Thursday, May 25, 2017

[Bukan] Warisan


Kebetulan saya lahir dari rahim ibu saya yang bukan penulis. Tapi beliau adalah seorang pembaca yang tangguh. Semua buku dibacanya. Termasuk diktat kuliah adik saya ketika dia jalan-jalan ke Bandung mengunjungi putra semata wayangnya itu. Perlu diketahui adik saya mengambil jurusan Teknik Fisika dan dapat dipastikan diktat kuliahnya bukanlah bacaan yang menarik 😁. Tapi demi membunuh waktu menunggu adik saya balik kos, Ibu pun membacanya. Seandainya saja saya lahir dari rahim seorang penulis apakah ada yang menjamin bahwa hari ini saya akan gemar menulis? Saya rasa tidak.

credit


Penulis tidak pernah dilahirkan. Dia diciptakan oleh lingkungan. Saya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat gila membaca. Untuk hal tersebut saya dan adik saya rela menyisihkan uang jajan kami demi dapat membeli komik di Gramedia yang harganya lumayan untuk kantong pelajar di masa itu.

Kemudia ketika saya mengetahui ada toko buku bekas di kota saya, maka saya langsung jatuh cinta pada toko tersebut. Pun ketika saya mengetahui ada suatu tempat bernama Kwitang di Jakarta sana yang menjual buku bekas dengan sistem kiloan. Waktu mendapat kesempatan ke Jakarta bersama keluarga, Ibu mengijinkan saya membawa koper kosong. Pulangnya penuh terisi buku bekas dari Kwitang.

Lingkungan inilah yang saya rasa sangat berkontribusi terhadap hobi saya. Saya belum berani menyebut menulis adalah profesi untuk saya, karena saya belum mengerjakannya secara profesional. Saya lebih senang menyebut menulis sebagai hobi, media relaksasi, 'me time'. Saya benar-benar sudah sangat bahagia hanya dengan memikirkan akan menulis sesuatu. Baru pikir saja sudah bikin bahagia loh!

Bapak BJ. Habibie, sepeninggalan istri tercinta menjadi begitu terpuruk. Ia lantas disarankan untuk menulis demi mengobati kesedihannya itu. Lihat apa yang dapat dihasilkan oleh sebuah tulisan dari seseorang yang mencinta? Insspirasi yang tidak berhenti. Tulisan yang kemudian menjadi buku itu menginspirasi begitu banyak orang. Ketika diangkat ke layar lebar, ribuan orang rela mengantri membeli tiket nontonnya. Lihatlah apa yang dapat dilakukan oleh sebuah tulisan ketika perkataan maupun ekspresi tidak cukup mewakili.

Memiliki hobi menulis bukanlah warisan. Jadi siapapun bisa mencoba tanpa perlu takut tidak kebagian warisan. Menjadi penulis tidak diturunkan secara genetis jadi siapapun bisa melakukannya.

Jika pun tidak ingin melakukannya tidak mengapa. Bahagia dapat diperoleh dengan banyak cara. Seperti suami saya yang jangankan bisa menulis, menamatkan satu cerpen saja tidak pernah, tapi sangat bahagia jika berenang atau nonton moto gp. Intinya, jangan menghalangi dirimu untuk berbahagia. 😁😁😁

(Tulisan ini untuk menjawab tantangan menulis dengan tema 'born to be writer')

#OneDayOnePost



Sunday, May 14, 2017

Audit : Perkara Babi 50kg.



Selain meeting pipeline dan debitur nunggak, hal lain yang ditakuti oleh seorang analis kredit adalah pemeriksaan oleh auditor. Entah audit dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.

Baca tentang meeting pipe line di sini :

Meetinh Pipeline : Ketika Tiba Tiba Kamu Ingin Berubah Jadi Batang Pisang


Baca tentang debitur nunggak di sini :
Debitur Down Grade : Bapak Harus Bertanggungjawab Atas Masa Depan Saya

Seorang auditor ibaratnya adalah polisi. Mata dan dan penciuman mereka jeli dalam memeriksa dan mengendus hal-hal yang mencurigakan dari suatu usulan kredit yang dibuat. Jadi kedatangan mereka sangat TIDAK dinanti-nantikan. Hehehhe πŸ˜†

"Eh, asumsi kenaikan penjualan 70%? Inflasi saja cuma 7%. Sisanya ke mana?"

"Sisanya reboisasi, Pak. Eh, maksud saya itu karena debitur berencana untuk menambah 1 outlet lagi di kota lain."

"Apakah jaminannya sudah dipastikan tidak terkait harta gono gini?"

"Sudah, pak."

"Pastikannya gimana?"

"Istikharah." 😝😝




Jawaban di atas sesungguhnya hanyalah fiktif karangan saya belaka, tapi pertanyaannya nyata. Dan kisah selanjutnya ini pun nyata terjadi antara seorang anlis kredit, sebut saja R dengan seorang auditor, sebut saja bapak A, yang memeriksa dan meminta penjelasan atas hasil perbuatannya πŸ˜‚πŸ˜‚

Bapak A : Usaha peternakan babi?

