliknya pulang ke rumah? Hanya seonggok daging tanpa energi positif lagi. Sebab energi positif itu sudah tertinggal di kubikel. Hanya menyisakan otak yang kekurangan oksigen, otot yang kekurangan oksigen dan juga jangan lupa kantung di bawah mata.

Bagai magnet, tempat bernama kubikel itu menarik segala yang di dekatnya, yang ada di luar gedung kantor sekalipun. Merayu-rayu untuk ditempati. 

"Aku adalah segala yang kau butuhkan untuk hidup di dunia ini," Kadang-kadang ketika malam merangkak larut dan kantor beranjak sunyi, kubikel itu seolah bernyawa dan menghadirkan suasana magis.

"Tak usah kau khawatirkan keluargamu, belikan saja kebahagiaan mereka dengan gaji dan bonusmu. Di masa sekarang ini tidak ada yang tidak bisa dibeli dengan uang."

Pegawai yang tinggal hingga larut malam mendekam dalam kubikel pastilah telah terbujuk rayunya. Pegawai itu akan meninggalkan kubikel dengan berat hati karena urusannya belum tuntas dan berharap pagi segera datang agar Ia bisa kembali berjumpa dengan kubikel 1,5x1,5 meter-nya itu.

Begitu seterusnya yang terjadi selama 1 putaran matahari, 2 kali,3 kali, hingga tanpa sadar telah 55 kali putaran matahari. Lama sekali. Namun dia tak sadar.

Kubikel yang tampak diam, kaku, tak bernyawa sesungguhnya mereka kejam, sadis, brutal. Mereka mengihsap apa saja yang ada di dekatnya. Termasuk kebahagiaan dan masa muda, tanpa menyisakan sedikitpun padamu.

Jauhilah kubikelmu sekarang juga. Atau kalau tidak sekarang, jauhilah kubikelmu sesegera mungkin! 

NB : Tulisan ini untuk menjawab tantangan ODOP minggu ke-2 yaitu deskripsi ruangan. Apakah sudah cukup deskriptif?

#OneDayOnePost

Sunday, March 6, 2016

Cinta Tak Pernah Sepahit Ini



Aku pikir yang terpahit di muka bumi ini adalah expresso. Kopi rasa getir. Getir yang beraroma kopi. Aku menyesap kegetiran itu dalam-dalam, sementara di sampingku, wanita yang sangat sempurna sedang terfokus pada layar laptop di hadapannya. Dia istriku.

"Berani-beraninya wanita itu menolak rencana akuisis ini" desisnya. Bibirnya yang merah muda mengerucut menahan emosi. "Perusahaan kecil itu bisa apa sih? Sebentar lagi MEA. Mungkin mereka akan gulung tikar"

"Perusahaan kecil itu yang tiap bulan selalu kamu beli produknya. Dan produknya itu yang mendominasi omzet di perusahaan perhiasan kamu." Timpalku. 

"Aku nggak butuh pendapatmu." Serunya sengit. Mata bulat purnamanya menghujam ke arahku. Kecantikan titisan bidadari surga terpahat sempurna di wajah ovalnya. Membuatku jatuh cinta dan lebih memilih menikahinya dibanding sahabatnya.

Aku mengedikkan bahu. Kata-katanya selalu tajam. Tapi memilikinya sudah lebih dari cukup. Toh, hatiku sudah kebas. Mati rasa atas setiap lontaran demi lontaran kalimat yang menghempaskan harga diriku. Aku menikahinya karena jatuh cinta akan paras bidadarinya. Ia menikahiku demi menuruti egonya. Rasanya ada yang salah dengan pernikahan ini. Harus diakhiri secepat mungkin. 

Meski mataku masih lekat pada istriku yang tengah memoleskan bedak di wajahnya, namun pikiranku melayang ke arah hadiah misterius berisi flashdisc tepat tiga bulan setelah pernikahan kami. Di alamatkan ke kantorku. Keheranan akan hadiah yang tidak biasa itu belum seberapa dibanding isi dari flashdisc itu. Foto-foto istriku dengan seorang lelaki. Lelaki yang bukan aku. Di sebuah restoran. Tampak sangat mesra. Foto dengan tanggal tepat dua bulan setelah pernikahan kami yang dihelat begitu mewah. Aku mengenali lelaki itu. Mantan pacarnya di Australia dulu.

