Thursday, January 24, 2013

Penulis Itu...

(Diambil dari Note FB tanggal 28 November 2010)

Penulis adalah orang tercerdas yang pernah hidup dari zaman Nabi Adam hingga detik saya menulis ini. Tak ikut mati saat kaum Luth dibinasakan, tak ikut tenggelam meski bahtera Nuh tak menyisakan ruang mengevakuasinya. Tak ikut karam bersama pasukan Firaun di laut merah. Penulis adalah orang-orang yang tangguh tak terhunus pedang-pedang tentara di Perang Salib,, tidak terbantai di bawah rezim biadab Hittler maupun pembantai umat Islam tersadis di Perang Salib yang entah kenapa belakangan malah menjadi fiksi memuakkan di balok-balok berakaca bernama Televisi..yah,, tak lain dan tak bukan adalah sang Drakula "Vladislav Draculea".



image was taken from http://adiwarnacenter.blogspot.com



Entah, mungkin seorang penulis telah melakukan perjanjian dengan Tuhan serupa nenek moyang iblis melakukannya. Bahwa mereka tak kan binasa hingga sangkakala ditiup dan gunung-gunung terbang serupa bulu. Namun berbeda dengan iblis yang kesemuanya sesat,, menjadi sesat ataupun tidak, bagi penulis, adalah perkara yang berada di tangannya sendiri. Setidaknya penulis jauh lebih beruntung dibandingkan iblis yang ditakdirkan sesat, namun tetap memiliki kesempatan hidup hingga sangkakala ditiup kelak.


Bagaimana tidak,, Tuhan Maha Bijaksana yang bermurah menjadikan penulis berumur sepanjang usia jagad. Kalau berumur pendek, lantas siaapa yang akan mengabadikan, tak perlu jauh-jauh ke belakang, peristiwa kemerdekaan misalnya. Atau kisah indah Tajmahal,, atau kisah mengagumkan kerajaan-kerajaan tersohor di Nusantara.Lalu Tuhan menjadikannya cerdas menyainigi Albert Einstein dan bapak kedokteran dunia Ibnu Sina, hingga mampu merangkai partikular-partikular beranama huruf menjadi suatu elemen dahsyat, yang dapat memepermainkan emosi bbahkan memprovokasi orang lain bernama tulisan.

Dalam sepak terjangnya, penulis adalah orang berkepribadian ganda, bahkan lebih unik dari Billy Milligan yang memiliki 24 karakter berbeda dalam dirinya. dalam suatu kesempatan seorang penulis bisa sangat fasih memerankan politisi, lalu guru, kadang-kadang dosen, dapat pula jadi mahasiswa, ataupun rakyat jelata. Jadi ilmuwan, dukun, mantri, engineer, konsultan, perawat, tukang gali kubur sekalipun dapat diperankan oleh seseorang yang berprofesi Penulis. kemampuan observasi seorang penulis tidaak perlu dipertanyaakan lagi. Orang paling adaptif di dunia ini?? oh,, tentu saja penulis!!

Penulis pun bisa membangkitkan orang yang sudah mati- dengan seizin Tuhan- serupa Isa, a.s dalam konteks yang berbeda. Saat kau membaca kisah menyentuh Hellen Keller, misalnya... Bagaikan melihat sendiri bagaimana Hellen Keller berjuang melawan segenap keterbatasan fisik nya bukan?? Bagaikan mendengar sendiri Hellen Keller yang telah berpuluh tahun meninggal menuturkan sendiri kisahnya. Sungguh sebuah sensasi yang sangat sulit di peroleh dari hasil karya lain, selaian karya seorang yang berprofesi Penulis.


Maka Tuhan membuat penulis berumur sepanjang jagad adalah sebuah wujud Kemaha Esaan-Nya. Kalau iblis dengan perjanjiannya, maka penulis dengan Tulisannya. Kalau Isa A.S menghidupkan orang yang telah meninggal dengan Mukjizat seijin Tuhannya, maka Penulis berkesempatan menghidupkan orang yang telah mati dengan meniupkan ruh pada tulisannya.


Pada akhirnya, mengutip kata bijak seorang teman sekaligus senior di kampus "Menulis membuat usia seseorang lebih panjang dari semestinya". Yah,, karena meski jasad sudah lumat dalam liang lahat, tulisan tetap akan hidup hingga akhir jagad.

Monday, January 21, 2013

Manado : This is home and always be a home.

Aroma bubuk coklat bercampur adonan yang siap diuleni..hanya sepersekian jam lagi untuk di bakar di oven.

Harum kayu manis bercampur bau khas cat basah yang disapukan ke dinding dan pagar rumah-rumah..

Kusen jendela dan daun pintu yang mengilap. Suara imam masjid mengaji selepas maghrib sembari menunggu tarwih. Tartil dan tajwidnya sempurna mengangkasa membuai calon-calon makmum tarwih...



                                                                     
Kesibukan menjelang hari kemenangan yang selalu khas. Dulu saya menyambutnya dengan kegembiraan cinta-cinta monyet selepas witir, lalu dengan kegembiraan pulang kampung dari rantauan, lalu...

Ini selalu menjadi kenangan apapun temanya. Ini akan selalu menjadi bulan yang dinanti dalam setahun.. Ini selalu menjadi rumah..

Tenggelam dalam deretan komik, novel dan majalah-majalah tua..membuka mata dan melihat foto-foto lama terpigura di dinding kamar. Tempatnya tidak berubah sejak hampir 7 thn yang lalu.

