Sunday, July 29, 2018

Fokus pada Apa yang Ingin Kamu Simpan (Bukan pada Apa yang Akan Kamu Buang)



Setelah cukup lama membiarkan buku KonMari begitu saja di rak buku tanpa berniat menyelesaikannya,  entah kenapa di tenga-tengah sedang membaca novel Crazy Rich Asians,  saya malah tergoda untuk menamatkan KonMari.




Saya pikir,  saya harus segera membenahi setidaknya kamar tidur saya sebelum kehamilan saya bertambah besar dan anak kedua saya lahir. 




Btw,  kalau ada yang belum familiar dengan buku KonMari yang saya maksud,  bisa cek postingan saya di sini :


Dan di sini :


Singkatnya  KonMari adalah salah satu metode berbenah yang dicetuskan oleh seorang wanita berkebangsaan Jepang bernama Marie Kondo.  Dia sudah terobsesi dengan seni berbenah ini sejak usia 5 tahun. Wow banget kan? Saya 5 tahun masih  terobsesi sama es mambo yang dijual di halaman SD. πŸ˜‚

Jadi,  Marie Kondo melalui tahapan demi tahapan hidupnya dengan membaca berbagai literatur tentang seni berbenah dan menyimpan barang.  Mulai dari teori singkirkan satu barang ketika membeli satu barang lainnya,  metode mengoptimalkan space di ruang sempit,  hingga metode menghitung jumlah baju ideal yang seharusnya seseorang miliki. 

Namun semua hal di atas itu tidak berhasil bagi dirinya hingga dia akhirnya menemukan suatu metode yang dia paparkan dengan sangat detail pada buku yang sedang saya baca ini. 

Dalam metode KonMari,  penting untuk mengikuti step by step dalam berbenah. KonMari menginstruksikan kita agar dapat membenahi barang dengan urutan sebagai berikut :

1. Pakaian
2. Buku
3.Kertas
4.Komono
5. Barang-barang bernilai sentimental

Yang dimaksud Komono adalah pernak-pernik kecil seperti asesoris,  perhiasan,  souvenir,  hadiah,  dsb. 

Dalam besaran kategori di atas,  juga terdapat sub kategori,  misalkan pakaian terdapat sub kategori atasan dan bawahan. Nah,  dengan semangat 45, tanpa menunggu menamatkan bukunya,  saya langsung mempraktekkan seni berbenah itu. 

Mata saya langsung nyalang menatap ke lemari.  Saya perlu membongkar lagi isinya.  Sebelum ini,  saya sudah pernah membongkar isi lemari saya dan menyingkirkan hampir sepertiga isinya. Tapi,  entah kenapa saya merasa perlu melakukannya sekali lagi hanya untuk memastikan bahwa tidak ada barang-barang yang tidak saya inginkan dan tidak saya butuhkan di dalamnya. 

Hasilnya,  saya berhasil menyingkirkan 3 buah pakaian yang sudah bertahun-tahun tidak pernah saya pakai namun masih saya simpan. Lumayan.  Btw,  pakaian itu saya kasih ke orang yang sekiranya masih mau.  Supaya tidak terkesan mubazir,  kamu bisa bikin garage sale,  menyumbang ke panti asuhan atau lembaga sosial lain yang sekiranya membutuhkan. 

Hal yang patut digarisbawahi dalam hal meyingkirikan barang-barang adalah :


1. Lakukan seorang diri. 

Jangan biarkan orang lain terlibat dalam proses berbenahmu,  terutama Ibu,  karena mereka hanya akan membuatmu semakin berat merelakan pakaian yang sebenarnya sudah tidak kamu butuhkan itu.  Biasanya seorang Ibu akan merasa sayang melihat tumpukan pakaian yang akan disingkirkan lalu mulai mengambil beberapa lembar dari sana dengan dalih masih layak dipakai.  Padahal kenyataannya,  pakaian itu pun takkan pernah dipakai ibumu dan malah menumpik di lemarinya. 

Saya sudah berulangkali mengalami hal ini,  jadi penting untuk menegaskan ke Ibumu bahwa pakai-pakaian itu sudah kamu niatkan akan kamu sumbangkan,  atau kamu berikan kepada orang lain. 


