Monday, January 28, 2019

Hiday : Teman Belajar dan Bergibah


Clue : baca judul di atas sambil mendendangkan jingle majalah Bobo dong.

Hah?  Kamu gak tau majalah Bobo?  Yang jingle-nya kayak gini Bobo : Teman Bermain dan Belajar. B-O-B-O BOBO.

Kalau masih gak tau,  yakin masa kecilmu sudah bahagia? ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Hiday itu nama beken dari sahabat dunia maya saya yang bernama lengkap Nur Hidayati. Saya biasa panggil dia Mbak Hiday.  Kadang panggil dia Mak Hiday.  Kok di dunia maya?  Lah iya,  wong kami belum pernah ketemu.  Kok bisa?  Iya bisa soalnya Mbak Hiday tinggalnya di Tuban,  saya tinggalnya di Manado.  Saya kalau jalan-jalan paling banter ke Jakarta,  Mbak Hiday kalau jalan-jalan ke Leiden,  cuy! Jadi,  kami sampai sekarang tidak pernah bertemu. 



Meski belum pernah bersua di dunia nyata,  itu tidak menjadikan kami minim interaksi. Justeru sebaliknya.  Kami sudah kayak soulmate. Soalnya selain lovable dan gibah-able (bukan gampang digibahin ya,  tapi gampang diajak menggibah bareng๐Ÿ˜‚),  Mbak Hiday ini adalah orang yang luas wawasannya, cerdas,  on fire 24 jam, lifetime learner suka dengan dunia tulis menulis seperti saya dan lebih dari semua itu,  dia adalah seorang emak-emak.

Kami makhluk sejenis,  jenis emak-emak,  jenis paling sporadis sekaligus anarkis di muka bumi. Gak percaya?  Setelah cuma kami yang boleh belok kanan sein kiri,  kamu mau bukti bagaimana lagi sih? ๐Ÿ˜‚




Kalau kamu berwawasan luas dan suka menulis,  itu biasa.  Tapi kalau kamu emak-emak,  berwawasan luas dan suka menulis,  itu adalah hal yang sangat luar biasa bagi saya.  Kenapa?  Karena menjadi emak-emak saja sudah rempong bagi waktu,  ini ditambah berwawasan luas dan suka menulis pula.  Di situlah awal mula saya mengagumi sosok bersahaja bernama Mbak Hiday. 

Awal mula perkenalan kami adalah di salah satu grup menulis berbasis blog dan WA bernama One Day One Post.  Saat itu Mbak Hiday mengirimkan saya pesan yang persisnya saya lupa tapi kurang lebih adalah meminta saya untuk mengomentari cerpen dia.  Dalam hati ketika itu adalah waduh,  kok ini orang ujug-ujug minta saya komentarin cerpen ya?  Emang dia gak tau siapa saya?  Justru karena saya bukan siapa-siapa malah jadi keki.  

Tapi mengingat embel-embel kata pengantar yang dia pakai pada saat pertama kali meminta saya membaca cerpennya,  maka saya gak tega buat menolak.  Kalian mau tau apa kalimat yang ketika itu Mbak Hiday sampaikan kepada saya dan hingga saat ini saya tidak lupa? Mbak Hiday bilang,  "Saya adalah pembelajar yang cepat."

Yup!  Di kemudian hari,  setelah ratusan purnama persahabatan kami (agak lebay sih๐Ÿ˜‚),  saya yang lebih banyak belajar dari Mbak Hiday.  Tentang ketekunan,  kerja keras,  kemauan,  pantang menyerah,  keyakinan. Saya belajar dan meneladani Mbak Hiday tentang bagaimana menjadi tidak hanya seorang perempuan yang auto-kodrat (istilah apa pula ini?) sebagai istri dan ibu,  tapi juga bagaimana mengupayakan pencapai-pencapaian dalam hidupmu.  