Dan bangunan ini tetap bangunan yang sama saat nenek dengan batang sapu mengejar saya dan sepupu yang nakal tidak mau tidur siang..

Ini masih bangunan yang sama saat kakek terkantuk2 di kursi kala nonton film india. Meski kakek dan nenek telah lama pergi ini tetap menjadi rumah...

Menua...melapuk...

picture by google

Sebuah Penghiburan

(tulisan ini sudah lama mendekam dalam note fb.. saya angkat lagi kesini untuk jadi bahan renungan untuk diri sendiri ketika putus asa. Syukur-syukur bisa bermanfaat untuk orang lain)

Makassar, 9 Maret 2012

Saya baru membaca 24 halaman buku “Black Swan” yang pada sampulnya tertulis International Best Seller ketika menulis ini. Baru 24 halaman jadi yang saya dapat simpulkan adalah bahwa kejadian-kejadian yang ada di muka bumi ini tidak dapat diramalkan. Jadi siapapaun Anda yang sedang berkuliah dan mempelajari tentang Teori Probabilitas harusnya jangan terlalu percaya. Sebaliknya, yang harus kita lakukan adalah memanfaatkan ketidak pastian, karena ketidakpastian mutlak terjadi. Buku ini menganalogikan dengan fenomena black swan-angsa hitam. Sesuatu yang mustahil tapi ternyata terjadi.

Namun sekarang saya tidak hendak meresensi buku Black Swan. Yang akan saya lakukan adalah menulis sebuah penghiburan seperti judul note ini. penghiburan untuk diri sendiri, untuk yang membaca dan merasa mengalami hal yang sama, untuk yang tengah mengalami kegagalan atau kontra klimaks dalam hidupnya. (hehehhe,,, berat bahasanya ya..)
Saya sedang mengalami masa peralihan yang terberat kedua dalam hidup saya (yang pertama adalah peralihan dari usia remaja -19 tahun menuju ke usia dewasa- 20 tahun. Mental saya belum siap. Tapi fisiologis saya tidak mau kompromi. Saya juga tidak hendak membahas ini sekarang). Beralih dari masa kuliah ke dunia kerja adalah sesuatu yang sangat menyenangkan-seharusnya. Membayangkan bagaimana rasanya kita bisa menghasilkan usang sendiri. Mulai memikirkan rencana-rencana kehidupan sendiri. Menabung dan mencita-citakan untuk jalan-jalan ke luar negeri. Harusnya menyenangkan jika dari perkuliahan kita langsung memasuki dunia kerja. Tanpa singgah dulu di masa peralihan atau yang lebih lazim disebut masa tunggu, yaitu masa seorang fresh graduate menunggu untuk terserap di lapangan pekerjaan (pengecualian untuk yang memilih menjadi interpreneur dan yang ditakdirkan punya perusahaan warisan dari kakek buyutnya. Heheh)

Jadi berada di masa tunggu adalah sesuatu yang benar-benar menyakitkan. (kadang-kadang sebenarnya sangat menyenangkan saat bisa santai-santai berbaring di kasur sambil baca komik di hari senin J ). Berada di masa tunggu, itu berarti siap-siap mengalami banyak sekali penolakan dari perusahaan tempat kita melamar. Mulai dari penolakan yang dapat diterima dengan lapang dada karena kita menyadari bahwa kualifikasi kita belum memenuhi persyaratan perusahaan itu, hingga penolakan yang menyakitkan hati karena kadang-kadang kita berpikir “apa kurangnya saya sih? Saya bahkan bia menyamai performa staf Anda yang sudah bekerja 2 tahun disana kalau Anda menerima saya!!(agak sombong.. heheh). Namun sesungguhnya, rejeki itu rahasia langit. Dan parameter kesuksesan seseorang tidak hanya diukur dari seberapa sempurnannya IPK kita, seberapa banyaknya organisasi yang kita ikuti, seberapa bergengsinya kompetisi yang pernah kita menangi maupun seberapa fasihnya bahasa asing yang kita kuasai. Disamping semua itu, ada yang disebut faktor X (mungkin ini yang oleh Nassim disebut Black Swan dalam bukunya). Jadi, formulanya adalah seperti ini : kesemuanya yang sudah saya sebutkan sebelumnya di atas (IPK,Organisasi,bhs asing) + kesiapan + kesempatan + faktor X = KESUKSESAN. Apakah sesungguhnya faktor X itu? Ialah keberuntungan, Lucky, Fortune, Hoki, Takdir, atau apapun itu sebutannya.

Sunday, January 20, 2013

20 in 1 : 20 super girls in 1 moment

Merantaulah. Maka kamu akan mendapat ganti orang-orang yang kamu cintai ~ Imam Syafi'i


Petuah Imam Sayfi'i di atas tanpa sengaja saya terapkan. Tanpa sengaja sebab Saya hanya untung-untungan memilih Teknik Industri -Unhas waktu SPMB tahun 2007 kemarin. Dan ternyata lulus pemirsah!!:D. Hal itu membuat saya harus meninggalkan Manado dan memulai hidup baru di Makassar.. halaaah....