2. Jangan berikan kepada adik sebagai hadiah

Kata Marie Kondo,  begitu banyak kliennya yang tidak tega menyingkirkan pakaian mereka,  padahal mereka pun tak pernah menggunakannya,  sehingga menjadikan dalih untuk memberikan pakaian tersebut pada adiknya. Ini biasa terjadi pada klien perempuan yang memiliki adik perempuan.  Padahal si adik belum tentu memiliki selera yang sama dengan kakaknya,  sehingga yang terjadi adalah baju-baju tersebut kemudian hanya berakhir sebagai tumpukan di lemari sang adik. 

Hal ini tidak terjadi pada kasus saya karena adik saya laki-laki dan tidak tinggal satu kota dengan saya.  


3. Jangan mengalihfungsikan sebagai baju rumah. 

Ketika ada pakaian bagus yang kita beli dan ternyata hanya dipakai sekali ke pesta dan tidak pernah dipakai lagi karena mendadak kita tidak nyaman,  jangan sekali-sekali menunda untuk menyingkirkannya dengan dalih akan dikenakan sebagai baju rumah sebab sayang pakaian bagus sudah dibeli malah disingkirkan. 

Coba ingat-ingat lagi perasaan kita ketika membelinya.  Mungkin kita tertarik ketika pakaian tersebut terpajang indah di manekin toko,  atau tergantung sedemikian anggun di hanger mall.  Ketika telah membeli dan mengenakannya,  mendadak kita merasa tidak nyaman. Jangan pernah ragu untuk menyingkirkan pakaian tersebut karena sesungguhnya pakaian itu telah memenuhi fungsinya yakni menyenangkan hati kita ketika membeli. Tidak lebih.


Dalam buku KonMari selalu ditegaskan pentingnya untik fokus pada benda-benda yang ingin kita simpan.  Ia menyebutnya benda-benda yang membangkitkan kebahagiaan.  Dan bukannya fokus pada apa yang kita akan singkirkan. 

Marie Kondo selalu menginstruksikan untuk menyentuh setiap benda yang kita miliki lalu bertanya pada diri sendiri apakah benda ini membangkitkan kebahagiaan,  ataukah telah selesai memenuhi fungsinya sehingga lebih baik disingkirkan saja? 

Dalam hal pakaian tanyakan pada dirimu berulangkali,  apakah kamu benar-benar bahagia menyimpannya?  Jika kamu bahagia,  kenapa kamu tidak pernah menggunakannya? Pakaian yang sudah  2 tahun tidak pernah dikenakan lagi  harus disingkirkan saat itu juga.  Jangan membebani dirimu,  jangan pula membebani pakaian itu karena tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya untuk dikenakan dan justru malah hanya teronggok di sudut lemari. 

Friday, July 13, 2018

Financial Planning ala Mak Emak (sok) Eksis



Sebagai siapa pun kamu sekarang -anak muda gaul,  emak-emak eksis,  single happy,  happy family-  sebaiknya kamu sudah mulai mempertimbangkan untuk membenahi finansialmu.  Saya berami ngomong begini bukan berarti karena finansial saya sudah tertata dengan baik,  ya. Tapi ini justru sebagai self remainder dan bahan belajar bersama-sama. 😁


credit


Jadi,  mari kita mulai membahas alokasi gaji,  pendapatan,  pemasukan,  atau apapun itu sebutannya yang kamu dapatkan tiap bulan. Kata Bapak Rudiyanto,  Direktur PT. PANIN dalam blognya,  bagilah penghasilanmu menadi 4 bagian dengan rasio 10:20:30:40.


Rasio tersebut akan saya jabarkan secara singkat di bawah ini ya...


10% untuk dana kebaikan

Kita menyebutnya bersedekah,  beramal,  berderma.  Ingat, ada hak orang lain di dalam penghasilanmu.  Jangan perhitungan mengeluarkan dana kebaikan ini,  biar Yang Di Atas juga nggak perhitungan sama kamu. 😁


Oh ya,  dana kebaikan ini bisa juga untuk memberi kepada orang tua,  sanak famili yang membutuhkan,  dsb.


