Wednesday, January 27, 2016

Menjadi Ibu Yang Baik

Demi menekan jumlah hutang tulisan pada #OneDayOnePost program saya mutuskan menulis saja pagi-pagi buta jam 3 dini hari WITA meskipun semalam sampai di rumah dari kantor jam 10 malam.

Kalau lihat dari judulnya jangan harap di sini ada tips bagaimana menjadi ibu yang baik karena ini bukan blog parenting. Heheheh. Karena saya sendiri masih jauh dari kriteria  "ibu yang baik" dan sangat tertohok dengan ulasan ust. Felix Siauw yang menyoal ibu yang juga berprofesi sebagai wanita karir-yang kemudian jadi kontroversi kemarin itu.

Terlepas dari setuju atau tidak dengan pernyataan ust. Felix Siau, saya memilih untuk introspeksi diri saja. Saya memang menghabiskan waktu lebih banyak di kantor di hari kerja. Bahkan kadang-kadang hari Sabtu pun harus masuk demi mennyelesaikan pekerjaan Dan berburu dengan deadline. Melelahkan memang! Namun kemudian saya bersyukur sejak melahirkan tidak pernah terpisah jauh dari baby saya. Terpisah jauh pertama kali adalah ketika harus mengunjungi nasabah di Pulau Tahuna (kalian boleh googling pulau itu ada dimana) selama tiga hari karena pesawat dari Manado ke pulau itu cuma ada 3 hari sekali. Selebihnya saya belum pernah meninggalkan baby saya lagi.

Lalu ada dua orang teman saya yang juga bekerja di bank yang sama dengan job desk yang sama harus rela meninggalkan baby mereka setelah masa cuti melahirkan berakhir.

Mari saya perkenalkan dengan mbak Susi yang dua Kali berturut-turut harus meninggalkan baby nya di Manado sementara dia kembali beetugas di Biak. Kenapa nggak dibawa saja ke Biak? Sebab tidak ada pengasuh yang mau ikut ke Biak dan karena mengambil pengasuh di Biak yang sama sekali asing dan tidak dikenal adalah lebih riskan. Jadinya setelah cutinya berakhir baby nya di tinggalkan di Manado bersama kakek -nenek dan pengasuhnya.

Lalu ada mbak Anet yang mengalami kasus serupa setelah melahirkan anak pertama dan harus kembali beetugas di Ternate. Syukurlah kedu ibu-ibu super itu sekarang bisa kembali bersatu dengan anak-anak nya karena mereka telah ditugaskan kembali di Manado. Dan ketika balik itu tentu saja anaknya sudah besar dan membutuhkan pendekatan ekstra untuk membuat si anak kenal kembali dengan aroma ibunya. Hahha.

Lalu, apakah mereka bukan ibu baik? Rasanya terlalu dini jika menjudge demikian. Kenapa nggak berhenti kerja saja? Kalau ada yang bertanya begitu rasanya saya ingin bilang "kenapa kamu nggak berhenti ikut campur urusan orang aja?"

 Lah, iya..kan yang paham kondisi keluarga -termasuk anak-anaknya- adalah ibu mereka sendiri lantas kenapa kamu merasa paling berhak menghakimi bahwa dia bukan ibu yang baik lebih lebih menyuruh berhenti kerja? Kamu ini siapa? Suaminya? Anaknya? Kalau bukan siapa-siapa mending memandang fenomena ini dari sisi positifnya saja. Terserah mau berpikir bagaimana, urusanmu! 

Rasanya ingin bilang seperti itu kalau ada yang nyelutuk demikian.

Setiap anak adalah unik, setiap ibu adalah unik, setiap keluarga adalah unik. Yang saya mau tegaskan di sini adalah hargailah keputusan mereka seberapapun berbedanya dengan apa yang kita pikirkan.

Kalau saya sendiri sih, saya tidak mau berstatus wanita karir selamanya. Saya sudah merundingkan ini dengan suami dan saya sedang menunggu momentum yang tepat untuk hengkang dari dunia kerja ini. Eh, saya sedang menciptakan momentum itu. Doakan secepatnya. Amin.

#OneDayOnePost
#HariKeTigaBelas
#HutangHariKe11&12

5 comments:

  1. Sepakat mbak..
    Kita tidak boleh asal menjudge orang lain.. Kita toh tidak lebih paham dari mereka..
    Semangat buat pekerjaan dan keluarganya...

    ReplyDelete
  2. Sharing yang bagus mb, menjadi wanita karir bukan hal yang buruk, asal bisa menjaga dirinya dan keluarganya. Beda kasus tentang feminisme :D

    ReplyDelete
  3. Setuju sekali, kita harus tahu latar belakang masalahnya dlu sblm.memberikan penilaian, jngan2 kita sndiri lbih buruk, semoga saja tidak, aamii.

    ReplyDelete
  4. Setuju sekali, kita harus tahu latar belakang masalahnya dlu sblm.memberikan penilaian, jngan2 kita sndiri lbih buruk, semoga saja tidak, aamii.

    ReplyDelete
  5. Saat kita tidak menilai, kita akan melihat sudut pandang lebih luas, artinya melihat dari sudut pandang orang lain.

    ReplyDelete