Saya pergi meninggalkan Mama, Papa dan 1 Adik laki-laki di Manado ;'(. Tapi kemudian mendapatkan 19 saudari sehidup semati sekaligus. :D oke, ini agak lebay.hehhe. Tapi saya benar soal 19 saudari itu. 19 saudari sejurusan. 2 teknik mesin dan  17 Teknik Industri. Siapa menyangka kami masih saling menyayangi dan merindukan hingga tahun 2013 ini. Tidak habis kata menceritakan mereka. Tidak habis tawa bersama mereka. (Tapi makanan sudah pasti cepat ludes kalau sama merekaaaa :D)

Mari saya perkenalkan 19 soulsisters saya itu ....


Ini foto kami waktu ospek (tahun 2007). Ga genap 20 orang sih..

 Karena nama angkatan 2007 Jurusan Teknik Mesin Unhas adalah TURBIN maka dikemudian hari kami menamai diri kami SISTA-SISTA TURBIN (SST) Bikin grup di FB dan di BB biar tetap bisa keep in touch. :') (sumpah..nulis ini sambil rindu SST...Hikzzzz)

Meski kami Jurusan Tkenik Mesin (2 Program Studi Teknik Mesin dan 18 Program Studi Teknik Industri. Di kampus tercinta Unhas Teknik Industri dan Teknik Mesin masih di gabung dalam 1 jurusan membuat kami di ospeknya barengan), tidak lantas menjadikan kami cewek-cewek perkasa yang bisanya cuma mengelas dan membubut doang,, hahahah... oke, foto di atas agak disaster. Itu foto dalam pakaian kebesaran kami. benar-benar kebesaran karena ukurannya XXXL. Dan pakaian itu harus kami kenakan selama 1 tahun. Belum boleh dilepas kalo belum ada angkatan yang lebih muda -__-'.

Kami bergosip, kami hang out, kami ke bioskop, kami marah-marahan, kami berselisih paham. kami bertransformasi menjadi lebih cantik dan dewasa. hehehhehe. Semua hal itu membuat kami semakin akrab meski kini terpisahkan ruang dan waktu setelah semuanya diwisuda. Ada yang tetap di Makssar, ada yang kerja di Jakarta, kerja di Manado, kerja di Kalimantan, kerja di Pare, kerja di Sorowako ada pula yang lagi ngambil S2 di Surabaya.


Ala-ala Chibi. Padahal foto ini diambil sebelum Cherry Belle muncul loh! suerr dah!

 Depan Lab. CNC

 Dalam kelas. sumpah jaduuul!!

Kami berusaha selengkap mungkin (ber-20) dimanapun dan kapanpun kemi berada. Tapi itu agak sulit terjadi karena kami bukan Girl Band yang kemana-mana harus barengan...hahhahaha.. Dan sekalipun itu terjadi, pasti sangat mengundang perhatian. 20 Gadis cantik (yang bukan girl band) jalan bareng. lol

 dan moment langka ini pun tiba :'). Kami ber-20!dan foto2 :D

Karena sudah lengkap, maka saya akan memperkenalkannyasatu-satu. 
Mulai dari baris paling depan. mulai dari paling kiri : Dian, Windi, Sabrina, Ana, Mili. 
Baris ke -2 mulai paling kiri : Ningsih, Uli, Inas, Uni, Indri
Baris ke 3 mulai paling kiri : Een, Ingrid, Femmy, Nunee, Imha, Fai
Baris paling belakang mulai paling kiri : Lili, Kiko, Kiki , Iin.
udah genap 20 kan... :D.. Hayoo! tebak saya yang mana?? hihi

Kami lagi, minus 4 orang termasuk saya

foto ini diambil tahun 2012. Lihat perbedaanx dengan tahun 2007 kmaren :D

 grup bbm-nya SST :D

Meski ga semua pake BB at least kami bisa saling menyapa.

hal-hal super ga penting pun sering dibahas disini

kadang-kadang masalah rumah tangga (bagi yang sudah menikah)
 keceplosan dibahas juga. haha :D

tapi yang paling sering, disini jadi ajang curhat :')

Saya rindu hang out dan wisata kuliner sama mereka!!! hwwaaaaaaaa ..hikzz.hik...

Foto sama makanan. kalo makan kami no.1 :D

Banyak momen-momen berharga yang telah terjadi dan masih akan tetap terjadi pada kami. Ada yang menikah, ada yang putus, ada yang jadian, ada yang melahirkan, ada yang lagi hamil :D. semua momen berharga itu akan saya bagi dengan senang hati pada siapapun yang masih ragu-ragu untuk merantau meninggalkan zona nyamannya.

Merantaulah, maka kamu akan mendapat ganti orang-orang yang kamu cintai. 
miss u girls.

AILEU


Tulisan ini saya ambil dari note FB yang saya tulis pada tanggal 5 Oktober 2012. 

 
kalau ada yang belum tau Aileu dimana, mari saya perlihatkan di peta

picure by wikipedia.org

Nah, ada yang masih ga ngeh dimana tempat bernama Aileu ini berada? Aileu adalah salah satu kabupaten di Propinsi Timor-Timur. Dulunya propinsi yang ber-ibu kota Dili ini masih menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI. Tapi setelah jajak pendapat tahun 1999 (waktu itu presidennya adalah Pak Habibie, kisahnya membebaskan Timor-Timur ini di cuplik sedikit dalam film Habibie-Ainun kemarin) Propinsi Timor-Timur berubah menjadi negara Timor Leste.

Saya pernah berada di sana. Ya, di Aileu sana saat berumur 2 tahun hingga kelas 4 SD demi mengikuti si Papa yang tugas di Departemen Perindustrian Dili.