R. : Iya pak.

Bapak A : sudah kunjungan ke lokasi usaha langsung?

R : sudah, Pak.

Bapak A : Benar banyak babi yang siap panen yang beratnya 50kg?

R  : Benar, Pak.

Bapak A : kok tidak ada dokumentasinya?

R : Ada kok, Pak. (R tidak terima lalu menunjukkan foto-foto kunjungan dalam pengusulan kreditnya)

Bapak A : yakin ini babi-babi nya 50 kg?

R : Iya, Pak. Yakin. Saya yang foto sendiri.

Bapak A : Sepertinya ini bukan 50kg.

R : Astaga, Pak. Betulan Pak ini rata-rata 50kg beratnya.

Bapak A : Kecil-kecil gini?!

R : Iya, Pak ini 50kg.

Bapak A : Ah, tidak percaya saya.

Dan sampai R menceritakan hal ini kepada saya, perdebatan tentang bobot babi belum sampai pada kesimpulan.

R : Saya disuruh dokumentasikan lagi. Tapi bagaimana caranya ya saya membuktikan itu 50kg? Babinya suruh naik timbangan terus saya foto timbangannya?

R tampak putus asa. Untuk itu saya memberikannya sebuah wejangan.

"Sabar ya, R. Sesungguhnya bobot 50 kg atau tidak  hanya tergantung sudut pandang.πŸ˜‚πŸ˜‚. Dan, ya...seperti badai, audit pun akan segera berlalu."



Saturday, May 13, 2017

Untuk Rasa Kehilangan Lima Belas Tahun Lagi



Dear, Ahmad. Anak Ibu yang gendut. Ibu akan kehilangan kamu lima belas tahun lagi. Ibu akan kehilangan rasa kesal yang memuncak karena kamu membanting compact powder ibu dan isinya berceceran. Ibu akan kehilangan rasa lelah mengkuti langkah kecilmu yang tak pernah bisa diam.

Terimakasih gitarnya tante-tante yang baik hati.



Sesungguhnya Ibu menulis surat ini untuk menghibur diri Ibu sendiri lima belas tahun lagi saat usiamu tujuh belas dan kamu lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah dibanding merecoki Ibu seperti yang biasa kamu lakukan sekarang.

Sesungguhnya Ibu akan merindukan menemani malam-malam melelahkan sepulang Ibu bekerja dan ternyata kamu masih ingin diajak main. Ibu akan sangat sangat merindukan hal itu meskipun saat ini Ibu lebih sering mengeluhkannya.

Masih akan adakah "sayang Ibu dulu baru Ibu kasih" nanti? Masih ada kah "cium kening, hidung dan mata Ibu dulu, baru Ibu buka biskuitnya"? 

Apakah kamu masih akan menyambut Ibu pulang kantor dengan antusias dan minta diputarin video favoritmu di youtube yang menampilkan jingle minuman botol itu? "Ibu, santai aja. Santai aja." Jingle itu kurang lebih seperti ini. 'Stres bikin pusing, bikin kelabakan. Mending dibawa santai aja.' 

Masikah kamu akan meminta Ibu memutar jingle itu saat ada seorang gadis yang lebih menyita perhatianmu? Mungkin kamu akan lebih memilih telponan dengan dia daripada menonton jingle itu bersama Ibu.

Tulisan ini Ibu buat untuk menghibur diri Ibu sendiri di masa lima belas tahun lagi ketika rumah tidak pernah berantakan dan barang-barang tidak perlu diletakkan di rak paling tinggi. 

Ketika itu kamu sudah tumbuh lebih tinggi dibanding Ibu dan tak pernah lagi bilang "Ibu dong..." Minta gendong. Ketika saat itu tiba kamu tidak pernah mungkin merengek minta Ibu bawa kamu jalan-jalan naik mobil-mobilanmu. Kamu tidak akan membuka paksa kelopak mata Ibu ketika kita berbaring di kasur dan Ibu tertidur duluan. "Ibu jangan bobo."

Ketika saat itu tiba Ibu akan merindukan hal-hal melelahkan yang kamu ciptakan saat ini.

Please, Ahmad ijinkan "sayang Ibu dulu" tetap ada, selebihnya tumbuhlah dewasa seperti yang seharusnya terjadi.


Note :
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan One Day One Post dengan tema 'Kehilangan'

Wednesday, May 10, 2017

Rumah Ini Dalam Pengawasan Bank : Dompet Analis Kredit Tidak Termasuk



Suatu akhir bulan, saya dan beberapa orang teman menemani Nona W untuk menagih ke salah satu debitur yang nyaris macet. Sebut saja Ibu Frozen. Kami ke sana membawa plakat bertuliskan "Rumah Ini Dalam Pengawasan Bank" yang rencananya akan ditempelkan di dinding rumah yang menjadi jaminan kredit.