20% untuk untuk dana darurat,  investasi serta asuransi.

Dalam menyisihkan dana darurat ada banyak teori yang bisa kamu peroleh dengan mudah di Google dan menyesuaikan dengan kondisi kamu.  Ada yang menyebut nominal dana darurat itu minimal 4x biaya hidup bulanan,  ada yang bilang 6x dan jumlahnya bisa saja lebih banyak seiring dengan jumlah tanggungan keluarga.

Apa sebenarnya dana darurat itu dan apa fungsinya?  Dana darurat adalah dana yang akan berguna ketika kamu mendadak tidak lagi memperoleh penghasilan karena suatu hal,  misalkan sakit,  kecelakaan yang menyebabkan tidak bisa beraktivitas,  di PHK,  perusahaanmu pailit,  bisnismu bangkrut dsb. 


credit

Dana darurat itulah yang akan menopang hidupmu untuk sementara waktu hingga kamu memperoleh penghasilan kembali.  Pakar ekonomi menyarankan untuk memisahkan alokasi dana darurat ini di rekening atau simpanan tersendiri sehingga tidak tercampur dengan dana yang akan digunakan untuk hal lain.
Kalau untuk asuransi,  dalam hal ini saya mengalokasikan untuk asuransi kesehatan.  Jaman sekarang,  tidak sulit untuk memilih asuransi kesehatan.  Pilih aja BPJS.  Dengan menyisihkan Rp. 70.000,-/ bulan kamu sudah dapat fasilitas BPJS kelas 1 dengan pelayanan yang prima (di rumah sakit-rumah sakit tertentu).

Meski banyak juga testimoni negatif tentang pelayanan BPJS ini di beberapa rumah sakit,  tidak sedikit pula rumah sakit yang pelayanannya bagus kok. Kalau kamu tinggal di Manado,  saya sangat rekomendasikan RS. Advent jika kamu menggunakan BPJS.  Udah banyak testimoni positif yang saya dengar.  Sila cari rumah sakit yang ramah BPJS di daerah tempat tinggalmu ya. Ada yang belum ikut BPJS?  Segera daftar lah.. Insya Allah lebih banyak manfaatnya.

Dalam hal investasi,  nggak perlu yang ribet seperti menanam saham,  reksadana,  obligasi dan sebagainya apalagi kalau kamu adalah jenis orang yang malas ribet dan malas pantau-pantau pergerakan saham dan tidak hobi nonton berita ekonomiπŸ˜…
Investasi juga nggak mesti mahal dengan beli tanah atau properti.  Investasi bisa sesimpel membuka tabungan berjangka di bank untuk penididikan anak atau biaya renovasi rumah,  atau yang dilakukan nenek saya,  membeli emas. 

Sesungguhnya instrumen investasi beraneka ragam.  Ada plus minus.  Ada high return,  low return,  high risk,  low risk.  Kamu bisa pilih sesuai dengan karaktermu,  budget,  dan tujuan investasimu.
Dalam postingan lain saya akan mencoba menjabarkan salah satu instrumen investasi yang menurut saya paling pas buat kamu yang ingin berinvestasi tapi tetap hemat.  Ialah tabungan emas.  Pernah dengar?  Semoga saya nggak malas ya membahas ini nanti πŸ˜€


30% cicilan produktif.

Saya sangat menyarankan,  jika nanti kamu memutuskan untuk mulai mengambil kredit di bank,  pertama-pertama,  ambillah cicilan rumah terlebih dahulu,  sebelum cicilan kendaraan.  Karena apa?  Karena rumah nilainya terus naik  sedangkan kendaraan nilainya pasti menurun. Umur ekonomis kendaraan itu 5 tahun. Setelah 5 tahun dia akan lebih menjadi beban.  Entah karena biaya perbaikan,  ganti spare part dan sebagainya.

Sebagai gantinya,  kamu bisa menggunakan kendaraan umum atau ojek online.  Lebih hemat dan lebih ramah lingkungan πŸ˜€πŸ˜€


40% untuk kebutuhan hidup.