Nah, berikut tentang Aileu yang sempat saya tulis di Note FB

Aileu, Timor- Timur  1995

                Dingin. Hujan membeku. Kalau kamu tinggal di Aileu, salah satu kabupaten di Timor-timur, kamu tidak perlu kulkas untuk mengawetkan buah dan sayuran. Temperatur di Aileu sudah melakukannya untukmu.
                “Benar boleh buat saya?” mataku masih mengerjap takjub memandangi kaleng biskuit yang baru diberikan Kak Gurit padaku. Di dalamnya ada burung gereja yang kemarin nyasar di sekitar rumah kami.
                “iya, kenang-kenangan. Dijaga ya” kak Gurit balas tersenyum. Dia yang menangkap burung gereja itu kemarin. Dia tetanggaku. Kakak kelas ku di SD. Saya kelas 1, dia kelas 4. Dia orang pertama yang menjadi objek dari kata kerja baru dalam kamusku. Suka.
                Aku mengangguk. Lalu terkejut saat ia mengecup pipi tembemku. Dia hanya balas nyengir memamerkan deretan gigi depannya yang rusak.
                “Ayo..ayo..naik ke mobil” suara Mama agak tidak sabar. “aduh, bu Yanto. Saya pamit dulu ya”
                “Hati-hati bu Is, insya Allah kalo jodoh kita ketemu lagi” sahut bu Yanto memeberikan Mama pelukan perpisahan. Bu Yanto ini ibunya kak Gurit. Tetangga kami yang paling baik. Rumah kami hanya berbatas dinding.
                Kalau jodoh kita ketemu lagi. Kalau jodoh. Jodoh. Kata-kata itu terus terngiang sepanjang perjalananku pindah hingga beberapa tahun kemudian. “Tante Yanto mau jodohkan saya dengan kak Gurit? Wah, senangnya!” Saat kelas 4 SD saya baru tau itu ungkapan lazim yang diucapkan justru saat kita akan berpisah dan tidak tau kapan lagi akan bertemu.
                Jadi, selamat tinggal Aileu, selamat tinggal Kak Gurit. Selamat tinggal sekolah yang di depannya ada lapangan helikopter dan penjual es mambo paling enak sedunia. Rasa es mambo itu tidak pernah bisa hilang dari lidahku bahkan hingga berumur 21 tahun sekarang. Sayang, sudah berpuluh penjual es mambo yang saya jumpai hampir di seluruh Indonesia tidak ada yang memiliki rasa seperti itu. Rasa kenangan masa kanak-kanak yang selalu berusaha saya jaga tetap melekat dalam ingatan.
                Saya menatap sekali lagi rumah sederhana tempat saya tinggal sebelum pindah. Saya lahir di Lamongan, Jawa Timur namun setahun kemudian sampai saat itu Papa membawa saya tinggal di sana. Di rumah itu, yang ruang depannya dijadikan warung oleh mama. Yang di halaman depannya banyak tanaman jagung dan kumbang warna-warni. Yang adikku lahir di sana. Yang banyak bebek berkeliaran. Yang sepanjang jalannya pernah saya, adik saya dan Papa telusuri demi mencari kemasan permen Trebor sebanyak-banyaknya yang kemudian ditukarkan dengan hadiah. Hadiahnya itu 1 dos minyak goreng yang dijual mama lagi di warungnya.

                Kenangan masa kecil kembali berlalu begitu saja. Kami pindah karena Papa dapat pekerjaan tetap di Dili, Ibu kota provinsi Timor-timur. Sepanjang perjalanan antara Aileu dan Dili yang berliku-liku saya mabuk perjalanan. Muntah berkantung-kantung membuat wajah saya pias. Wajah Mama pun pias karena dia juga pengidap penyakit mabuk perjalanan. Sungguh tidak menyenangkan. Bahkan demi mencium bau kendaraan saja, tanpa harus naik ke atasnya saya bisa langsung pusing dan mabuk. Tenang saja. Penyakit itu hilang beberapa belas tahun kemudian di sebuah kota lain nun jauh ke arah selatan Indonesia sana. Makassar.

Saturday, January 19, 2013

Negeri Para Lelaki

(Cerpen ini saya bikin pas kuliah kira-kira smester 5. itu sekitar tahun 2010. Niatnya untuk diikutsertakan dalam lomba menulis cerpen yang diadakan FLP rantng Unhas. Tapi ga terpilih jadi juara pemirsah..jadinya saya upload di sini saja untuk konsumsi publik. :D)



ALIF

            Bahan tugas akhir yang kian hari kian mendekati deadline berhamburan di meja server di depanku saat gadis itu menghampiriku.
            “Berapa?” tanyanya singkat, cukup membuatku terhisap kembali ke dunia nyata setelah berpuluh-puluh menit menggarap skripsi selepas asistensi tadi siang di kampus. Dan juga kelengkapan berkas S2 yang sangat ribet ini.
            “oh..10.000” jawabku singkat.
            Ia menyerahkan lembar 10.000-an dan berlalu pergi. Ekor mataku masih mengikuti kepergiannya. Salah satu juniorku di kampus. Gadis dengan misi penyetaraan gendernya yang begitu kuat ia pegang teguh.
            “Godhul bashar,,akhi(1)” Ikaz menyikutku menggoda.
            “Astaghfirullahaladzim. Dia juniorku ko’..”tangkisku cepat dan ku tau dari kerlingan mata Ikaz, ia masih hendak menggoda. Maka dari itu, aku cepat-cepat beranjak.
            “ane liat antum(2) sering perhatikan tu cewe’..dia langganan warnet ini kan?” sayup-sayup masih terdengar ejekan Ikaz. Aku menggeleng pelan.

