Sunday, July 8, 2018

Fenomena Elena



Siapa sih yang tidak tahu 'Elena'. Iya,  Elena itu, Elenanya Eugene,  Elenanya Ibnu. Sebuah cerbung yang ceritanya sampai part 20 sekian tayang di salah satu komunitas menulis tersohor di facebook,  yang tiap partnya mendulang ribuan komentar dan jempol.

Kalau kamu masih bilang nggak tahu tentang Elena, setidaknya kamu pasti pernah lihat Elena wara-wiri di beranda facebookmu,  di status temanmu ataupun di kolom komentar seseorang.

Saya ikut PO Elena by the way... Ayo acung siapa yang ikutan PO nya juga!๐Ÿ˜๐Ÿ˜. Jadi ya... Sebagai member pasif komunitas menulis dengan jumlah anggota meluber-luber tersebut,  sesungguhnya saya sudah mulai menyadari ada gelombang fans yang memadati tiap episode Elena yang ditayangkan,  tapi saya tidak pernah tertarik untuk ikut membaca 1 episode pun.  Hingga 20-an episode kemudian dan terdorong rasa penasaran dengan status salah seorang teman yang membahas Elena dan ketika itu saya lagi santai kayak di pantai,  menunggu jadwal ujian presentasi,  jauh dari rumah pula, jadilah saya minta teman tersebut untuk bagi link postingan Elena dari episode pertama. Pengen tahu cerita kayak apa yang menggemparkan beranda facebook saya ini.


Gambar dari FB Ellya


Saya mulai membaca episode 1 lalu dengan mudah menyimpulkan genre cerita ini religi.  Saya jadi ingat gaya-gaya nulisnya Habiburrahman El Shirazy. Waktu kuliah saya penggemar berat Kang Abik,  jadi tidak sulit untuk menyukai kisah Elena ini.  Di atas episode ke 5 saya mulai terhanyut,  episode 10-an ke atas saya mulai lupa kalau saat itu saya masih berada di kelas,  tapi saya tidak bisa mencegah mata saya berkaca-kaca mengikuti perubahan hati Elena.  Kalau nggak salah,  ceritanya pakai POV 3, tapi penulisnya mampu membuat pembaca turut merasakan kesedihan Elena.  Turut merasa tercerahkan dengan nasihat-nasihat Ayah mertua Elena.  Banyak kutipan ayat suci,  hadist,  maupun kalimat-kalimat penuh hikmah namun tidak terkesan menggurui.

Ketika tiba di penghujung episode,  terdapat informasi bahwa episode berikutnya dan beberapa episode yang hilang (jadi ada beberapa episode yang memang sengaja tidak ditayangkan. Karena apa?  Karena sudah ada penerbit yang booking cerita ini buat naik cetak)  hanya akan ditayangkan pada novelnya yang sebentar lagi akan cetak. 

Nggak pakai tunggu lama,  saya segera mencari info bagaimana cara memesan buku Elena.  Apakah buku ini bakal dijual di toko-toko buku?  Ataukah diterbitkan secara indie? Dan kebetulan ada teman FB yang pernah tergabung dalam sebuah komunitas menulis yang sama memosting cara memesan Elena melalui dia.  Saya pun segera mengontak teman tersebut untuk PO buku Elena.

Rasa penasaran saya terhadap Elena tidak berhenti sampai di sana saja.  Saya penasaran siapa sosok di balik kisah yang konon juga menggerakkan istri Kang Abik untuk ikutan PO novel tersebut.  Siapa sosok dibalik ribuan jempol yang bercokol pada tiap episode yang tayang di FB tersebut.