Dalam perjalanan yang penuh keceriaan dan bungkusan snack tiba-tiba bapak driver kami nyeletuk, "Hati-hati, di kompleks situ banyak preman. Nanti ada yang keluar bawa parang kalau tidak terima rumahnya ditempel begituan."

"Masa' sih pak?" Saya mulai was-was.


"Wah, gawat. Kalau gitu nanti kita harus atur strategi." Seorang analis kredit yang ikut dalam rombongan penagihan, sebut saja nona J, mulai merencanakan misi pelarian pasca penempelan plakat. "Jadi Pak Driver, itu kan lorong depan rumahnya sempit, nah pas kami semua turun bapak langsung putar mobilnya menghadap ke jalan besar. Bapak di dalam saja stand by. Mesin mobil jangan dimatikan. Jadi begitu kita selesai pasang plakatnya, langsung cabut ke dalam mobil semua ya."

Semua personil  berani mati, terdiri dari lima orang analis kredit yang tidak dibekali ilmu kebal waktu pelatihan karyawan hanya bisa mengangguk tanda paham. 

Begitu tiba di TKP, Ibu Frozen tidak berada di tempat dan rumahnya ternyata sudah disewakan ke orang lain.

"Bu, ibu kan cuma sewa di sini. Kami ini dari bank. Kami mau tempel plakat ini soalnya Ibu Frozen sudah menunggak kredit." Nona W beraksi.

"Loh, jangan asal tempel dong, bu. Minta ijin sama yang punya rumah dulu!"

"Tidak ada ijin-ijin. Ibu Frozen sendiri tidak kooperatif. Bisanya cuma nyanyi let it go let it go doang setiap ditagih." Saya menambahkan.

"Jangan begitu, bu. Saya panggil ya Ibu Frozen ke sini. Dia ada di rumah orang tuanya. Dekat sini kok." Ibu yang sewa tetap bersikeras.

"Terserah kalau ibu mau panggil. Tapi kami tetap akan tempel ini."

Singkat cerita plakat itu pun berhasil ditempel ketika ibu yang menyewa rumah pergi memanggil Ibu Frozen.

"Eh, guys ayo buruan balik mobil." Instruksi nona J.

"Yakin nih, kita tidak nungguin Ibu Frozen dulu?" Tanya nona W.

"Tunggu Ibu Frozen datang bawa parang?! Cepat balik ke mobil semua!"

Saat kami bergegeas ke mobil dari kejauhan tampak seorang ibu-ibu berjalan ke arah kami membawa pisau.

"Eh, itu siapa?? Bukan Ibu Frozen kan?" 

"Bukan. Bukan. Ibu Frozen agak mudaan orangnya." Nona W Menjawab.

"Jangan-jangan preman yang disuruh sama Ibu Frozen lagi tuh." Keadaan mulai mencekam.

Kami semua bergegas masuk ke dalam mobil dan memerintahkan pak driver tancap gas ketika nona W berseru. "Eh, tunggu..tunggu bentar. Dompet saya mana ya?" Nona W mencari dompetnya ke seluruh penjuru mobil sambil panik. Nihil. "Kayaknya ketinggalan di rumahnya Ibu Frozen deh."

"Apa???!!!! Ya sudah ambil sana, tapi kami tidak temenin ya."

"Tapi jangan tinggalin saya ya, Mbak." Nona W memelas sambil turun lagi dari mobil dan berjalan kembali ke rumah Ibu Frozen.

"Pak driver, kalau dalam 5 menit Nona W tidak balik. Kita cabut saja!" Saya memberi instruksi. Kejam sih, tapi ini demi menyelamatkan nyawa ke lima analis kredit lainnya yang dipundaknya masih ada tanggungjawab kepada ibu pertiwi untuk memenuhi target perusahaan πŸ˜‚πŸ˜‚.

Ibu yang bawa pisau menuju rumah Ibu Frozen. Di depan pagar dia berhenti dan mulai potongin tanaman depan rumah dengan pisau yang dia bawa.

"Oh...itu mau bersihin rumput liar kayaknya." Saya menggembuskan napas lega. Di saat yang bersamaan Nona W muncul membawa dompet.



"Lain kali kalau nempel-nempel jangan ada yang ketinggalan lagi ya!!!" Nona J kesal. 

Personil sudah lengkap. Anggota tubuh pun masih sempurna. Driver segera cabut dari TKP. 

Blog yang Tematik



Blog saya ini, sesuai namanya, isinya benar-benar random yang didominasi dengan curhatan tidak jelas khas perempuan dengan mood swing yang parah. 😁😁

Lalu suatu ketika saya ngobrol dengan seorang teman tentang proyek menulis kecil-kecilan. Menulis tentang pekerjaan saya di kantor dengan bahasa yang ringan sehingga dapat dibaca oleh orang yang awam sekalipun.