NAMIRAH
Oktober, 2007
            Fakultas ini seperti kerajaan. Eh, bukan. Ini miniatur Negara, aku pernah dengar salah seorang seniorku mengatakan hal itu. Ya, ini Negara. Negrinya para lelaki. Aku benci laki-laki!! Mereka sok kuat,sok paling bisa, menjunjung tinggi poligami, yang pada dasarnya adalah jelmaan nafsu mereka semata dan bukankah presiden Negara ini kesemuanya adalah laki-laki?? (Well, kita tidak sedang membicarakan ibu Megawati Soekarno Putri) tapi mana?? Kedikdayaan dan kehebatan yang selalu mereka agung-agungkan itu sama sekali tidak membawa dampak besar bagi Negara ini.
            Dan yang menelantarkan aku dan ibuku juga laki-laki! Hah!! Hebat sekali mereka!
Jadi sepertinya, aku salah masuk fakultas. Harusnya waktu SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) 3 bulan lalu, aku tidak mempertimbangkan fakultas ini sebagai pilihanku sama sekali. Lihatlah, hampir 2/3 dari isi fakultas ini laki-laki. Makhluk sombong dan arogan.
            “siapa yang bersedia jadi ketua angkatan?” salah satu senior, entah angkatan  berapa menanyai kami, para mahasiswa baru.
            Secepat kilat aku mengangkat tangan. Sejak SMA aku terbiasa bersaing secara sehat, tidak peduli perempuan atau laki-laki dan sejak kecil aku dididik sangat mandiri oleh ibuku yang single parent itu. Aku sama sekali tidak mengenal ayahku. Jadi sekarang saatnya aku membuktikan bahwa perempuan juga bisa lebih hebat dari laki-laki.
            “tidak ada yang laki-laki ya??” senior itu bertanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan tempat kami, para mahasiswa baru dikumpulkan.
            “saya kak” suaraku lantang! Jengkel, merasa dicueki.
            “oke, kalo tidak ada yang bersedia mengajukan diri, akan ditunjuk wakil dari tiap jurusan”
            “tapi kak…”aku masih bersikeras. Kenapa harus menunggu ada laki-laki yang mengangkat tangan?
            “Dek, tugas ketua angkatan itu berat, tanggung jawabnya besar. Jadi sebaiknya, temanmu saja yang laki-laki”
            Lihat,lihat betapa arogannya mereka. Dan sangat underestimate terhadap kaum wanita. Lihat itu!
            Seorang ketua angkatan wajib dipilih tiap tahun di fakultas kami. Terserah dari jurusan apa. Tujuannya adalah memilih sosok yang kelak akan dijadikan perwakilan dari angkatan itu sendiri demi menjaga kekompakan angkatan. Tugas ketua angkatan sendiri antara lain adalah penyalur aspirasi-aspirasi anggota angkatannya juga sebagai konektor dengan angkatan-angkatan lain maupun organisasi-organisasi yang ada ada dalam fakultas. Dan setahuku, selama entah berapa puluh tahun tradisi ini berlangsung, mereka tidak pernah mengangkat ketua angkatan yang bergender wanita. Sungguh diskriminasi yang terang-terangan.
***

            “masih nggak terima soal kemarin, Mi?” Tiwi menyikutku sambil berbisik mencegah dosen kalkulus mendengar suaranya. “pastilah senior-senior itu punya perttimbangan kenapa mengharuskan laki-laki yang jadi ketua angkatan”
            “entahlah Tiw, sama sekali nggak masuk pikiranku” ketusku. Masih tetap berbisik. “kita perempuan, ko’ dimana-mana selalu di nomor duakan ya?”
            “karena di fakultas ini perempuan minoritas,Mi. Bayangkan seorang perempuan memimpin mahasiswa  seangakatan yang sebagian besar laki-laki. Mau jadi apa? Emang kamu sanggup?”
            “alah,bahasa pembenaran aja itu. Kalo nggak dicoba mana tau??”
            “sayangnya ini bukan ajang coba-coba,Mi” selah Tiwi “yang namanya ketua angkatan itu kan dipilih sekali seumur hidup. Sekali maju, pantang mundur. Hehehe”

Finding You in Sorowako

Saya tidak pernah punya kisah cinta-atau apapun itu kamu menyebutnya untuk mendeskripsikan sebuah perasaan yang menimbulkan sensasi kupu-kupu dalam perutmu.. Saya lebih sering menceritakan kisah cinta orang lain dalam notes-notes FB maupun di tuangkan dalam versi fiksi di dokumen-dokumen word yang niatnya ingin saya kirimkan ke majalah maupun tabloid untuk nambah-nambahin duit jajan (kalo tulisannya dimuat). :D

Tapi berhubung sekarang saya sedang dekat dengan seseorang, dan saya sangat menghargai ketabahannya selama nyaris 2 tahun ini menyertakan saya dalam menjalani kesehariannya, maka saya akan mencoba menuliskannya disini.