Mbak Hiday telah menginjakkan kaki di banyak negara di Asia Tenggara maupun Eropa lewat ketekunan dan passion menulisnya.  Hal inilah yang membuat saya enggan jauh-jauh dari dia, karena seperti kata pepatah 'berteman dengan penjual parfum akan kecipratan wanginya'  saya berharap juga akan kecipratan sekelumit wawasannya dan kegigihannya. 


Mbak Hiday,  Ustadzah Oki dan negara-negara Eropa yang dikunjungi


Mbak Hiday,  seperti yang saya sebut di atas,  adalah lifetime learner.  Ia adalah pembelajar sejati lewat bagaimana ia memperoleh beasiswa LPDP untuk pascasarjana-nya yang kemudian membuat ia kembali berpacu mencari beasiswa S3.  Semangat itu sesungguhnya menular,  kebaikan juga. Jadi,  fix saya gak akan jauh-jauh dari Mbak Hiday. ๐Ÿ˜‚

Salah satu buku yang ditulis oleh Mbak Hiday


Lalu,  di tengah-tengah kesibukan kami sebagai emak dan pembelajar (dalam hal ini literasi)  kami pun tak lepas dari kebiasaan jamak kaum perempuan,  yaitu bergibah.  Eits,  tunggu dulu!  Gosip kami di sini adalah gosip yang berfaedah.  Emang ada?  Ada dong! Nih,  saya bagikan skrinsyut-an asli pergosipan kami๐Ÿ˜


Racun beasiswa yang coba ditularkan Mbak Hiday

Bagi-bagi ebook adalah jenis pergibahan yang berfaedah ๐Ÿ˜‚

Mengingat ber-gibah itu makin ramai makin sip,  maka kami membentuk komunitas pergosipan,  eh komunitas sastra dengan syarat menjadi anggota yang nomor satu adalah 'emak-emak'  ๐Ÿ˜‚

Menggosipi Eka Kurniawan


Setelah berperan sebagai istri,  ibu,  beasiswa hunter,  penulis,  editor,  tidak juga menghabiskan energinya,  mak satu ini juga membuka Taman Baca Mandiri dan menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar literasi di lingkungan sekitarnya. 




Telah hadir di tengah-tengah masyarakat Tuban (setelah bolak-balik empunya galau sampai bikin voting nama buat TBM ๐Ÿ˜‚)  TBM Sanggar Caraka. 



Para tamu di Sanggar Caraka


Pokoknya pertemanan kami ini adalah pertemanan yang sehat dan saya bangga berada dalam circle pertemanan yang sama dengan Mbak Hiday.

Tetap menginspirasi orang-orang pada umumnya dan wanita-wanita pada khususnya, ya Mbak.

Akhir kata,  kapan kita bertemu untuk bergosip secara face to face sambil ngopi-ngopi di kaki Eifell? ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜˜



(Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Hiday dan Sahabat)




Catatan :

Semua GIF dari https://giphy.com/
Semua gambar dari ig Mvak Hiday


Jangan lupa follow ig Mbak Hiday :


Dan juga ig saya (gapapa ya,  promo tipis-tipis ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ’‹) 


Tuesday, January 8, 2019

Menilik Posisi Erdogan dan Jokowi dalam Daftar 50 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia


[Disclaimer.  Saya menulis ini di akhir tahun 2018 murni opini pribadi dan sama sekali tidak menggambarkan preferensi saya dalam pemilu presiden 2019] 

Ketika sedang berselancar di instagram saya menemukan sebuah gambar yang menarik. Gambar tersebut adalah foto Recep Tayyip Erdogan, presiden Turki 2 periode,  beserta penjelasan perihal posisi beliau yang berada di urutan pertama dalam daftar tokoh Islam paling berpengaruh di dunia. Ini bukan hal yang aneh. Sebagai pengagum Erdogan meski bukan garis keras, saya cukup sering membaca sepak terjangnya dalam membela kaum muslim. Mulai dari menjadikan negaranya sebagai tuan rumah yang baik dalam menyambut pengungsi konflik dari negara-negara tetangga, walk out dari sidang PBB saat Trump yang dikenal rasis berpidato, hingga memenjarakan seorang warga AS yang diduga terlibat dalam misi kudeta sehingga menyebabkan Trump berang dan lira terjun bebas. 