Tercetuslah sebuah ide untuk menambah 1 tag dalam blog saya yaitu Balada Analis Kredit (BAK).

Baca awal mula BAK di sini :

Nah, demi totalitas dalam menulis BAK ini saya memesan sticker lucu dengan harga Rp.350.000/pack di Mbak Nahla. 1 pack isinya 6 biji dan saya puas banget sama hasilnya.

Saya mulai buat postingan dengan tagging BAK dan share di grup WA One Day One Post serta facebook dan saya sama sekali tidak menyangka respon pembaca sangat positif.

Saat ini sudah ada 4 postingan dengan tag BAK dan keempat-empatnya mendatangkan jumlah view yang luar biasa selama empat hari ini.

Lihat yang di sisi kanan gambar mata menunjukkan jumlah view masing-masing postingan.

Dari gambar di atas, bisa dibandingkan jumlah view ke empat postingan teratas saya yang ke empat-empatnya memiliki konsep yang jelas, dengan postingan sebelumnya yang temanya random.


Saya ingin bilang jangan melemahkan kekuatan media sosial untuk mempromosikan tulisan kita. Postingan saya ini di share tidak lebih dari 10 kali  di facebook namun sudah memberikan damapak yang luar biasa. Jika saya bandingkan dengan postingan saya yanh plain, untuk jumlah view segitu saya butuh mungkin setahun mungkin lebih. Dan dalam empat hari, ke empat postingan saya itu masuk dalam jajaran popular post di blog saya mengalahkan postingan saya dari tahun 2013 ....hwaahhhhhh


Langsung masuk popular post hanya dalam 4 hari.


Selain menggunakan kekuatan media sosial, saya jadi berpikir apakah konsep yang memiliki tema seperti ini lebih banyak mendatangkan pembaca? Saya jadi berpikir untuk membuat blog saya menjadi tematik. Parenting kah? Food blog kah? Travel blog kah? Blog untuk menulis fiksi saja kah? Atau saya tetap menulis sesuai dengan apa yang ingin saya tulis saja kah? 

Bagaimana menurut pengalaman teman-teman?

Tuesday, May 9, 2017

Kami, Analis Kredit : Susah Disogok Gampang Diracun


Bekerja penuh integritas adalah nilai yang kami, para analis kredit, pegang teguh. Kami menyalurkan kredit kepada anda karena usaha anda layak dibiayai, jaminan anda mencukupi dan yang lebih dari semua itu, karakter anda baik serta bisa bekerja sama dengan hasil yang menguntungkan kedua belah pihak....(beraaattt men...!)

Jadi jangan coba-coba sogok kami dalam bentuk apapun. Drama saling lempar duit dan kejar-kejaran di jalan dengan debitur sering terjadi. Sebabnya, debitunya ngotot ngasih amplop setelah pencairan kredit tapi kami lari menghindar.


"Tidak usah Ko' Chibi Maruko Chan. Bayar tepat waktu saja saya sudah senang."

"Sudah, ambil saja. Ini ucapan terimakasih saya." Ko' Chibi maksa nyelipin amplop di dalam tas. 

Saya merogoh tas dan mengambil amplop lalu mengembalikan. "Tidak usah ko'. Saya takut!"

"Takut sama siapa?"

"Takut sama Tuhan Yang Maha Kuasa." Kemudian saya berlari menyebrang jalan. "Sudah dulu ya, ko' saya mau balik kantor."

Ko' Chibi pantang menyerah, dia menyebrang dan mengejar saya. Saya pun memaksakan badan yang gemuk ini untuk berlari lebih kencang.

"Woy, sabrina. Saya capek nih kejar-kejar kamu."

"Aduh ko' maaf ya. Saya tidak terima yang gitu-gituan. Gaji saya sudah lebih dari cukup." (Dalam hati ngitungin jumlah tagihan pinjaman kredit rumahπŸ˜‚πŸ˜‚)

Lalu saya segera masuk ke dalam mobil kantor dan minta pak driver segera cabut dari sana.

Saya pun tiba di kantor dengan selamat dan bahagia karena target bulan ini tercapai berkat penyaluran kredit kepada ko' Chibi Maruko Chan.

Beberapa menit kemudian, OB kami yang baik hati dan budiman membawakan dua buah kantong plastik besar. Bunyi kresek bergesekan membuyarkan konsentrasi para analis kredit yang sedang serius menghitung kelayakan pembiayaan dalam jumlah milyar padahal lihat duit puluhan juta saja jarang-jarang terjadi.πŸ˜…

"Eh, apaan tuh bunyi-bunyi?" Harap maklum ya, kami memang lemah sama bunyi-bunyian kantong kresek.

Kepala para analis kredit mulai menyembul satu-satu dari balik kubikelnya.

"Eh, eh, ada pizza loh....!"