orang ini ---------->  > > > 

Nama lengkapnya Andi Faisal Zainal Patongai, tp dia lebih suka dikenal dengan nama Faisal Zainal saja, dan saya lebih suka memanggilnya dengan ICAL saja. :D. saya menemukan dia di salah satu hutan di Sulawesi Selatan. hahahah (saya tidak sedang bercanda) saya benar-benar menemukannya di sebuah daerah bernama SOROWAKO. Kamu tau sorowako dimana? mari saya tunjukkan.




picture by sorowakoku.wordpress.com

Di situ..di situ... tepat di selangkangannya pulau sulawesi lah tempat bernama Sorowako berada. Sebuah desa kecil dengan peradaban luar biasa (sekali lagi saya tidak sedang ber-hiperbola). Apa coba sebutan untuk sebuah desa yang memiliki fasilitas olahraga nyaris lengkap mulai dari lapangan golf, lapangan bulu tangkis, lapangan voli, lapangan basket, olahraga kayak, parasailing, snorkeling dan mungkin juga diving (olahraga air yan saya coba di tempat ini baru kayak. Desa super ini juga telah memiliki bandar udara sendiri dengan destinasi Makassar yang ditempuh kurang dari 1 jam (kalau lewat darat dengan bis memakan waktu 12 jam perjalanan dari Makassar). Sorowako jugalah pemilik danau Matano yang merupakan danau terdalam di Asia Tenggara dan terdalam ke 8 sedunia. :D. Dua kata unuk tempat ini. LUAR BIASA.



Kemudian tentu timbul pertanyaan kenapa desa kecil itu begitu istimewa. Jawabannya adalah karena di perut bumi sorowako tersimpan kandungan mineral Nickel dan besi yang diprediksi masih bisa bertahan hingga 5 turunan (kalau tidak salah). Sebab disana ada kandungan nikel, maka berdirilah pula sebuah pabrik multinasional yang awalnya bernama PT. International Nickel Indonesia (PT. Inco) dan kemudian berubah menjadi Vale Inco karena perubahan pemilik. Dan PT. Inco yang sekarang adalah Vale Inco merupakan tambang nikel terbesar ke 2 di dunia. 

                                                      
 mes karyawan. Sebagian penghuninya WNA


Danau Matano di pagi hari. Tempat saya belajar renang

Bandar udara milik Sorowako

TAB. Disini tiap hari rabu menyediakan italian food dengan harga miring :D

all pictures by facebook aisa gaspa

Friday, January 18, 2013

Sejauh Apa Komitmen Membawamu?

Tulisan ini diambil dari note FB tanggal 26 Mei 2011 (saat saya masih 21 tahun pemirsah!! hahah)

Jangan heran dan protes kalo saya hendak membicarakan tentang KOMITMEN. Saya 21 tahun, dan berada di smester terakhir perkuliahan. Lantas?? ya tidak kenapa-kenapa.... hahaah.. pembicaraan dengan beberapa sahabat di sela-sela menemani mereka mengerjakan Skripshit alias Tugas Akhir (mereka mulai mengerjakan sementara saya hanya sekedar menemani tanpa semangat untuk memulai) seringkali menyerempet ke hal-hal yang berbau komitmen.

"saya mau kerja dulu baru nikah" salah seorang teman berujar. "merintis karir dan melampiaskan kebebesan"

"kalo dalam 2 tahun ini ada yang melamar, mungkin saya akan mempertimbangkan. Nikah sambil berkarir kayaknya bagus juga" teman yang lain menambahkan.

Kalau dalam kamus calon sarjana teknik industri seperti saya ini (cieeee) mungkin menikah ada diurutan kesekian setelah (tentu saja) menamatkan kuliah, kerja di salah satu perusahaan manufaktur, lanjut kuliah s2 (mungkin), merintis perusahaan sendiri untuk kemudian menjadi konsultan di dalamnya. such a perfect plan!!

Tapi, saya wanita... okeh.. dan sejauh ini wanita cenderung memikirkan mengenai 'menikah" itu lebih banyak daripada yang sering dilakukan oleh pria (tidak didukung bukti2 empiris sih.. hahah).Dan oleh sebab itu, hal ini menjadi penting dan sering kami bicarakan. Setinggi apapun impian seorang wanita, ia tidak akan melupakan kodratnya. saya jamin. Jadi, seharausnya pria-pria tidak perlu bersitegang dengan wanita hanya untuk memperdebatkan mengenai apakah baik wanita turut bekerja setelah mereka menikah. Atau apakah baik menyewa baby sitter untuk membantu mengurus anak. hey.. heyy.... wanita punya insting untuk melakukan semua itu dengan BAIK!!!

Namun,, mengenai komitmen ini. Sejauh apakah kamu dapat mempertahankannya? mengingat kenyataan untuk memilih menghabiskan sisa hidupmu dengan seseorang adalah tidak semudah membalikkan telapak tangan gajah (hahah). Menikah bukan berakhir di pesta meriah nan mewah yang kau rancang hingga sedetil2 nya. Menikah tidak hanya menyangkut gaun dan cicncin emas yang kemudian jadi identitas yang melekat di jarimu. Menikah adalah apa yang kau jalani setelah pesta itu usai. setelah kau mulai mengenakan cincin itu di jarimu (okkeeh.. saya mulai sok tau..haha).