Nah,  ini nggak perlu dijelaskan ya.  Kalau ada yang bertanya-tanya,  lalu dana untuk hura-hura atau untuk pengembangan diri masuk mana?  Bisa saja kamu masukkan dalam 40% ini atau di porsi 20% di atas.  Pengembangan diri bisa dikategorikan investasi juga loh... 😁

Oke,  sekian dulu penjabaran finansial planning ala-ala.  Prinsip 10,20,30,40 ini hanyalah salah satu metode mempermudah merencankan keuangan. Banyak metode lain,  yang menerapkan rasio yang berbeda dapat kamu temukan di google.  Pilihlah yang sesuai dengan kondisimu.  Intinya,  rajin-rajinlah menabung dan milikilah BPJS sekarang juga! πŸ˜†

Tuesday, July 10, 2018

Writer War (Tentang Penulis yang Menulis pada Genre yang Tidak Sealiaran Denganmu)


Pernah dengar istilah Mom War? Iya.  Itu loh,  perkelahian ibu-ibu yang memganggap diri paling benar hanya karena dia mendapati ibu lain tidak berbuat seperti yang dia lakukan. 

Saya senyum-senyum sendiri melihat status beberapa teman yang kesal dengan kelakuan ibu macam begini.  Hanya karena seorang ibu memilih melahirkan secara sesar bukan berarti derajatnya lebih rendah daripada ibu yang melahirkan secara normal bukan?  Stop judging! Kamu tidak berada di posisinya,  lalu mengapa kamu menjadi begitu kejam telah menjustifikasi pilihannya?

credit


Saya tidak sedang akan membahas ibu-ibu by the way.  Saya akan membahas bagaimana di zaman now ini saya masih saja mendapati penulis yang merasa seleranya lebih baik karena dia menyukai serta menempuh genre tertentu dibanding dengan penulis lain yang menyukai dan menempuh genre yang berbeda dengannya.

credit


Hanya karena seorang penulis berkiblat pada Ika Natassa bukan berarti dia lebih buruk dibandingkan kamu yang menganut Eka Kurniawan bukan?  Stop judging!  Hanya karena seseorang jatuh cinta pada Dylan bukan berarti dia memiliki selera yang lebih buruk daripada seorang fans fanatik Dea Anugrah kan?


Dunia sudah dipenuhi orang-orang jahat.  Janganlah menambah panjang daftar penjahat di muka bumi ini dengan menyiyiri selera orang lain.  Kamu tidak berada di posisinya,  kamu tidak tumbuh besar dalam lingkungan yang membesarkannya.  Lalu kenapa kamu berhak menilai seleranya lebih buruk daripada seleramu dan kenapa kamu yakin dia tidak layak disebut penulis kalau dia hanya berkarya di wattpad dan kamu menembus lini mayor?


Cita-cita menjadi penulis adalah hak setiap orang.  Kalau kamu belum bisa membantu,  janganlah mematahkan semangat orang lain untuk menggapai cita-citanya sesuai dengan pilihan dan apa yang membuatnya nyaman.

Semua hasil tulisan bertujuan untuk dibaca.  Perkara layak atau tidak layak itu kembali pada tataran selera.  So,  alangkah indahnya kalau kita saling bahu membahu menghidupkan semangat literasi di negara yang konon budaya membacanya sangat rendah ini.

Dan ingat,  layaknya jodoh, setiap tulisan akan berlabuh pada pembacanya masing-masing.

Monday, July 9, 2018

3 Langkah Mengembalikan Mood Menulismu



Sebagai seorang emak-emak yang selain hectic sama urusan rumah juga (sok)  sibuk di kantor,  saya selalu banyak excuse kalau harus menulis.

Sesungguhnya saya sangat mencintai dunia kepenulisan ini,  jadi kalau sudah berbulan-bulan tidak menulis rasanya ada yang hilang. Sejak dilanda morning sickness di awal tahun dengan frekuensi yang naudzubillah untuk kehamilan kedua saya (iya saya lagi hamil anak kedua😁) praktis semua mood yang berhubungan dengan dunia literasi menguap. 


credit


Selain morning sickness,  kepindahan saya ke unit baru di kantor sejak pertengahan tahun lalu,  di mana load pekerjaannya bertambah yang berdampak pada semakin larutnya jam pulang saya,  membuat saya benar-benar kehabisan energi untuk menulis.  Eh,  tapi sepertinya tahun lalu saya cukup produktif deh.  Pokoknya,  lihat saya banyak excuse kan?

Nah,  sesubuh ini saya jalan-jalan santai menelusuri beranda facebook dan cukup tercengang membaca beberapa status teman yang saya kenal di beberapa komunitas menulis,  yang sesungguhnya adalah penulis yang produktif, juga tengah dilanda sejenis writer's block ini.  Ini bisa disebut writer's block nggak sih?



Penyebab hilangnya mood menulis ini memang bisa karena berbagai alasan yang berbeda.  Kalau alasan saya sudah saya jembreng di atas kan ya.  Sekarang saya mau kasih langkah-langkah yang saya (coba)  tempuh untuk mengembalikan mood menulis ini.  Tidak.  Tidak.  Mood menulis saya belum benar-benar pulih,  tapi saya sedang mengusahakan untuk memulihkannya.  Doakan saya ya...πŸ™πŸ™


1.  Mulailah menulis tulisan yang ringan.

Dalam kasus saya,  saya mulai kembali dengan menulis apa pun yang terlintas dalam kepala ke dalam blog saya ini.  Yang ringan-ringan saja.  Kejadian yang dialami seharian kemarin,  pemikiran-pemikiran receh yang tiba-tiba melintas, apa saja.  Tuliskanlah!

Kalau kamu tidak punya blog dan tidak hobi ngeblog kamu bisa memulainya dengan menulis status di facebook.  Tuangkan pemikiranmu ke sana.  Iya.  Tulis aja.  Flash fiction,  cerita mini,  opini singkat.  Apa saja.

2. Cari lomba menulis yang deadlinenya sebentar lagi.

Ini sunggung bekerja pada kasus saya.  Salah satu motivasi menulis saya,  selain agar tulisan saya disukai dan sukur-sukur jika bisa bermanfaat untuk orang lain adalah uang,  hadiah,  reward,  you name it.  Hahaha.  Ketahuan banget kan orientasi saya.  Eh,  tapi sungguh,  ikutan lomba kemudian menang meski hadiahnya hanya pulsa 25.000 sungguh membuat saya gembira bukan kepalang dan membangkitkan semangat menulis saya dengan cukup signifikan.

3. Keep in touch dengan Teman yang Memiliki Hobi yang Sama.

Ketika mood menulis saya berada pada titik nadir,  otomatis mood berselancar di dunia maya saya pun raib entar ke mana.  Palingan sesekali saja saya ngintip beranda fb atau ig.  Sesekali saja baca komentar ataupun lihat upload - an foto yang lalu lalang,  sesekali saja tengok grup menulis di WAG hingga chat yang belum dibaca menyentuh 10.000.

Nah,  yang saya lakukan kemudian adalah menyapa teman dan sahabat-sahabat yang memiliki hobi yang sama itu.  Mengharapkan aura positif mereka menjangkiti saya.  Atau kalau mereka pun lagi nggak mood dengan dunia tulis menulis,  saya akan merasa tidak sendirian menghadapi masalah ini.  Kita bisa saling curhat apa kendalanya, untuk kemudian saling menyemangati. 

credit


Itu saja sih,  3 langkah mengembalikan mood menulis yang saya lakukan.  Saya tidak akan suruh kamu membaca dan menasihati bahwa kekakuanmu memainkan imajinasi saat ini adalah karena kurangnya bahan bacaan.  Tidak.  Sungguh.  Karena kalau saya,  ketika sedang nggak mood menulis,  maka membaca pun pasti ogah-ogahan.

Mungkin sebagai tambahan saran, saya akan suruh kamu window shopping di mall atau nonton tv sambil makan kacang BaliπŸ˜†


Oke, sekian dan terimakasih.