Dan dalam hitungan tidak lebih dari tiga detik semua beranjak dari kursi dan menyerbu pak OB.

Persaingan ketat dan pertumpahan darahpun terjadi.

"Eh, saya yang ini dong!"

"Minggir, saya belum kebagian!"

"Satu orang satu, jangan dua!"

Bak...buk...bak...buk....

Singkat cerita dua pan pizza large tandas tak bersisa oleh para analis kredit yang kebanyakan merangkap sebagai anak kos.πŸ˜‚πŸ˜‚




"Eh, ini pizza dari siapa ya? Ada yang ulang tahun? Siapa yang ulang tahun?" Salah satu analis kredit bertanya. Biasanya kalau ada yang ulang tahun atau syukuran naik jabatan memang ditodong buat traktir seisi kantor.

"Tidak tahu."

Dan hingga jam pulang kantor yang memberikan pizza siang tadi masih misteri.

"Gawat banget ya kita ini. Lihat makanan langsung makan tanpa verifikasi darimana asalnya. Kalau ada racunnya bagaimana?"

"Iya, kita harus lebih waspada. Lain kali harus tau dulu makanannya darimana."

"Betul, jaman sekarang kejahatan di mana-mana. Bahaya!"

Lalu keesokan harinya, di suatu sore yang sendu, Pak OB datang membawa kantong plastik berisi pisang goreng.

Lagi-lagi, bunyi kantong plastik membuyarkan konsentrasi dan meninbulkan rasa lapar. Dalam waktu singkat semua menyerbu. 

"Eh, sisain dong!"

"Minggir, saya belum kebagian!"

Ketika pisang goreng tandas.....

"Pisang goreng darimana nih?"

Tak ada jawaban. Hingga jam pulang kantor pisang gorengpun tetap jadi misteri πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜….

Sunday, May 7, 2017

Bisnis Meeting : Saat Analis Kredit Berubah Jadi Mama Loren



Sebagai seorang analis kredit dari Bank terkemuka di Indonesia (ceilehhh😁), kami tidak hanya dituntut untuk mumpuni dalam bidang negoisasi hingga closing maupun penagihan ala preman hingga tunggakan terbayar. Di samping skill wajib di atas, kami juga dituntut  memiliki ilmu kebatinan untuk meramal masa depan seperti Mama Loren. Kamu tau Mama Loren kan? Tidak tau? Serius? Itu loh, yang suka ramal-ramalin perceraian artis..πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

Seperti kejadian di suatu pagi yang cerah. Tidak ada angin, tidak ada tanda-tanda hujan. Lihat ke lepas pantai dari jendela kantor, ombak pun aman terkendali. Eh, tiba-tiba penyelia analis kredit yang cetar membahana keluar dari singgasananya.

"Cepat kumpulin nama calon debitur untuk di closing sepanjang tahun ini.  Setengah jam lagi diemail ke saya, ya!" 

Apa???!!!!!  Maka gemparlah penghuni khayangan.



Nama calon debitur selama setahun?! Ini gila, mennnnn! Menu makan siang buat entar saja belum sempat terpikirkan.

Analis yang jomblowan dan jomblowati pun pada protes. 

"Kalau tau siapa nama debitur yang akan di closing sampai dengan akhir tahun, pastinya kami sudah tidak jomblo lagi sekarang karena sudah tau belahan jiwa kami di masa depan siapa."

Penyelia cetar tidak mau mendengarkan keluhan kami, "Pokoknya nama-namanya dikumpulin ke saya setengah jam lagi. Besok mau Bisnis Meeting, nih! Pokoknya target 200 M harus sudah tau mau disalurkan ke mana. Titik tidak pake koma apalagi tanda tanya!"

Lalu, setengah jam kemudian, berbekal kreativitas tingkat tinggi, maka terkumpullah sudah nama-nama calon debitur beserta jenis usaha untuk mendapat penyaluran kredit 200 Milyar sepanjang tahun. Penyelia senang, kami pun bahagia. Target tahun ini di atas kertas sudah tercapai. Semua bisa pulang dan bobo siang syantikkk....😚😚

Singkat cerita, Bisnis Meeting pun berlangsung dengan aman dan terkendali tanpa adanya kendala apalagi tawuran.

Seminggu kemudian.....

Penyelia analis kredit yang cetar kembali keluar dari peraduannya dan berdiri di tengah-tengah ruangan.

"PT. Maju Mundur Cantik, usaha distribusi bulu mata anti tsunami, permohonan kredit 1 Milyar, punya siapa nih? Sudah sampai mana progresnya?"

Hening......

"Kalau PT. Hello Kitty, usaha merebut kekasih orang lain, permohonan Rp. 2.5 M punya siapa?"

Seisi ruangan masih hening.

"Ko' diam semua sih? Ini kan nama-nama calon debitur yang kalian masukin ke saya untuk bisnis meeting waktu itu!"

Itulah masalahnya....