Sekali lagi saya tanya, sejauh apa komitmen dapat membawamu saat kau tau pasanganmu infertil dan kalian tidak bisa memiliki keturunan, seperti yang saya baca di novel "Tes Pack", sejauh apa komitmen membawamu saat kau tau gaji suamimu pun tak cukup untuk membeli baju-baju pestamu seperti pada novel "cinta", sejauh apa komitmen membawamu saat kau tau suamimu menderita penyakit Alzhaimer dan kau setiap harinya hanya tinggal menghitung mundur sisa umurnya??

picture by istribawel.com


okeh..okeh.. itu hanya sekedar novel, fiksi yang dibalut sedemikian hiperbolis biar kau tidak bosan membacanya. tapi,,, bukankan ada sepenggal makna di dalamnya??

salah seoraqng pembaca ditanya mengenai sejauh apa komitmen dapat membwanya? maka dia menjawab dengan "sejauh komitmen itu bisa membawanya" Ngambang! tapi, yah.. cukup bisa diterima sebagai sebuah jawaban.

Karena saya seorang wanita dan juga seorang Muslim.. saya merujuk saja pada sebuah hadist (saya lupa diriwayatkan oleh siapa) "jika seorang Muslim meninggal, maka amalan pertama yang akan ditanyakan adalah Sholat"

"jika seoraang wanita Muslim meninggal, maka amalan yang pertama ditanyakan adalah Sholat, lalu pengabdiannya pada suami"

Wallahualam...

Oopps,,Saya teringat harus segera menyelesaikan proposal penelitian.. Maka kita tinggalkan mengenai komitmen ini sejenak. Toh sebagai calon sarjana teknik saya masih akan membangun perusahaan sendiri dan menjadi konsultan di dalamnya. hahahahaha


:D

Thursday, January 17, 2013

Bukan Gadis Bugis

(berawal dari keisengan) Cerpen Ini Pernah Dimuat di Majalah Chic Akhir Tahun 2012  tepatnya bulan Oktober edisi 127 kemaren.. :DD horray..horray..horas!!

Happy Reading :D ~


Disinilah aku sekarang. Di atas pete-pete1 kembali ke rumah. Aku sengaja memilih tempat duduk paling belakang. Di sampingku seorang wanita 40 tahuna-an sedari tadi berbicara di hanphone dengan volume yang aku yakin bisa membuat para pejalan kaki mendengarnya. Langit Makassar memerah saga. Pete-pete yang baru saja aku naiki perlahan berjalan setelah beberapa saat ngetem di depan lapangan Karebosi menunggu penumpang.
            Aku mengusap keringat yang membanjiri keningku. Makassar di musim panas adalah mimpi buruk. Biasanya sepulang kantor aku tidak perlu naik pete-pete untuk kembali ke kontrakanku yang terletak di bilangan Tamalanrea, sekitar 1 jam perjalanan dari kantorku. Farid dengan setia akan menjemputku dengan “si biru”-motor kesayangannya sejak kuliah, atau Xenia hitamnya.
            Berprofesi sebagai kontraktor tambang membuat Farid punya lebih banyak waktu senggang-Ia hanya sibuk disaat perusahaannya memenangkan tender eksplorasi- dibanding aku yang berprofesi sebagai Junior Project Engineer di salah satu perusahaan bahan makanan di Makassar, yang membuatku harus bekerja delapan sampai sepuluh jam sehari, Senin sampai Jumat kadang-kadang sampai Sabtu bila harus mengurusi gandum impor yang didatangkan dari luar negeri untuk bahan baku produksi di pabrik.
            Aku melirik jam tanganku sekilas. Pukul 17.20 saat pete-pete berhenti di depan Mesjid Al-Markas untuk menaikkan penumpang. Seorang bapak tua membawa Ayam dalam keranjang memilih duduk di sampingku.
            Tabe’ di’2” Ia menatapku sekilas. Mungkin dilihatnya aku agak risih dengan keberadaan ayamnya.
            “Silahkan Pak” sahutku cepat sambil tersenyum.
            Aku kembali melemparkan pandanganku ke luar jendela pete-pete. Lalu lintas Makassar agak padat di jam-jam pulang kantor seperti ini, kadang-kadang macet di beberapa titik.
            “Orang mana ki?” Bapak dengan ayamnya di sampingku bertanya.
            “Saya Pak? Dari Manado” Jawabku
            “Kerja di sini?”
            “Saya kuliah di UNHAS3. Selesai kuliah dapat kerja disini”
            “Siapa tahu jodohnya orang sini juga” Ibu 40 tahun di depanku ikut nimbrung. Ia baru saja mengakhiri percakapan di telpon genggamnya. “Sudah ki menikah atau belum kah?”
            “Belum Bu, saya belum menikah”
            “Nah, kalau sudah menikah nanti tidak usah bekerja. Urus suami sama anak. Bagaimana kah, Daeng4?” Ia berbicara lebih kepada bapak tua dengan ayam di sampingku. “Heran saya sama perempuan-perempuan jaman sekarang. Sudah tidak ada yang mau tinggal di rumah. Semua mau jadi wanita karir”
            Aku tersenyum menanggapi perkataan Ibu 40 tahun itu. Hal itu sejujurnya agak menggangguku.Hal ini jugalah yang kerap menjadi bahan pertengkaranku dengan Farid. Hubunganku dengan Farid sudah berjalan 4 tahun. Kami sama-sama berkuliah di UNHAS tapi kami baru dekat di tingkat akhir perkuliahan.
            “Kalau sudah menikah nanti kamu tidak usah bekerja. Saya ingin istriku di rumah urus anak dan suami.” katanya suatu hari. “Mami juga berharap menantunya seperti itu”. Farid menyebut Ibunya degan sebutan ‘Mami’.
            “Kenapa? Saya kuliah jauh-jauh kesini bukan untuk jadi ibu rumah tangga. Saya ingin bekerja, saya ingin meniti karir”
            “Sebenarnya buat apa kamu bekerja? Gaji saya sekarang lebih dari cukup. Usaha saya di Pinrang  besar dan maju”
            “Ini bukan soal gaji. Ini soal pencapaian. Ini soal penghargaan kepada diri sendiri” Sahutku.
            “Kenapa kita’5 tidak mengerti Ana?. Dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri dan Ibu kalau masih bekerja di kantor saat menikah nanti?Anak-anakmu siapa yang urus?”
            Saat itu aku terkejut. Tidak menyangka pikiran Farid sekolot itu. “Kita bisa pakai pembantu dan Baby Sitter kan? Banyak ko’ contoh wanita yang bekerja setelah menikah. Toh mereka bisa bagi waktunya dengan baik. Salah satunya tanteku”
            “Saya tidak percaya kamu bisa” Farid bergumam lebih kepada dirinya sendiri tanpa ia ketahui hal itu membuatku sangat kecewa dan mulai meragukan hubungan kami.
  