Sejak awal dia menerima lamaranku  , hatiku memang tidak tenang. Ia sahabat dari mantan tunanganku. Menerima pinanganku adalah kemangan tersendiri baginya. Wanita egois ini merasa menang dibanding sahabatnya sendiri. Merasa menang telah merebut tunangan dari sahabatnya sendiri.

"Jadi ngopi di tempat biasa?." Tanyaku. Ia sudah selesai mengecat kuku-kukunya. Sebuah kebiasaan unik darinya. Mengenakan kutex yang senada dengan warna lipstik sebelum ia bepergian. Satu lagi kebiasaan uniknya. Suka tanpa sadar menggigit-gigit kukunya hingga kutex itu mengelupas.

Ia tidak menyahut. Hanya mengambil tasnya dan melenggang pergi tanpa mempedulikanku. 

Pintu kamar berdebam tertutup begitu sosoknya berlalu. Aku beranjak dari sofa di kamar kami dan menuju ke meja riasnya, mengambil cat kuku yang dikenakannya tadi, menuju toilet dan membuang kutex itu ke dalam kakus. Aku menekan tombol flush dan botol kutex itu menghilang seketika.

Hari ini istriku ada janjian reuni dengan teman-teman kuliahnya. Salah satunya adalah mantan tunangan yang ku khianati. Lalu ada meeting dengan mitra perusahaan yang rencananya akan dia akuisisi. Aku tahu dia akan memesan moccacino untuk minumannya. Ia tidak pernah memesan minuman lain kalau datang ke cafe itu.

Aku beranjak lagi ke arah sofa dan memutuskan menghabiskan hari Sabtu dengan bersantai di rumah. Sendirian. Remote TV kuraih dan memijit tombolnya sesuka hati berharap menemukan siaran yang menarik. 

Handphone ku berdering saat salah satu siaran memberitakan kunjungan pendiri Facebook ke Indonesia yang disambut antusias oleh Presiden. Di seberang sana suara mantan tunanganku. Panik. Memburu. 

"Apa? Kenapa? Ngomongnya pelan-pelan. Aku tidak paham," Sahutku.

"Istrimu kejang-kejang! Cepat kesini. Di cafe biasa." Ia menyahut lalu menutup teleponnya.

Aku mengerutkan dahi atas telepon barusan. Aku masih sempat mengganti channel TV dan melihat siaran national geography yang mengulas tentang habitat burung elang sebelum memutuskan untuk beranjak dari sofa dan mengganti piyama dengan kemeja. 

Apakah dia sudah menggigit-gigit kukunya? Cepat sekali reaksi sianida itu. Aku membatin sambil menyambar kunci mobilku.

 Aku lega semuanya sudah berakhir.

PS : 

1. Baca kelanjutannya di sini
2. Sebenarnya tidak ada rencana untuk melanjutkan cerita ini , namun demi menjawab tantangan minggu pertama bulan Maret ODOP, yakni menulis dengan menyertakan 4 kata yakni ; kopi, president, burung dan flashdisc, maka jadilah cerita ini.

#OneDayOnePost

Saturday, March 5, 2016

Pentinglah Arti Sebuah Nama



Dikaruniai jabang bayi di dalam rahim setelah pernikahan berjalan 10 bulan disertai rong-rongan dari para tante yang hampir tiap saat menelpon menananyakan kenapa saya tak kunjung hamil, ya meneketehe ya, andaikan punya anak semudah menanam bibit cabe, ngapain juga saya musti susah-susah bikin tiap malam (oopsss..!). 

Lagian juga ini tante-tante yang lebih rusuh daripada pasangan suami istri ini. Ya, singkat cerita test pack ke-11 yang saya gunakan memberikan hasil berbeda dibanding 10 test pack sebelumnya. Dua garis cuy! (Saya beli test pack 1 dus setelah menikah).

Menjalani kehamilan selama sembilan bulan dengan segala suka duka, morning sickness, moonlight sickness (ini istilah saya karena saya lebih sering mual di malam hari), ketidakstabilan estrogen dan progesteron, saya jalani dengan penuh rasa syukur. Di belahan dunia lain ada yang mengharapkan kehadiran buah hati namun belum diberikan. Saya telah diberikan, berarti harus dijaga sebaik mungkin, termasuk memberikan nama yang baik pula.

Suami dari dulu menginginkan anak pertama kalau bisa laki-laki pertimbangannya ada yang bantu menjaga dan membiayai adik-adiknya nanti ketika kami sudah terlalu tua untuk bekerja. (Catatan: saya ingin punya 5 anak, namun setelah kena baby blues syndrom saya akan pikir-pikir lagi).