Ruangan tetap hening karena ternyata para analis kredit sedang berjuang mengingat hasil mengarang bebas yang dimasukkan ke penyelia minggu lalu. 😀😀😀

Duh, apa ya? Minggu lalu saya nulis nama siapa ya? 

Penyelia kreditpun memberikan saran yang akan kami kenang sepanjang hayat, "Makanya, kalau mau ngarang nama debitur yang gampang diingat dong!"

Debitur Down Grade : Bapak Harus Bertanggungjawab Atas Masa Depan Saya



Suatu hari di akhir bulan yang hectic dan sedikit chaos, tersebutlah dua orang analis kredit baru yang masih imut dan unyu-unyu. Sebut saja Nona F dan Nona W.

Mereka berdua grasak-grusuk di belakang kubikel saya. Sebagai seorang senior analis kredit yang baik hati dan tidak suka mencampuri urusan orang lain (padahal ini antena udah dipasang tinggi-tinggi buat menangkap gelagat-gelagat mencurigakan yang kali aja bisa jadi bahan gosip murahanπŸ˜†), maka saya tetap duduk di kubikel sambil stay cool dan pura-pura sibuk kerja pakai mouse yang di scroll up scroll down doang. Heheh. 

Terdengarlah percakapan dua analis kredit unyu-unyu ini.

Nona W : gawat! Kalau Bapak Naruto tidak bayar bulan ini, kreditnya jatuh ke golongan 3.

( Fyi. Kredit jatuh ke golongan 3 artinya debitur sudah 3 bulan tidak melakukan pembayaran. Artinya kredit ini Non Performing Loan alias Macet! Kredit macet bagi seorang analis kredit, apalagi yang masih unyu-unyu adalah malapetaka!)

Nona F : Ditagih lah... Sudah datang ke rumahnya?

Nona W : sudah ditagih via sms, telpon dan datang ke rumah. Tapi pak Naruto tidak balas dan tidak ada di tempat.

Nona F : Kreditnya sudah berapa lama?

Nona W : baru saya kasih 5 bulan yang lalu.

Nona F : Aduh gawat!

(Fyi lagi. Kalau kredit macet adalah malapetaka, kredit macet sebelum setahun adalah musibah beruntun. Kredit macet sebelum setahun dikategorikan sebagai kesalahan analisa kredit dan oleh karenanya, petugas pemberi kredit harus membuat laporan pertanggungjawaban yang di dalamnya menjelaskan latar belakang debitur dan kronologi kenapa bisa sampai macet. Hayo loh! Masih pengen kerja di bank? Hehehe 😝😝😝)

Nona F : Sini coba saya yang telpon.

Percakapan selanjutnya adalah percakapan antara Nona F dan Pak Naruto lewat telpon. Berhubung Hp nya tidak di loadspeaker, jadinya dialog Pak Naruto hanya terkaan saya belaka.

Nona F : Halo, benar dengan Bapak Naruto?

(Ceritanya telpon Pakai nomor hape Nona F sehingga Bapak Naruto akhirnya mau angkat telpon setelah selama ini nomor Nona W direject terus)

Pak Naruto : iya benar. Darimana ya?

Nona F : saya nona F dari bank. Saya hanya mau mengingatkan saja pak tolong ya tagihannya dibayar. Ini sudah tiga bulan tidak bayar.

Pak Naruto : Iya, iya... Ini uangnya sedang dicari nanti kalau sudah terkumpul saya pasti bayar.

Nona F : bapak janji-janji terus. Ini kalau macet aset bapak kami sita. Terus di info Bi nama bapak jadi jelek. Ke depannya kalau mau pinjam di mana-mana susah.

Pak Naruto : iya, iya saya tau itu.

Nona F : kalau tau bayar dong pak!

Pak Naruto : ibu budeg apa gimana? Kan saya bilang duitnya lagi dikumpulin.

Nona F : iya, soalnya kalau bapak macet saya bisa kena marah bos. Bapak belum setahun dikasih kredit sudah macet. Saya masih pegawai baru pak di sini. Kalau bapak macet saya bisa kena sanksi PHK.

(Nona F mulai mebgeluarkan jurus mengancam. Hebat juga ini anak baru nagihnya! 😁)

Nona F : Kalau sampai saya dipecat, bapak harus bertanggungjawab atas masa depan saya!!!

Pak Naruto : Tanggungjawab? Ibu tidak saya apa-apain kok telpon minta tanggungjawab? Yo wes, besok saya nikahin ibu ya....

Nona F : #$@^#*(@#^

Dan saya pun tertawa terbahak-bahak...



Saya : minta tanggungjawab? Emang kamu habis diapain?

Nona F : soalnya kesal, Mbak. Malah telpon saya ditutup.

Saya : Ya, sudah. Sabar ya...badai pasti berlalu.

Kedua analis baru yang masih unyu-unyu itupun manggut-manggut.