Sunday, July 8, 2018

Fenomena Elena



Siapa sih yang tidak tahu 'Elena'. Iya,  Elena itu, Elenanya Eugene,  Elenanya Ibnu. Sebuah cerbung yang ceritanya sampai part 20 sekian tayang di salah satu komunitas menulis tersohor di facebook,  yang tiap partnya mendulang ribuan komentar dan jempol.

Kalau kamu masih bilang nggak tahu tentang Elena, setidaknya kamu pasti pernah lihat Elena wara-wiri di beranda facebookmu,  di status temanmu ataupun di kolom komentar seseorang.

Saya ikut PO Elena by the way... Ayo acung siapa yang ikutan PO nya juga!😁😁. Jadi ya... Sebagai member pasif komunitas menulis dengan jumlah anggota meluber-luber tersebut,  sesungguhnya saya sudah mulai menyadari ada gelombang fans yang memadati tiap episode Elena yang ditayangkan,  tapi saya tidak pernah tertarik untuk ikut membaca 1 episode pun.  Hingga 20-an episode kemudian dan terdorong rasa penasaran dengan status salah seorang teman yang membahas Elena dan ketika itu saya lagi santai kayak di pantai,  menunggu jadwal ujian presentasi,  jauh dari rumah pula, jadilah saya minta teman tersebut untuk bagi link postingan Elena dari episode pertama. Pengen tahu cerita kayak apa yang menggemparkan beranda facebook saya ini.


Gambar dari FB Ellya


Saya mulai membaca episode 1 lalu dengan mudah menyimpulkan genre cerita ini religi.  Saya jadi ingat gaya-gaya nulisnya Habiburrahman El Shirazy. Waktu kuliah saya penggemar berat Kang Abik,  jadi tidak sulit untuk menyukai kisah Elena ini.  Di atas episode ke 5 saya mulai terhanyut,  episode 10-an ke atas saya mulai lupa kalau saat itu saya masih berada di kelas,  tapi saya tidak bisa mencegah mata saya berkaca-kaca mengikuti perubahan hati Elena.  Kalau nggak salah,  ceritanya pakai POV 3, tapi penulisnya mampu membuat pembaca turut merasakan kesedihan Elena.  Turut merasa tercerahkan dengan nasihat-nasihat Ayah mertua Elena.  Banyak kutipan ayat suci,  hadist,  maupun kalimat-kalimat penuh hikmah namun tidak terkesan menggurui.

Ketika tiba di penghujung episode,  terdapat informasi bahwa episode berikutnya dan beberapa episode yang hilang (jadi ada beberapa episode yang memang sengaja tidak ditayangkan. Karena apa?  Karena sudah ada penerbit yang booking cerita ini buat naik cetak)  hanya akan ditayangkan pada novelnya yang sebentar lagi akan cetak. 

Nggak pakai tunggu lama,  saya segera mencari info bagaimana cara memesan buku Elena.  Apakah buku ini bakal dijual di toko-toko buku?  Ataukah diterbitkan secara indie? Dan kebetulan ada teman FB yang pernah tergabung dalam sebuah komunitas menulis yang sama memosting cara memesan Elena melalui dia.  Saya pun segera mengontak teman tersebut untuk PO buku Elena.

Rasa penasaran saya terhadap Elena tidak berhenti sampai di sana saja.  Saya penasaran siapa sosok di balik kisah yang konon juga menggerakkan istri Kang Abik untuk ikutan PO novel tersebut.  Siapa sosok dibalik ribuan jempol yang bercokol pada tiap episode yang tayang di FB tersebut.