Perkara nama, pernah terlintas dalam pembicaraan santai kami ketika saya belum hamil, sebuah nama anak laki-laki yang gagah. Namun karena lupa dicatat, begitu menjelang melahirkan malahan kami lupa. Persolan namapun tidak lagi menjadi trending topic, tergantikan dengan masalah berat badan janin yang sudah 3kg padahal jadwal melahirkan saya masih sebulan lagi. Hwaaah!

Pokoknya, nama akan diambil dari asmaul husnah dan harus ada nama Rasul. Kandidat terkuat adalah Muhammad Aziz. Saat lahiran pun tiba. Proses lahiran yang selancar jalan tol. Bayi laki-laki dengan berat 3,45 kg dan panjang 48 cm yang saya lahirkan secara normal. Alhamdulillah.

Keesokan harinya seorang kerabat datang berkunjung di rumah sakit. Setelah berbasa-basi haha hihi dia lalu menanyakan nama bayi kami. Suami menjawab yakin "Muhammad Aziz." Lalu segalanya berubah dengan 1 kalimat bantahan dari kerabat kami itu, "kalau ada asmaul husnahnya, usahakan di depannya itu ada 'Abdul' yang artinya ''Hamba''. Asmaul husnah itu nama-nama Allah. Cuma Allah yang pantas dipanggil dengan nama itu"

Demikianlah teori yang meluluhlantakkan nama yang sudah kami pikirkan matang-matang itu. Demi menguatkan teori kerabat kami, suamipun menelpon ustadznya di makassar untuk verifikasi dan mendapatkan jawaban yang sama. Karena suami menganggap nama 'Abdul' sudah banyak orang yang miliki jadinya dia tidak mau anaknya dikasih nama begitu. Duh!

Ya, sudah. Nama ini dipikirkan nanti-nanti saja kalau sudah pulang dari rumah sakit (saya di rumah sakit 3 hari). Keesokan harinya lagi, adalah jadwal pulang saya. Seorang suster masuk ke dalam ruangan dan meminta saya menuliskan nama anak. 

"Suster, anak ini belum dikasih nama" kata saya.

"Kenapa belum bu? Sebelum pulang kami harus bikin surat keterangan lahir untuk keperluan ibu urus akte kelahiran. Harus dipikirkan sebelum pulang ya bu. Saya tunggu!" Waduuuh!

Jadilah hari itu saya dan suami browsing untuk cari nama yang tepat dan baik. Tetap harus ada nama Rasul.  Lalu saya terpana pada suatu nama 'Said'. Said bin Tsabit dan Said bin Harith, keduanya adalah sahabat Rasul. Said bin Tsabit adalah penghafal Al-Quran, Said bin Harith adalah anak angkat Rasul, salah satu dari keduanya adalah pakar ilmu waris ( saya lupa said yang mana). Salah satu artikel menyebutkan tidak ada yang lebih paham ilmu waris dibanding Said. 

Perkara waris adalah perkara yang sensitif dan orang yang mendalami ilmu tersebut pastilah orang yang adil. Hukum waris ditetapkan langsung oleh Allah. Adakah yang lebih adil dari Dia? Dengan memberikan nama itu kami mengharapkan nanti anak kami mampu menegakkan keadilan di muka bumi ini (amin).

Said, dalam pelafalan bahasa Inggris ditulis Zayd. Dan jadilah resmi anak pertama saya bernama Ahmad Zayd. Maunya dipanggil Zayd, tapi karena ibu saya kesulitan mengeja kata yang dominan konsonan makanya dipanggil Ahmad sampai sekarang.

Ya sudah, tidak apalah. Gugur sudah satu kewajiban orang tua terhadap anak. Memberikan nama yang baik. Masih ada rentetan kewajiban lain menanti. Semangat!

#onedayonepost

Friday, March 4, 2016

Perbuatan Jahat yang Terasa Ringan

Saya sudah dua hari tidak menulis. Ada yang menyadari? Syukurlah kalau tidak! Hehehe. Jika tidak menulis lima hari berturut-turut maka bisa dipastikan saya akan didepak dari perguruan One Day One Post.

Kenapa tidak menulis? Kalau mau bilang tidak mood saya bisa kena kutukan bang Syaiha. Oke, tunggu sebentar. Saya mau cari alasan yang kuat. Saya tidak menulis sebab dengan mengabaikan menulis hidup saya menjadi lebih ringan. Heheh. 