Saya : tapi ingat, badai pasti datang lagi. Biasanya disertai angin topan dan puting beliung. Hahahahaha.

Mereka berdua pun melengos dan pergi dari belakang kubikel saya. πŸ˜†πŸ˜†

What a end of month.....

Baca ini juga ya, guys :

Saturday, May 6, 2017

Meeting Pipeline : Ketika Tiba-tiba Kamu Ingin Berubah Jadi Batang Pisang.



Apa sih pipeline itu? Pipe : Pipa, Line : Garis. Garis Pipa? Pipa Bergaris? Salah!

Pipeline adalah kata keramat bagi analis kredit macam saya. Di tempat kerja saya orang-orang yang tugasnya berkutat di bidang pemasaran kredit namanya Analis Pemasaran Bisnis, di bank tetangga ada yang menyebut Account Officer ada juga Relationship Manager. Apapun sebutannya, saya jamin mereka semua paling anti sama yang namanya meeting pipeline. 

Pipeline itu bukan jenis makanan ringan ataupun makanan berat, karena benar-benar tidak bisa dimakan. Pipeline itu adalah istilah untuk menyebut....menyebut apa ya? Menyebut bala bencana yang tiba-tiba mengacaukan mood seorang analis kredit seharian 😁. 

Jadi di meeting pipeline itu kamu dan teman-teman sejawatmu akan dikumpulkan di suatu ruangan dan ditanyakan siapa nama debitur yang pasti bisa kamu booking untuk bulan ini, jenis usahanya apa, nominal kreditnya berapa. Karena target anlis kredit sebulan di tempat saya adalah 3 Milyar, ketika kamu menyebutkan angka di bawah itu maka kamu akan mendapatkan tatapan sinis dan cibiran pedas dari teman-teman sejawat 😱😱. Lebay detected πŸ˜‚.

Meeting pipeline di tempat saya adalah setiap hari selasa. Jadi hari Senin biasanya saya sudah menunjukkan gejala-gejala diare ringan, panas dalam, gata-gatal, bersin-bersin. Kalau gejalanya parah dan tidak ada nama calon debitur yang bisa disebut, biasanya saya akan melayangkan surat ijin sakit di hari Selasa πŸ˜‚πŸ˜‚. Kalau jatah sakit sebulan itu sudah habis, maka mau tidak mau hari Selasa ini harus tetap dihadapi dengan lapang dada.




Bos : Apa pipeline kamu bulan ini?

Saya : Mr. X, usahanya budidaya pokemon. Permohonannya 1.5 Milyar.

Bos : cuma itu?

Saya : Iya,  Bos

Bos : Dikit banget! Ngapain aja kamu bulan lalu? Tidak ada prospek? Tidak jualan?

Saya : Jualan ko' Bos. Tapi kan yang namanya jualan ada pasang surutnya. (Jawaban ini imajiner. Biasanya saya senyum-senyum saja kalau ditanya begini 😁)

Bos : Kepastiannya berapa persen nih bisa cair bulan ini?

Saya : 95% Bos.

Bos : Ko' tidak 100%?

Saya : 5% nya jika Tuhan berkehendak Bos. Sebab jika hanya kehendak analis kredit tapi Tuhan tidak, maka tidak cairlah kreditnya. (Lagi-lagi dialog ini imajiner πŸ˜‚πŸ˜)

Lalu di Selasa berikutnya ketika Mr. X membatalkan rencana pengajuan kredit karena Mrs.X tidak mau menjaminkan rumah mereka...

Bos : Bagaimana perkembangan kredit Mr. X? Sudah sampai mana? 

Saya : (karena Mr.X gagal dan saya sudah tidak punya pipeline lagi dan jatah sakit habis, maka saya memutuskan untuk berubah jadi batang pisang)

Bos : Loh, tadi saya lihat Sabrina ada, sekarang ko' ngilang?

Teman-teman lain kebingungan mencari.

Bos : Sampah batang pisang darimana ini? Buang ke tempat sampah! Bikin kotor aja.


Dan saya pun lolos dari meeting pipeline Minggu ini. Phewww....Minggu depan berubah jadi apalagi ya?

Monday, May 1, 2017

Matriks Prioritas

Tulisan kali ini agak berat, tapi saya jamin tidak seberat tulisan Gilang tentang Perang Dunia II di sini  πŸ˜‚πŸ˜‚.

Gambar dari sini


Tulisan ini juga sengaja saya buat khusus untuk teman saya. Halo teman saya... Semoga kamu suka dan terbantu dengan ulasan sederhana ini ya....😊😊😊

Ulasan ini juga dapat dipraktekkan pada kehidupan Ibu Rumah Tangga sekalipun. Sebenarnya bagaimana menetapkan prioritas bisa berlaku untuk semua aspek kehidupan kita. Namun kali ini saya hanya akan mengulas matriks prioritas dalam ruang lingkup pekerjaan saya saja.

