Tulisan ini diambil dari note FB tanggal 26 Mei 2011 (saat saya masih 21 tahun pemirsah!! hahah)
Jangan heran dan protes kalo saya hendak membicarakan tentang
KOMITMEN. Saya 21 tahun, dan berada di smester terakhir perkuliahan.
Lantas?? ya tidak kenapa-kenapa.... hahaah.. pembicaraan dengan beberapa
sahabat di sela-sela menemani mereka mengerjakan Skripshit alias Tugas
Akhir (mereka mulai mengerjakan sementara saya hanya sekedar menemani
tanpa semangat untuk memulai) seringkali menyerempet ke hal-hal yang
berbau komitmen.
"saya mau kerja dulu baru nikah" salah seorang teman berujar. "merintis karir dan melampiaskan kebebesan"
"kalo
dalam 2 tahun ini ada yang melamar, mungkin saya akan mempertimbangkan.
Nikah sambil berkarir kayaknya bagus juga" teman yang lain menambahkan.
Kalau
dalam kamus calon sarjana teknik industri seperti saya ini (cieeee)
mungkin menikah ada diurutan kesekian setelah (tentu saja) menamatkan
kuliah, kerja di salah satu perusahaan manufaktur, lanjut kuliah s2
(mungkin), merintis perusahaan sendiri untuk kemudian menjadi konsultan
di dalamnya. such a perfect plan!!
Tapi, saya wanita...
okeh.. dan sejauh ini wanita cenderung memikirkan mengenai 'menikah" itu
lebih banyak daripada yang sering dilakukan oleh pria (tidak didukung
bukti2 empiris sih.. hahah).Dan oleh sebab itu, hal ini menjadi penting
dan sering kami bicarakan. Setinggi apapun impian seorang wanita, ia
tidak akan melupakan kodratnya. saya jamin. Jadi, seharausnya pria-pria
tidak perlu bersitegang dengan wanita hanya untuk memperdebatkan
mengenai apakah baik wanita turut bekerja setelah mereka menikah. Atau
apakah baik menyewa baby sitter untuk membantu mengurus anak. hey.. heyy.... wanita punya insting untuk melakukan semua itu dengan BAIK!!!
Namun,,
mengenai komitmen ini. Sejauh apakah kamu dapat mempertahankannya?
mengingat kenyataan untuk memilih menghabiskan sisa hidupmu dengan
seseorang adalah tidak semudah membalikkan telapak tangan gajah (hahah).
Menikah bukan berakhir di pesta meriah nan mewah yang kau rancang
hingga sedetil2 nya. Menikah tidak hanya menyangkut gaun dan cicncin
emas yang kemudian jadi identitas yang melekat di jarimu. Menikah adalah
apa yang kau jalani setelah pesta itu usai. setelah kau mulai
mengenakan cincin itu di jarimu (okkeeh.. saya mulai sok tau..haha).
Sekali
lagi saya tanya, sejauh apa komitmen dapat membawamu saat kau tau
pasanganmu infertil dan kalian tidak bisa memiliki keturunan, seperti
yang saya baca di novel "Tes Pack", sejauh apa komitmen membawamu saat
kau tau gaji suamimu pun tak cukup untuk membeli baju-baju pestamu
seperti pada novel "cinta", sejauh apa komitmen membawamu saat kau tau
suamimu menderita penyakit Alzhaimer dan kau setiap harinya hanya
tinggal menghitung mundur sisa umurnya??
picture by istribawel.com
okeh..okeh.. itu
hanya sekedar novel, fiksi yang dibalut sedemikian hiperbolis biar kau
tidak bosan membacanya. tapi,,, bukankan ada sepenggal makna di
dalamnya??
salah seoraqng pembaca ditanya mengenai sejauh
apa komitmen dapat membwanya? maka dia menjawab dengan "sejauh komitmen
itu bisa membawanya" Ngambang! tapi, yah.. cukup bisa diterima sebagai
sebuah jawaban.
Karena saya seorang wanita dan juga
seorang Muslim.. saya merujuk saja pada sebuah hadist (saya lupa
diriwayatkan oleh siapa) "jika seorang Muslim meninggal, maka amalan
pertama yang akan ditanyakan adalah Sholat"
"jika seoraang wanita Muslim meninggal, maka amalan yang pertama ditanyakan adalah Sholat, lalu pengabdiannya pada suami"
Wallahualam...
Oopps,,Saya
teringat harus segera menyelesaikan proposal penelitian.. Maka kita
tinggalkan mengenai komitmen ini sejenak. Toh sebagai calon sarjana
teknik saya masih akan membangun perusahaan sendiri dan menjadi
konsultan di dalamnya. hahahahaha
:D
0 comments:
Post a Comment