Pernahkah mendengar atau membaca nasehat Imam Gazali yang bunyinya :" apakah hal yang paling ringan di muka bumi ini? Yang paling ringan adalah meninggalkan solat." Jika digeneralisasi, maksud dari nasehat di atas adalah segala perbuatan baik pasti berat dilaksanakan.

Gambar dari sini


Seorang motivator bernama Remaja Tampubolon berkata "ciri-ciri perbuatan baik adalah terasa berat jika dikerjakan". Saya pikir, hal ini juga berlaku pada keadaan sebaliknya. So, jika kamu sedang melakukan sesuatu namun terasa sangat berat, itu adalah tanda kamu sedang melakukan perbuatan yang baik. 

Sedekah ataupun berderma itu berat tapi itu baik, menulis setiap hari dan berbagai itu berat (bagi saya) dan itu baik. Solat subuh tepat waktu itu berat tapi itu baik. Membaca Al-Quran (1 halaman saja) terasa berat padahal itu baik. Menikah (uhuk, jomblo jangan ngiri) itu berat namun itu baik.

Sebaliknya, bergosip berjam-jam, itu terasa ringan dan menyenangkan bukan? Apalagi membicarakan aib orang. Padahal itu tidak baik. Menyontek di kelas lebih ringan ketimbang harus belajar semalaman padahal itu tidak baik. Korupsi itu ringan-ringan saja dilakukan padahal timbangan dosanya berat karena mengambil yang bukan hak-nya.

Kenapa perbuatan baik itu berat? Salah seorang teman pernah berkata bahwa setan tidak akan pernah membiarkan kita melakukan hal yang baik. Untuk itu dia menghalang-halangi kita dalam kebaikan, sebaliknya setan senang menjerumuskan manusia ke dalam hal yang sia-sia dan tidak berguna maka dari itu dia membantu kita melakukan kejahatan.

 So, bisa disimpulkan, perbuatan jahat yang terasa ringan itu karena dibantu bala tentara setan. (Si setan misuh-misuh karena selalu dikambing hitamkan. Hahahah). Sesungguhnya setan itu bisa berasal dari golongan jin maupun manusia. So, jadilah manusia berakhlak manusia, bukan berakhlak setan. 

Ini adalah sebuah nasehat untuk diri sendiri yang kerap malas melakukan hal-hal baik karena merasa berat. 

#onedayonepost

Tuesday, March 1, 2016

4 Hal yang Dapat Membuat Penulis Best Seller Gagal

Hari Sabtu kemarin kantor saya mengadakan seminar motivasi yang dibawakan secara menarik dan atraktif oleh seorang motivator bernama Remaja Tampubolon. Kalau googling namanya pasti akan banyak link merujuk ke beberapa judul buku. Ya, selain motivator, beliau adalah penulis buku dan juga merupakan mantan petinggi salah satu bank swasta. Saya tidak tahu (dan juga beliau tidak cerita) soal bagaimana kisahnya dari seorang pegawai bank bertransformasi menjadi seorang motivator dan juga penulis beberapa buku motivasi best seller.

Yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini adalah poin-poin penting materi motivasinya yang sepertinya dapat diterapkan dalam dunia kepenulisan. 

Kata Bang Jaja (sapaan akrab pak Remaja Tampubolon), ada 4 hal yang membuat kita tidak dapat melakukan perubahan, sehingga boro-boro dapat mencapai target, menyamai target sebelumnya pun akan sulit. 4 hal itu adalah marah, takut, hidup di masa lalu dan hidup di zona nyaman.

Tidak ada kesuksesan yang terulang dengan menggunakan strategi yang sama. Sederhananya, jika tahun ini kita sukses meraih suatu pencapaian dengan strategi A, tahun depan dapat dipastikan kita tidak akan lagi meraih kesuksesan yang sama jika menggunakan strategi A kembali. Sebabnya, tantangan lebih besar, pesaing lebih banyak, tuntutan lebih beragam. 

Yang dimaksud dalam seminar tersebut adalah mengenai kinerja pemasaran produk kantor saya. Namun, hal ini dapat diterapkan dalam dunia kepenulisan. Jika tahun ini kita telah menjual novel best seller dengan strategi tertentu yang kita miliki misalkan, riset yang mendalam, memiliki komunitas untuk pemasaran yang luas,ide cerita yang unik, penerbit yang bersahabat, kemudian novel kita meledak di pasaran. 