Hasil penelusuran saya berakhir pada sebuah nama.  Ellya Ningsih. Nggak pakai pikir panjang saya add FB Ellya,  ndilalah FB nya nggak bisa di add lagi karena sudah menerima permintaan pertemanan lebih dari limit yang diperbolehkan facebook.  Gila! Ini pasti diserbu gerombolan fans fanatik Elena yang mayoritas adalah ibu-ibu.  Iya ibu-ibu. Kalau kamu ibu-ibu dan sudah serta sedang menjalani bahtera rumah tangga,  saya jamin kamu juga akan mudah menyukai kisah ini.  Kisah ini seputaran rumah tangga Elena kok.  Tapi pengemasannya sungguh luar biasa sih (ini subjektif ya..  Barangkali ada juga ibu-ibu yang nggak suka kisah Elena ๐Ÿ˜)



Sebagai seorang penulis amatir (kalau bisa disebut demikian) yang menyintai dunia  kepenulisan,  saya sedikit banyak tau lah ya nama-nama penulis yang tulisannya sering bercokol di media ataupun sering terpajang di Gramedia.  Tapi sungguh Ellya Ningsih ini asing di lidah,  telinga dan otak saya.  

Siapa gerangan beliau ini?
Kalau dari FB nya sih konon adalah seorang istri dan ibu dari 3  orang anak. Pada tayangan perdana Elena di salah komunitas menulis FB yang mengibarkan namanya, dia bahkan menuliskan embel-embel 'mohon kritik saran'.  Kalau ada yang posting dengan embel-embel 'mohon kritik saran'  ini biasanya memang member baru,  orang yang baru belajar nulis,  atau orang yang sudah familiar dengan dunia tulis menulis tapi bersikap rendah hati. Saya nggak bisa menyimpulkan Ellya Ningsih ini masuk kategori yang mana karena jika dilihat dari caranya menulis,  bahkan di episode pertama sekalipun,  dia tidak terlihat seperti orang yang baru belajar menulis.

Jadi Ellya posting episode Elena di awal tahun,  sekarang serialnya itu sudah akan diterbitakan oleh sebuah penerbit,  dengan jumlah orang yang sudah melakukan PO adalah 15.000 eksemplar.  Ini gila kan ya??  Kalau dari 1 eksemplar buku dengan harga jual Rp. 75.000,- itu Ellya mendapatkan royalti 10% saja,  kamu bisa menghitung berapa yang dia hasilkan dari sana.  Kenapa saya ujung-ujungnya malah duit begini ya... Hahaha๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

Tapi sungguh saya takjub.  15.000 eksemplar melalui tim marketing yang tersebar di seluruh penjuru nusantara sebab konon Ellya sudah nggak mampu menghandle pesanan bukunya seorang diri.
 
Apa kriteria sebuah buku dikatakan best seller? 65.000 eksemplar terjual dalam setahun?  Yang artinya 5.417 eksemplar per bulan?  Saya pesan Elena bulan Mei dan itu kalau nggak salah Elena sudah terjual 2000-an ekspemplar.  Sekarang bulan Juli,  Elena konon telah dipesan sebanyak 15.000 eksemplar.  Ingat,  ini pesanan yang terjadi sebelum bukunya bahkan dicetak!  Lalu sebutan untuk Ellena ini apa?  MEGA BEST SELLER?  GIGA BEST SELLER?  Apa?  


Saya benar-benar dibuat kagum dengan femonema Ellena ini.  Ini sungguh anomali.  Anomali bagaimana seorang penulis bisa tertatih-tatih membangun karir di dunia kepenulisan hanya untuk bahagia karena telah menjual beberapa ratus ekspemplar buku,  namun di sisi lain ada juga seorang penulis yang muncul dan langsung membuat dirinya menjadi fenomena.

Anomali ini memang kemudian bak jamur di musim hujan dengan munculnya platform-platform yang memudahkan seseorang menajadi penulis.  Katakan saja wattpad.  Terlepas dari perdebatan tentang definisi sebuah karya sehingga dapat disebut karya sastra,  saya tetap amaze dengan penulis-penulis yang tetap konsisten berkarya di jalur masing-masing.

Mungkin dari hal tersebut di atas,  kita lantas bisa membagi penulis ke dalam dua kelompok.  Penulis yang ditakdirkan dan penulis yang diusahakan. Hehehe๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

Btw,  buku Elena belum ada di tangan saya karena konon baru akan didistribusikan tanggal 15 Juli kalau nggak salah.  Kalau sudah ada,  saya bakal pamer lagi. 


Ciayaaaoo..... ๐Ÿ˜˜

0 comments:

Post a Comment