Belajar Dari Menu Hari Ini

tulisan ini dari note fb tanggal 16 Oktober 2010


(maaf untuk tulisan yang agak semena-mena ini...:P)

I love food.....
picture by Google



really love food...

hahahahah..

makanan tidak hanya sekedar bagaimana geraham-geraham mencernanya,, atau ketika lidah melumatnya,, ataupun saat kerongkongan melakukan gerak meremas-remas untuk disalurkan ke lambung..

Makanan tidak hanya sekedar cita rasa yang dikecap di permukaan lidah... manis,, pahit,, asam,,pedas...

Makanan adalah bagaimana kita bisa menarik pelajaran darinya...

Let's begin!!


Menu yang saya makan hari ini adalah :
-sayur pare
- salad buah
- kapurung
- stroberry
- Kripik pisang coklat
- Roti blueberry



Kecaplah Meski Itu Pahit (Sayur Pare)

Teman,, kau tau buah pare... tumbuhan rambat (semoga saya tidak salah) dalam penyebutan orang makassar "Paria". Sungguh pahit di lidah memang... Konon berkhasiat menyembuhkan penyakit MALARIA. Pernahkah kalian melihat buahnya?? ya,, buah berwarna hijau dengan permukaan yang kasar (banyak benjolan kecil di kulit buahnya). Tahukah kalian keajaiban yang dibawa oleh buah pare? Biji dalam buah/ sayur sepahit itu sangatlah manis di lidah.. tidak percaya?? silahkan belah dan cicipi buahnya.. ini nyata dan bukan sekedar lelucon.. lantas.. adakah ilmu pengetahuan yang dapat menjelaskannya?? saya rasa tidak (atau mungkin belum ) ada.. ataukah sudah ada namun saya tidak mengetahuinya?? Yang pasti,, pelajaran yang bisa kita ambil adalah,, untuk segala sesuatu yang pahit dalam hidup ini pasti juga memiliki bagian termanis dan membawa makna yang dapat bermanfaat bagi kita. Layaknya biji pare yang manis dan daging buahnya yang meski pahit namun berkhasiat dan sungguh enak bila disayur.. hihih. so, ma fren... kecaplah meski itu pahit!!


Indahnya Perbedaan (Salad Buah)

Saya sedih dengan segala keterpurukan dan prestasi gelap yang diukir Indonesia di segala bidang. Saya miris dengan masyaraktnya yang konon kabarnya hanya 20% yang termasuk dalam piramida tengah ,, org-org dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia.. 80% sisanya kemana?? ohh,, nyata!! di bawah garis kemiskinan tentu saja!! Tapi dibalik semua hal-hal kelam itu,, saya sangat mencintai Indonesia (siapapun akan mencintai tanah kelahirannya). Tapi kecintaan ini beralasan.. lihat,, hanya di Indonesia kau bisa menemui beragam adat, budaya,, pulau, MAKANAN,, dan (mengutip salah satu kalimat yg pernah ditulis seorang teman) "Hanya di Indonesia kau bisa berwisata dari ujung sabang hingga ujung merauke,, dari pulau satu ke pulau laiinnya, dari kultur satu ke kultur lainnya tanpa mengeluarkan biaya untuk membuat passpor" bukanka itu sesuatu yang terdengar mengasyikkan?? ya,, tentu saja... tidak cukup jari tangan dan kakiku(di tambah jari tangan bapak ibu maupun adikku) untuk menghitung keberagaman di Indonesia...Lalu aapa yang bisa menyatukan perbedaan itu?? Tidak lain dan tidak bukan adalah KEINDAHAN. Bagaikan salad buah yang diramu sedemikian lezat dan bergizi tinggi. Untuk yang tidak suka melon tak perlu khawatir,, untuk yang tak suka jeruk tak perlu khawatir,, untuk yang tak suka apel atau pepaya, atau bahkan pisang juga tak usah cemas,, karena saat buah-buahan itu diiris kecil dan dicampur mayonaise, keju dan susu maka semuanya akan melumer dan indah terasa di lidah.. dan semua akan menyukainya. saya jamin.... Jadi kawan..... Perbedaan itu indah kok....