Tahun depan dengan strategi yang sama kita tidak akan mencapai kesuksesan yang sama sebab penulis novel dengan tema yang unik sudah lebih banyak, persaingan di penerbit semakin ketat, tuntutan pembaca semakin beragam. Bisa jadi tahun lalu novel dengan genre romance menjamur, namun tahun ini telah bergser ke genre science fiction.

Sekarang, saya ingin menguraikan sedikit (mungkin agak banyak ke 4 hal yang membuat kita tidak bisa berubah dan mungkin membuat penulis best seller tidak lagi menghasilkan karya yang spektakuler) yakni :

1. Rasa Marah

Rasa marah bersifat merusak. Dalam kepenulisan, rasa marah dapat ditimbulkan oleh banyak hal. Ide yang tak kunjung menyala, sudah punya ide mood nya terbang entah kemana, sudah punya mood nggak tau endingnya mau dibawa kemana. Akhirnya dead line lewat begitu saja. Segala hal itu membuat marah dan kesal. Kalau berlarut-larut tulisan bisa jauh dari kata selesai. Ketika menghadapi perasaan marah, berhentilah menulis! Membacalah, berceritalah dengan sahabat, jalan-jalanlah, makanlah. Lakukan kegiatan yang kita sukai.

2. Rasa Takut

Saya menafsirkannya sebagai rasa tidak percaya diri. Tidak percaya diri pada tulisan kita. Merasa tulisan kita jelek, tidak mutu, dangkal, kerdil, justru tidak akan menghasilkan apapun. Saya teringat status salah satu junior saya di kampus dulu yang hobi banget jalan-jalan pakai Air Asia (karena tiketnya sangat terjangkau bagi kantung mahasiswa) bahkan ketika ada insiden peswat Air Asia Surabaya-Singapur yang crash dia tidak takut dan tetap bersemangat browsing tiket murah. Ketika banyak yang menanyakan apakah dia tidak trauman naik Air Asia,dia update status "Fear gets you nothing".  Ketakutan tidak akan membawamu kemanapun. Ketakutan tidak akan memberimu apapun. 

So, beranilah! Percayalah pada tulisanmu. Bagaimana mau jadi penulis best seller jika mengirimkannya ke penerbitpun kamu masih malu.


3. Hidup di Masa Lalu

Kesalahan terbesar penulis best seller adalah larut dalam euforia kejayaan masa lalu. Sekali tulisannya berjaya di pasaran, dia tidak mau lagi belajar, tidak mau lagi menambah pengetahuan, enggan dikritik, enggan diberi saran. Merasa diri paling hebat. 

Sungguh, sekalipun tulisanmu adalah satu-satunya di dunia ini karena idenya begitu unik, lepaskanlah jubahmu, kosongkanlah gelasmu. Belajarlah lagi dan lagi, lebih dan lebih. Sejago apapun kami menulis, kamu tidak akan menang melawan perubahan. Jangan terlalu berlarut-larut menikmati kejayaan.


4. Hidup di Zona Nyaman.

Bang Syaiha, pendiri komunitas menulis One Day One Post pernah berpesan," Celakalah orang yang menulis hanya karena mood". Ya, itu 100% benar. Ide yang bermunculan, alur yang mengalir, diksi yang meletup-letup, genre yang dikuasai, mood yang mendukung adalah zona nyaman bagi seorang penulis. Tentu saja dengan keadaan seperti itu akan lahir karya yang spektakuler. Namun keadaan demikian sangat jarang terjadi. Ditambah tuntutan pembaca yang semakin beragam. Kalau mau jadi penulis, janganlah hanya hidup di zona nyaman. 

Penulis itu adalah orang yang tetap berkarya dikala ide sedang pas-pasan, genrenya tidak dikuasai (sebab dituntut mengikuti permintaan pembaca), alurnya maju mundur (cantik).

Jadi, janganlah takut memberikan target pada diri sendiri. Janganlah takut menantang diri sendiri. Kalau biasanya menulis romance yang merah muda, cobalah tulis romance thriller (bagaimana itu ya?) atau romance depresi, atau romance religi, atau misteri yang 180 derajat berbeda.

Demikianlah uraian singkat (apa?! Singkat?) mengenai 4 hal yang dapat membuat penulis (bahkan penulis best seller sekalipun) tidak berubah ke arah yang lebih baik.

Berikutnya ada 5 hal yang akan membantu penulis mencapai kesuksesannya. Apa sajakah itu? Nantikan ulasan saya di postingan berikutnya. 

#OneDayOnePost