(credit : instagram spiritturki)

Kembali pada unggahan instagram tadi, sesungguhnya yang membuat unggahan itu menarik adalah caption pada foto yang turut menjelaskan peringkat Jokowi dalam survey 50 Tokoh Islam Paling Berpengaruh. Surprisingly, Jokowi berada di urutan ke-16. Saya terkejut. Terkejut dalam arti yang baik.

Di tengah memanasnya isu politik menjelang kampanye, berita hoax yang terkadang serupa fakta, isu agama yang dihembuskan, berita tentang Jokowi PKI ataupun antek asing dan aseng, kadang-kadang kita lupa bahwa ia juga bagian dari umat Islam. Jokowi juga adalah seorang muslim yang kebetulan sedang diamanahi untuk memimpin negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. 

Tidak mau termakan unggahan instagram yang jangan-jangan hanya berisi omong kosong, tidak omong kosong jika Erdogan di urutan pertama tapi bisa jadi omong kosong jika Jokowi berada di urutan 16 (ini pasti ulah cebong), maka saya langsung meluncur ke situs yang disebutkan melakukan survei tersebut. Situs itu adalah themuslim500.com


Situs tersebut menampilkan daftar 50 tokoh Islam paling berpengaruh tahun 2018 beserta foto dan sedikit keterangan tentang profesi masing-masing tokoh. Tidak melulu pemimpim negara, ada juga yang berprofesi sebagai guru besar di sebuah universitas, imam besar dan lain sebagainya. Pada daftar tahun 2018 disebutkan Erdogan berada di urutan ke 5 dan Jokowi berada di urutan 16. Pada daftar tahun 2019-yang mana saya juga heran kenapa sudah dirilis padahal 2018 belum berakhir- disebutkan bahwa Erdogan menanjak di posisi 1 sementara Jokowi tetap di posisi 16.





(credit : www.themuslim500.com)

Belakangan ini, entah karena sudah menjadi semakin tua dewasa, saya mencoba untuk bersikap lebih netral dalam menanggapi berbagai input yang media massa coba jejalkan melalui mata dan telinga saya.

Lima tahun yang lalu saya sangat mempertanyakan kapabilitas Jokowi untuk menjadi presiden. Tapi saat ini, meski banyak PR dan kumasih tak mengerti tentang urgensinya menginput nomor kartu keluarga saat regitrasi sim telpon seluler, tidak bisa dipungkiri bahwa kita sama-sama telah menikmati pembangunan infrastrukur yang menjadi salah satu prestasi presiden ke-7 Indonesia itu.  

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa di era kepemimpinan Jokowi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi 7% dimana sebelumnya 9%. KUR inilah yang diharapkan mampu menggerakkan UMKM di Indonesia.

Kalau di kota saya di Manado, pada masa pemerintahan Jokowi akhirnya Jembatan Sukarno rampung setelah terhenti pada era Megawati dan mangkrak di era SBY. Di masa Jokowi pula banyak ring road yang dibangun di kota ini serta akhirnya jalan tol Manado-Bitung mulai dikerjakan. 

Di sisi lain, Erdogan, yang diagung-agungkan dan disegani oleh sebagian besar masyarakat kita, termasuk saya, bisa jadi tak sesempurna itu. Kegandrungan pada serial drama Turki sedikit banyak membuat saya mulai kepo dengan segala hal berbau Turki hingga mengantarkan saya pada 2 buah blog pribadi. Salah satunya ditulis oleh seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Turki dan yang lainnya ditulis seorang wanita Indonesia bersuamikan warga negara Turki. 

