Tuesday, March 29, 2016

Perjalanan Menuju Kenangan (part 1)


Saya bertemu suami saya di pedalaman hutan belantara. Saya tidak bercanda. Bisa baca lebih detailnya di sini Ketika itu saya sedang mengikuti program kerjasama antara perusahaan  nickel terbesar kedua di dunia, Vale Indonesia (dulunya PT. Inco, Tbk) dan Universitas Hasanuddin tempat saya kuliah. Nama programnya Coops Inco.

Jadi pada program tersebut, mahasiswa dari berbagai jurusan di kampus saya, setelah mengikuti serangkaian seleksi, berhak bekerja dan digaji di Vale Inco. Ketika itu ada Coops Inco angkatan 14 terdiri dari 8 orang dari berbagai jurusan. Gaji kami ketika itu Rp.4 juta / bulan. Terbilang banyak di tahun 2011 untuk ukuran mahasiswa yang belum sarjana. Kami diberi kesempatan bekerja selama 6 bulan dan oleh karena itu kami cuti selama 1 semester.

Banyak pengalaman yang menurut saya mengesankan dalam hidup saya. Termasuk ketika mengikuti English Tour ke Kampung Inggris, Pare, Kediri dimana berangkatnya kami berombongan naik kapal dari Makassar ke Surabaya. Terombang-ambing di kelas ekonomi, tidak dapat tempat tidur seperti pengungsi. Heheh. Atau ketika saya nekat memecahkan celengan dan membeli tiket pesawat ke Jakarta, lanjut ke Bandung, lalu ke Semarang. Pulangnya nggak ada duit jadinyabtelpon mama memelas minta dikirimin duit beli tiket untuk pulang.

Namun kali ini saya ingin berbagi pengalaman berkesan bertemu laki-laki yang kemudian jadi suami saya di tengah hutan belantara itu. Selain dikarenakan tempatnya sangat indah, juga baru-baru ini ketika cuti saya dan suami berencana untuk mengunjungi tempat itu lagi. Jaraknya 8 jam dari rumah mertua di Kab.Pinrang, 12 jam dari Makassar. Tempatnya di Desa Sorowako, Kab. Luwu Timur.

Saya dan suami menginap di Desa Malili, di rumah neneknya. Berjarak 1 jam dari tujuan kami, ketika sudah menempuh perjalanan sejauh 10 km, baby Ahmad muntah-muntah. Penyebabnya memang setelah perjalanan darat 8 jam Ahmad kurang sehat, mungkin kelelahan. Suami bertanya, apakah akan melanjutkan perjalanan ke Sorowako? Saya bimbang. 

Sorowako sangat berkesan bagi saya karena itu tempat bertemu dengan suami. Ini seperti perjalanan menuju kenangan. Saya sudah membayangkan bertemu sahabat-sahabat selama bekerja di Vale, berfoto di Pantai Ide (sebenarnya ini danau bukan laut. Danau Matano-Danau terdalam di Asia Tenggara), berfoto di site pertambangan nickel terbesar kedua di dunia. Namun, sayapun memikirkan kondisi baby Ahmad. Sudah lemas karena muntah. Lalu saya memutuskan untuk berbalik pulang. Padahal jarak saya dan Sorowako hanya sekitar 45 menit lagi.

Suami kaget dengan keputusan saya "kalau pulang sekarang, tidak tahu kapan bisa kesini lagi"

"Kapan-kapan sajalah" balas saya sekenanya. "Kasihan Ahmad."

"Okelah. Begini seharusnya jadi orangtua. Harus mengalah demi anak"

Saya cuma tersenyum. Kecewa sih. Tapi sekarang tidak ada yang lebih berharga daripada baby Ahmad. Perjalanan kembali ke Kab. Pinrang saya berhasil meng-capture pemandangan senja yang lumayan indah. Ini saja ya oleh-oleh cuti saya. Heheh

Senja di Malili

Senja di Malili

Di rumah nenek

Baby Ahmad dan Ayahnya


Eh, sepertinya bagian pengalaman paling berkesan soal perkenalan dengan suami belum diceritakan ya...? Heheh, di postingan berikutnya ya.....

8 comments:

  1. He he bukannya udah ditulisan ttg sorowako itu?

    Rumah neneknya asri bgt mbak

    ReplyDelete
  2. Wah..sejuk kayaknya disana ya, mbak..pekarangan rumah Nenek Ahmad luas ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rata-rata di sana masih rumah panggung Uni.. Pekarangannya pun luas-luas.

      Delete
  3. Naksir sama rumah neneknya..
    Ahmadun sdh gede ya, hampir 1 tahun. Kakak Ical terlihat langsingan hahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..kalau siang puanasss..kalau malam dinginnnnn...

      Masa' iya iCal kurusan??

      Delete