Bekerja di sebuah perusahaan perbankan milik pemerintah membuat karyawan rentan mengalami stres akibat dari banyaknya tuntutan yang dibebankan kepadanya. Stres ini adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Yang paling banyak menyebabkan stres (menurut saya)  adalah ketika merasa sudah bekerja sangat maksimal, mendedikasikan seluruh tenaga dan waktu yang kita miliki, namun jangankan menghargai, manajemen merasa kita belum kerja dengan baik. Rasanya seperti ingin ke monas dan liburan saja 😁😁.

Sebelum menyusun matriks prioritas kita harus tahu jenis-jenis pekerjaan yang merupakan tugas dan tanggubgjawab kita. Namanya tanggung jawab, besar ataupun kecil, sekarang atau nanti, tetap harus dilaksanakan. Tidak bisa tidak. Tapi ada yang bisa menunggu.

Nah, dalam menetapkan skala prioritas yang perlu kita tahu adalah alasan mengapa suatu kegiatan harus didahulukan dibandibgkan kegiatan lain. Saya langsung masuk kepada contoh biar aplikatif.

Tugas dan tanggung jawab saya di kantor :

1. Ekspansi kredit BCM (kredit di aras 1 Milyar) baru 

2. Ekspansi Kredit Usaha Rakyat (KUR-kredit di bawah 500juta)

3. Penagihan Pra NPL (kalau tidak bayar belum macet)

4. Penagihan NPL/Restruk (kalau tidak bayar atau tidak direstruk bisa macet)

5. Review Kredit (perpanjangan kredit yang sudah jatuh tempo)

Nah, itulah ke 5 tugas utama saya di kantor (selain tugas-tugas dadakan lainnya). Sekarang, kita masuk pada situasi-situasi ketika harus memilih mengerjakan yang mana lebih dahulu saat ke lima tugas utama itu datang bersamaan. Kalau tugas-tugas itu mendatangi saya secara bersamaan, maka yang saya lakukan adalah seperti matriks di bawah ini :

1. BCM Baru x Review BCM x KUR x penagihan Pra NPL = BCM Baru

2. BCM Baru x Review BCM x KUR x penagihan Pra NPL x penagihan NPL/Restruk = Penagihan NPL/Restruk

3. BCM Baru x Review BCM x KUR  = BCM Baru

4. Review BCM x KUR  = KUR

5. Review BCM x Penagihan Pra NPL = Penagihan Pra NPL

6. KUR x Penagihan Pra NPL = KUR

7. KUR  x Penagihan NPL/Restruk = Penagihan NPL/Restruk.


Sederhananya, saya akan mengurutkan tugas-tugas tersebut dari yang Top Urgent sampai yang tidak terlalu urgent namun tetap wajib dikerjakan:

1. Restruk / Penagihan NPL 
Ini top urgent. Waktu dan tenaga serta pikiran wajib di kerahkan ke tugas tersebut. Kita harus segera menemukan cara tersingkat dan terefisien dalam penyelesaiannya. Tidak bisa ditunda karena kalau sampai ada kredit macet, ekspansi berapapun tidak akan diperhitungkan.

2. Ekspansi BCM
Harus segera dilakukan karena ini menyangkut momentum yang tepat yang jarang akan terulang kembali. Ini menyangkut closing dan janji ke nasabah mengenai kepastian pencairan kredit mereka. Kalau kita sudah janji minggu depan, lantas molor, nasabah bisa kecewa dan parahnya bisa berubah pikiran.

3. Ekspansi KUR 
Ini juga terkait momentum. Namun karena jumlah penyaluran kredit yang tidak sebanyak ekspansi BCM, maka ini bisa dikesampingkan kalau ada number 1 and number 2 priority yang datang bersamaan.

4. Penagihan Pra NPL.
Ini tugas yang tak kalah penting namun bisa menunggu. Karena kalau toh tidak dilakukan nasabah itu tidak sampai jatuh ke macet.

5. Review BCM
Ini juga hal yang penting namun bisa menunggu ketika ada tugas lain yang datang. Review kredit berkaitan dengan nasabah eksisting. Bisanya nasabah eksisting cenderung loyal dan merasa rugi jika harus berpindah ke bank lain hanya karena kreditnya kita perpanjang sementara 1 bulan atau 3 bulan dulu berhubung harus menyelesaikan tugas urgent lainnya 😁😁😁.


Matriks ini biasanya hanya saya susun dalam kepala saja. Namun dengan menuliskannya semoga bisa lebih berguna untuk orang lain. Bukan berarti setelah menyusun matriks seperti ini lantas saya tidak stres lagi. Tapi setidaknya waktu 24 jam sehari bisa lebih efektif. 

Nah, demikian ulasan sederhana yang semoga dapat dipahami. Contoh matriks di atas bisa kalian ganti dengan tugas dan kegiatan masing-masing.

Keep smile and stay sane ya guys....😊😊😊😚.