Monday, March 28, 2016

Diaper Super Mahal

Membawa anak kecil bepergian dengan pesawat itu (menurut saya) MEREPOTKAN! Terlebih jika anak tersebut di bawah 2 tahun alias masih MPASI (Makanan Pendamping ASI). Dalam kasus anak saya MPSufor karena sudah tidak ASI lagi. Perlengkapan tempurnya banyak banget baik yang dibagasikan maupun dikabinkan.

Nih ya saya rinci :

1. Susu formula
2. Termos air panas.
3. Botol air dingin.
4. Dot
5. Diaper
6. Tisu basah
7. Tisu kering
8. Makanan Pendamping ASI ( saya bawa yang instan selama dalam perjalanan)

Untuk bayi yang masih ASI silahkan eliminasi poin 1 s.d 4.

Additional needed (khusus bayi saya) :

1. Bantal kesayangan yang dia tidak bisa tidur kalau tidak pakai itu.
2. Empeng
3. Kaus kaki
4. Minyal telon
5. Bedak biang keringat (karena bayi saya gampang keringatan)

Semua itu yang disebutkan di atas harus dibawa ke dalam kabin. Jangan dibagasikan! Ingat! Jangan dibagasikan! Itu barang-barang yang sewaktu-waktu bayi butuhkan. Jangan coba-coba meringkas barang bawaan WAJIB dalam kabin jika tidak ingin berakhir dengan membeli diaper saset-an dua biji dengan harga Rp.100 ribu (harusnya harganya Rp.10 ribu doang!)

Jadi ceritanya, saya hanya membawa 1 biji diaper dalam tas ransel yang akan saya tenteng ke dalam kabin pesawat saat akan kembali ke Manado. Pikir saya, perjalanan dari Makassar ke Manado yang ditempuh hanya 1 jam 20 menit tidak membutuhkan banyak diaper. Satu saja cukup. Waktu dari Manado ke Makassar saya membawa 2 diaper cadangan ke dalam kabin.

 Nah, ketika sedang menunggu pesawat ke Manado itu, si baby kentut. Saya pikirnya dia pup, jadinya saya langsung bawa ke toilet dan membuka diapernya tanpa ngintip-ngintip dulu. Oalah, cuma kentut ternyata. Tapi diapernya sudah terlanjur dilepas dan pipisnya lumayan banyak. Jadinya saya ganti saja sekalian. Mumpung sudah di kamar mandi ini. 
Eh, pas sudah diganti dia pup beneran. Jadilah saya panik 7 keliling. Cadangan diaper sudah dibagasikan. Terpaksa saya cari Toko di bandara yang jualan diaper. Uang di dompet pun kandas jadinya saya ke ATM dan narik selembar uang Rp.100 ribu. 

Di Toko pertama tidak jual diaper. Saya semakin panik. Suami bilang tidak usah pakai diaper yang langsung saya tentang mati-matian. Nanti kalau di pesawat dia pipis atau pup lagi gimana? Bukannya malah tambah bingung tuh?

Saya ke Toko ke 2. Alhamdulillah jual diaper. Saya ambil 2 saset total harga Rp.10.000. Saya serahkan uang Rp.100.000 eh kasirnya bilang nggak ada kembalian. Saya bilang " ya udah mbak, saya ambil air mineral sama tisu." Eh, kasirnya tetap bilang nggak ada uang kembalian.

Saya memohon "Please mbak, saya sudah butuh banget!"

Dia ngotot "Hari Minggu nggak ada uang kecil mbak!"

Apa hubungannya coba hari Minggu sama uang kembalian!? Antara jengkel, sudah butuh banget diaper, dan membayangkan baby yang gelisah karena pupnya belum dibersihin, sedangkan si kasir nggak ada tanda-tanda mau mengalah atau setidaknya memberikan solusi, dengan kesalnya saya kasih saja tuh uang Rp.100.000,- lalu ambil diapernya sambil bilang " Ya sudah deh Mbak, tidak usah dikembalikan!"

Kasirnya melongo. 

Sorry, saya nggak ada kesempatan meladeni eksperesi melongo kamu! Anak saya sudah rengek-rengek minta diganti diapernya. Ngomongnya dalam hati saja. Heheh.

So, jadilah diaper yang harusnya Rp.10.000,- jadinya saya bayar Rp.100.000,- sial banget! 

Terlepas dari segala hectic itu saat ini saya sudah kembali di Manado. Menulis postingan ini di atas kasur kesayangan. So baby dititipin di Mama dulu. Rasanya persendian mau lepas semua. 

Membawa bayi yang masih MPASI perjalanan jauh itu melelahkan. Ini baru antar provinsi saja loh. Saya nggak bayangkan Raffi Ahmad yang bawa babynya melintasi benua kemarin waktu mereka liburan ke Eropa. Huffftt...

Mami mertua minta saya datang 2 bulan lagi untuk menghadiri pernikahan sepupu suami dan minta untuk bawa baby Ahmad lagi. Ko' saya nggak sanggup ya sepertinya.

4 comments:

  1. welcome back to the jungle mbak sab...

    ReplyDelete

  2. Mba sabrina, klo aku selalu diaper harus bawa lebih di kabin plus baju ganti. Ini wajib

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Rifa.. Ini jadi pengalaman berharga buat saya.

      Delete