Hasil penelusuran saya berakhir pada sebuah nama.  Ellya Ningsih. Nggak pakai pikir panjang saya add FB Ellya,  ndilalah FB nya nggak bisa di add lagi karena sudah menerima permintaan pertemanan lebih dari limit yang diperbolehkan facebook.  Gila! Ini pasti diserbu gerombolan fans fanatik Elena yang mayoritas adalah ibu-ibu.  Iya ibu-ibu. Kalau kamu ibu-ibu dan sudah serta sedang menjalani bahtera rumah tangga,  saya jamin kamu juga akan mudah menyukai kisah ini.  Kisah ini seputaran rumah tangga Elena kok.  Tapi pengemasannya sungguh luar biasa sih (ini subjektif ya..  Barangkali ada juga ibu-ibu yang nggak suka kisah Elena 😁)



Sebagai seorang penulis amatir (kalau bisa disebut demikian) yang menyintai dunia  kepenulisan,  saya sedikit banyak tau lah ya nama-nama penulis yang tulisannya sering bercokol di media ataupun sering terpajang di Gramedia.  Tapi sungguh Ellya Ningsih ini asing di lidah,  telinga dan otak saya.  

Siapa gerangan beliau ini?
Kalau dari FB nya sih konon adalah seorang istri dan ibu dari 3  orang anak. Pada tayangan perdana Elena di salah komunitas menulis FB yang mengibarkan namanya, dia bahkan menuliskan embel-embel 'mohon kritik saran'.  Kalau ada yang posting dengan embel-embel 'mohon kritik saran'  ini biasanya memang member baru,  orang yang baru belajar nulis,  atau orang yang sudah familiar dengan dunia tulis menulis tapi bersikap rendah hati. Saya nggak bisa menyimpulkan Ellya Ningsih ini masuk kategori yang mana karena jika dilihat dari caranya menulis,  bahkan di episode pertama sekalipun,  dia tidak terlihat seperti orang yang baru belajar menulis.

Jadi Ellya posting episode Elena di awal tahun,  sekarang serialnya itu sudah akan diterbitakan oleh sebuah penerbit,  dengan jumlah orang yang sudah melakukan PO adalah 15.000 eksemplar.  Ini gila kan ya??  Kalau dari 1 eksemplar buku dengan harga jual Rp. 75.000,- itu Ellya mendapatkan royalti 10% saja,  kamu bisa menghitung berapa yang dia hasilkan dari sana.  Kenapa saya ujung-ujungnya malah duit begini ya... HahahaπŸ˜†πŸ˜†

Tapi sungguh saya takjub.  15.000 eksemplar melalui tim marketing yang tersebar di seluruh penjuru nusantara sebab konon Ellya sudah nggak mampu menghandle pesanan bukunya seorang diri.
 
Apa kriteria sebuah buku dikatakan best seller? 65.000 eksemplar terjual dalam setahun?  Yang artinya 5.417 eksemplar per bulan?  Saya pesan Elena bulan Mei dan itu kalau nggak salah Elena sudah terjual 2000-an ekspemplar.  Sekarang bulan Juli,  Elena konon telah dipesan sebanyak 15.000 eksemplar.  Ingat,  ini pesanan yang terjadi sebelum bukunya bahkan dicetak!  Lalu sebutan untuk Ellena ini apa?  MEGA BEST SELLER?  GIGA BEST SELLER?  Apa?  


Saya benar-benar dibuat kagum dengan femonema Ellena ini.  Ini sungguh anomali.  Anomali bagaimana seorang penulis bisa tertatih-tatih membangun karir di dunia kepenulisan hanya untuk bahagia karena telah menjual beberapa ratus ekspemplar buku,  namun di sisi lain ada juga seorang penulis yang muncul dan langsung membuat dirinya menjadi fenomena.

Anomali ini memang kemudian bak jamur di musim hujan dengan munculnya platform-platform yang memudahkan seseorang menajadi penulis.  Katakan saja wattpad.  Terlepas dari perdebatan tentang definisi sebuah karya sehingga dapat disebut karya sastra,  saya tetap amaze dengan penulis-penulis yang tetap konsisten berkarya di jalur masing-masing.

Mungkin dari hal tersebut di atas,  kita lantas bisa membagi penulis ke dalam dua kelompok.  Penulis yang ditakdirkan dan penulis yang diusahakan. HeheheπŸ˜†πŸ˜†

Btw,  buku Elena belum ada di tangan saya karena konon baru akan didistribusikan tanggal 15 Juli kalau nggak salah.  Kalau sudah ada,  saya bakal pamer lagi. 


Ciayaaaoo..... 😘