Si mahasiswa menuliskan pengalamannya dalam berinteraksi dengan teman sejawat yang terheran-heran mengetahui bahwa masyarakat Indonesia sangat mengagumi Erdogan.  Masyarakat Turki saja tidak sebegitunya. Dan asal kalian tahu saja, meskipun menang telak 53% suara dari 5 kandidat lain pada pemilu tahun 2018, itu tetap menggambarkan bahwa ada 47% warga negara Turki lebih memilih dipimpin oleh orang lain. 

Unggahan blog wanita yang bersuamikan warga negara Turki lebih detail lagi dalam menyampaikan kearoganan pemimpin negri dua benua itu. Pada tahun 2016 pernah ada upaya untuk mengkudeta kepemimpinan Erdogan. Pasca kejadian itu, semua orang yang dilaporkan, dituduh, diduga terlibat dalam aksi tersebut akan diberi sanksi berupa hukuman penjara dan sanksi sosial yang cukup kejam. Terlapor, tertuduh dan terduga aksi kudeta akan masuk dalam black list sehingga sulit mendapatkan pekerjaan bahkan di negara mereka sendiri. 

Wanita bersuamikan warga negara Turki itu kemudian menceritakan pengalaman kolega mereka yang bahkan harus hijrah ke Albania untuk mencari pekerjaan. Padahal, orang tersebut tidak pernah melakukan aksi kudeta. Ia hanya pernah bekerja pada sebuah lembaga yang diduga mendukung aksi kudeta. 

Lantas, apakah saya percaya begitu saja dengan isi kedua blog itu? Ya, tentu saja.  Saya akan lebih meyakini situs berupa blog pribadi yang isinya didominasi curhatan kegalauan menjalani hubungan jarak jauh ketika pacaran dengan orang asing dan culture shock pasca menetap di Turki dibandingkan situs berita dalam negri, yang bahkan mungkin reporternya sendiri belum pernah menginjakkan kaki dan berinteraksi dengan warga Turki.

Sebenarnya poin dari tulisan saya ini sederhana. Cinta dan benci lah sewajarnya saja. Tidak ada manusia yang sempurna kebaikannya ataupun sempurna keburukannya karena kesempurnaan hanya milik Allah, sedangkan ketidaksempurnaan milik Bunda Dorce Gamalama manusia.

Akhir kata, mulailah cintai pemimpinmu yang sekarang ataupun yang akan menjabat nanti meskipun ketika kau tidak juga menemukan alasan untuk mencintainya. Kalau tidak mau, pindah saja sana kau ke Turki! (Eh, kalau itu sih saya juga pengin).

Tuesday, January 1, 2019

New Year Give Away


Untuk turut menyambut 2019 yang membentang di depan mata,  saya mengadakan giveaway kecil-kecilan. Tujuannya sih saling memberitahu resolusi di 2019 terutama di bidang kepenulisan.  


Bukankah lebih banyak yang tahu lebih bagus ya?  Resolusi itu harus dipaparkan dengan detail,  realistis,  diperjuangkan dan didoakan.  Dengan dibaca banyak orang harapannya sih bisa didoakan saja minimal ketik 'amin'  di kolom komentar. Hahah

Giveaway sederhana saya ini berhadiah sederhana pula yaitu buku koleksi pribadi dan pulsa yang gak seberapa.  Tapi Insya Allah bermanfaat. 

Btw,  giveaway ini khususon member One Day One Post (ODOP).  Kenapa?  Karena saya cinta banget sama ODOP.  Iya,  sebegitu cintanya. ๐Ÿ˜

Nah,  buat yang ketinggalan info tentang give away ini karena udah tenggelan dalam ribuan chat di WA grup,  ini saya jabarkan lagi. 







Nah,  ini buku-buku koleksi pribadi.  Original dan masih dalam keadaan 80% baik.  Hanya beberapa buku kertasnya sudah agak menguning. 








Oke,  selamat mengikuti giveaway jika berminat dan semoga beruntung ๐Ÿ™Œ๐Ÿ™Œ

(semua gambar dari koleksi pribadi)