Tuesday, December 25, 2018

Tentang Hati Manusia yang Lebih Keras dari Karang



Musibah seolah-olah tak bosan menyapa negri ini.  Gempa Lombok Agustus 2018, gempa,  tsunami dan likuifaksi Palu September 2018 dan yang baru-baru saja terjadi yaitu tsunami di Selat Sunda 22 Desember 2018. Ini belum termasuk tragedi kecelakaan transportasi KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba pada Juni 2018 dan pesawat Lion Air yang jatuh di Karawang pada bulan Oktober 2018.

Seluruh rangkaian peristiwa di atas memakan korban jiwa yang jumlahnya tak sedikit.  Bahkan bencana alam di Palu jumlahnya mencapai 2000-an jiwa.  Apa yang terjadi sebenarnya?  Apa yang coba Sang Penguasa Kehidupan sampaikan kepada kita?

credit


Masing-masing kita sudah seharusnya introspeksi diri. Bukankah ini peringatan dan juga sebuah teguran?  Nyaris tiap bulan ada musibah.  Yang menjadi korban tidak lebih buruk dari kita,  pun kita yang masih hidup belum tentu lebih baik dari mereka. 

Firman Allah: “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Alankabut :2 )

Apakah ini ujian? Jika ya,  maka kita perlu mengecek kembali ke dalam diri.  Apakah kita sudah cukup baik di mata Tuhan?

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [al Baqarah/2:155-157]

Sebagai umat muslim sudah ada petunjuk yang jelas bagaimana menanggapi musibah ini. Mengucapkan innailaihi wa inna ilaihi roji'un,  bersabar,  serta percaya bahwa sesungghnya Allah memberikan cobaan sesuai dengan kesanggupan masing-masing manusia. Allah tidak pernah zalim,  Allah tidak pernah tidak adil.

Ketika terjadi bencana alam,  saya selalu teringat dengan diksi yang entah saya dengar atau saya ketahui dimana yaitu 'bukti hati manusia lebih keras dari karang adalah ketika Tuhan merasa perlu meletuskan gunung dan menggulung samudra hanya untuk menggetarkannya'.

Mungkin kita sudah terlena dengan kehidupan duniawi ataukah kita sudah acap berbuat onar padahal kewajiban kita adalah menjadi khalifah di muka bumi. Menjaga dan melestarikan bumi,  bukan berbuat yang sebaliknya.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan duka yang mendalam pada seluruh korban bencana dan kecelakaan yang terjadi,  saya membuat tulisan ini tanpa bermaksud apa-apa melainkan hanya sebagai pengingat untuk saya pribadi dan syukur-syukur jika menjadai perantara introspeksi bagi orang lain.

Bertepatan dengan penghujung tahun,  hendaknya kita dapat menjadikan serangkaian peristiwa di atas bahan evaluasi serta titik awal proses berbenah kita menjadi pribadi yang lebih baik di tahun yang baru nanti,  untuk sesama manusia dan juga lingkungan hidup sebagai wujud bakti dan penghambaan kepada Penguasa Alam Semesta.

2 comments: