Hellooo happy n good people.. :D
Akhirnya sempat untuk menulis blog lagi (selama ini malas aja sih) heheh..
Dan akhirnya pecah telor untuk postingan di tahun 2015..yeyyyy!
Banyak hal yang terjadi yang membuat blog ini jadi tidak terurus (fuh..fuh...#niupin lawa lawa dan debu). Hal - hal tersebut adalah :
1. Kepindahan saya ke unit yang baru di kantor dengan pekerjaan yang low pressure tapi sangat administratif sehingga membuat saya jangankan nulis blog, makan siang saja kadang kadang tidak sempat sehingga harus makan di meja kerja. Unit baru ini selain pekerjaannya sangat administratif, SDM nya juga lagi kurang jadi pekerjaan memang sangat menumpuk.
2. Kehamilan yang makin besar sehingga membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak. Bayangin, saya biasanya pulang kantor jam 7 malam. Sampai di rumah makan dan bersih-bersih badan sudah jam 9 aja. Langsung tidur deh tuh karena besoknya harus bangun pagi untuk ngantor jam 7.30. Suami dianggurin lah pokoknya. Heheh. Weekend balas dendam tidur seharian.
3. Melahirkan. Inilah proaes kelahiran yang lancar jaya selancar jalan tol itu. Nanti akan saya ceritakan detail di bawah ya. Cuti ngantor 3 bulan mulai 1 april 2015 kemarin (saat ini masih cuti. Baru masuk tanggal 8 Juli nanti. Yayyy!)
4. Kena baby blues syndrom yang lumayan parah selama 2 minggu. Hikzz.
5. Baby kena flu (yang ternyata adalah baby noisy dan umum terjadi pada new born baby yang disebabkan karena sistem pernapasannya yang belum matang ) tapi ya si orang tua baru ini tetap mengiranya flu dan paniknya bukan main.
5. Dilanjutkan begadang yang bikin jiwa dan raga remuk redam karena baby bangun nyaris sejam sekali buat nyusu. Ini yang kemudian saya yakini sebagai fase growth spurt nya si baby setelah searching di internet.
6. Jam tidur baby mulai teratur, eh dia kena nipple confusion (bingung puting) ataukah kena nursing strike ( mogok menyusu langsung dari payudara) yang menyebabkan saya menjadi hancur sehancur-hancurnya karena berkali kali mengalami penolakan dari anak sendiri. Setiap saya sodorin payudara, biasanya dia langsung hap, ini dia memalingkan wajah sambil memandang jijik. Hiikkkkkkzzzzz...
7. Nah, 3 hari ini jam tidur baby mulai teratur. Malam hari dia deep sleep nya lebih panjang dan saya juga sudah mulai berkompromi dengan diri sendiri terkait penolakan baby untuk menyusu langsung dari saya. Jadilah saya tiap hari memompa asi untuk ditaruh di dot nya. (Sambil tetap mencoba relaktasi kembali).
Demikianlah kenapa saya jadinya menginggalkan blog ini setengah tahun lamanya demi mengurus baby dan belajar bagaimana menjadi ibu baru (suami pun tetap masih di cuekin dulu. Heheh).
Mungkin banyak istilah - istilah di atas yang bikin bingung karena memang tidak umum (tapi kalo ibu-ibu pasti tau). Nanti Insya Allah akan saya ceritakan di postingan lain terkait pengalaman-pengalaman saya yang berhubungan sama istilah-istilah di atas.
Oke, jadinya saya akan mulai menceritakan proses persalinan si baby.
Pada tanggal 20 April 2015, sore harinya saya kontrol ke dokter (karena memang jadwal kontrolnya). Di usg dan di raba dalam, ini maksudnya tangan si ibu dokter di masukin ke (maaf) vagina saya untuk mengetahui dimanakah dan bagaimanakah posisi baby saat ini. Dokter bilang masih jauh dari jalan lahir. Tapi tetap disuruh siap-siap. Kemungkinan lahiran bisa kapan saja karena usia kandungan sudah lebih dari 40 minggu. Persisnya lupa berapa minggu. Jadilah saya dibekali rujukan ke rumah sakit Permata Bunda.
Sepulang ke rumah saya masih sempat duduk ngumpul-ngumpul di teras sama Ical, papa dan mama ngobrol sampai jam 12 malam. Masuk kamar saya mulai melakukan ritual nungging yang dipercaya memperlancar persalinan hingga Ical masuk kamar dan bilang "Nin, itu celanamu ko' berdarah?".
Awalnya saya pikir Ical becanda. Tapi saya tetap lari ke toilet untuk lihat langsung dan memang ternyata sudah ada darah. Inikah tanda tanda persalinan? Mules? Mules sih tapi mules yang masih bisa ditahan makanya saya keukeuh belum mau ke RS. Nah ini berhubung sudah berdarah saya segera melapor ke Mama dan meluncurlah Saya, Ical dan Mama ke RS.
Sesampainya di RS, saya langsung di periksa sama bidan yang lagi jaga. "Baru bukaan satu setengah bu, istirahat saja di kamar dulu. Kalo mulesnya sudah lebih sering datang lagi ke sini (ruang tindakan) ya".
Dalam hatiku "mules yang lebih sering itu macam mana? Bedanya sama mules mau BAB apa?"
Tapi toh saya tetap menuruti perintah ibu bidan untuk ke kamar dan beristirahat. Sampai di kamar Mama langsung tidur di tempat tidur khusus penjaga, Ical tiduran di kursi panjang yang tersedia dalam kamar dan saya mencoba tiduran di ranjang pasien. Rasa mules muncul. Rasanya seperi mau BAB bercampur kram seperti mau menstruasi. Masih bisa di tahan.
Sejam kemudian rasa mules dan kramnya datang makin intens. Tapi masih bisa di tahan juga. Masih cerita-cerita sama Mama sambil dia pijit-pijitin punggung dan pinggang yang makin lama makin kaku.
Tepatnya jam 3 dini hari rasa mules sidah tidak bisa ditahan. Mama bangunkan ical dan kami bertiga segera menuju kamar tindakan. Saya masih bisa jalan sendiri ke kamar tindakan tersebut. Sesampainya di sana saya disuruh rebahan dan si bidan kembali periksa bukaan. Ini tangan si bidan merogoh-rogoh (maaf) vagina saya.
"Ko' baru kesini ?" Katanya sambil tangannya masih di dalam sana.
"Masih bisa ditahan ses, ini sudah tidak bisa tahan makanya kesini"
Si bidan mengintruksikan temannya untuk menelpon dokterku sementara ini perut mulesnya sudah tak tertahankan. Rasanya kayak apa sih? Saya mendeskripsikan rasanya itu seperi mau BAB dan kram menstruasi yang dipangkatkan 3. Seperti itulah.
Sembari menunggu si doker datang, Mama mengusap-usap perutku sambil menyuruh baca tasbih, para bidan dan suster bolak balik menginstruksikan untuk menarik nafas panjang biar si baby tidak kekurangan oksigen. Ical? Jangan tanya deh. Semakin keras teriakan saya semakin jauhlah dia dari kamar bersalin. Dia memang sudah menekankan dari jauh-jauh hari kalau saat melahirkan nanti tidak bisa menemani karena ga kuat lihat darah. Sigh. Payah yah.. yah, tapi positifnya adalah dia tidak perlu lah liat saya ngeden. Karena ketika ngeden kecantikan perempuan itu berkurang drastis. Heheh
Waktu rasanya lama sekali sementara perut makin mules. Saya sesekali menjerit pelan (gimaya ya itu menjerit pelan?) menahan mulesnya. Tibalah Mama yang panik karena si dokter tak kunjung datang. "Ini dokternya mana ses? Anak saya sudah kesakitan ini. Tidak bisa mulai melahirkan sekarang saja?"
Si bidannya menjawab "harus tunggu dokter bu"
Dalam hati "what???? Ini sudah mules banget. Rasanya pengen ngeden. Tapi dari tadi disuruh tarik nafas mulu. Belum ada instruksi buat ngeden"
"Suster, dokter sudah dimana?" Saya mulai ga sabaran.
Susternya jawab "ibu tenang saja. Jangan pikirkan dimana dokter, pikirkan saja sebentar lagi mau melahirkan. Tarik napas biar bayinya tidak kehabisan oksigen".
What??!!! Kalau tidak dalam keadaan baring setengah mengangkang mungkin saya sudah balik badan pergi dari sana.
Ga berapa lama dokterpun datang dengan ceria dan begitu segarnya sambil nyapa-nyapa para suster dan bidan.
"Waahh...Kartono nih" ujar bu dokter menyapa saya. Maksudnya karena anak yang akan saya lahirkan tepat di hari kartini itu kebetulan berjenis kelamin cowok.
Lalu tangan si dokter merogoh rogoh memeriksa bukaan. Melipat kaki saya. Menginstruksikan kedua tangan saya menggenggam kedua lutut dan bersiap untuk ngeden. Alhamdulillah akhirnya disuruh ngeden juga.
"Iya pintar. Kayak gitu bu. Bagus" dokternya muji-muji sambil diselingi ngobrol sama bidan dan suster yang menemani beliau.
2 kali ngeden saya berhenti. Dokter suruh ngeden lagi tapi si mules tak kunjung datang.
"Saya induksi saja ya bu biar cepat kontraksinya. Soalnya ini ketubannya sudah hijau. Harus cepat-cepat keluar dedeknya"
Dalam hati "apa kata dokter sajalah"
Jadilah tangan kiri saya dipasangi selang infus yang sudah diinjeksikan cairan perangsang bukaan. Tidak berapa lama si mules datang menyapa. Ngeden sekali, ngeden dua kali, saya lihat bu dokter ambil gunting, saya merasakan sesuatu di bawah sana digunting tapi tidak sakit sama sekali, lalu sekilas sosok mungil muncul disertai ucapan hamdalah dari Mama. Ical mana? Au ah...
Si baby segera berpindah tangan dari dokter ke suster. Babynya tidak nangis sempat bikin Mama khawatir. Tapi tindakan yang tepat (hidung dan mulut baby dirogoh rogoh selang untuk mengeluarkan cairan yang menyumbat saluran nafasnya) membuat baby beberapa menit kemudian terdengar tangisannya.
Si baby di timbang dan diukur. 3,54 kg, 4,8cm. Si baby dihandukin dan dikasih ke saya. Ceritanya saya sudah siap-siap nih unuk pemberian IMD (inisiasi menyusu dini) seperti yang sudah saya baca di artikel-artikel sangat besar manfaatnya terkait bonding antar ibu dan anak, eh taunya saya cuma disodorin buat cium sepersekian detik langsung baby dibawa lagi ke ruangan terpisah buat dipasangi oksigen karena kondisinya yang sempat menurun akibat keminum air ketuban yang teracuni meconium (baby stress menyebabkan dia BAB di katuban yang mengakibatkan seperti kata dokter, ketubanku berwarna hijau).
Oke, tak apalah tidak bisa IMD asal baby sehat selamat.
"Harusnya tadi makan es krim dulu sebelum lahiran biar beratnya pas 3,5 kg" dokterku nyeletuk.
"Ini anak pertama beratnya segini. Hati-hati bu kalo anak ke 2 beratnya di bawah 3kg bisa bisa-lahirannya tidak terasa sama sekali" salah satu suster nambahin.
Saya hanya senyum senyum meringis. Alhamdulillah. Meski bobot bayi tergolong besar saya bisa lahirkan dia secara nomal seperti yang sudah saya tekadkan bulat-bulat jauh hari sebelumnya. Itu juga bukan tanpa perjuangan. Pas usia kandungan 7 bulan saya disuruh diet karbohidrat karena pertumbuhan berat janin di atas normal sehingga dokter khawatir janin menjadi terlalu besar saat waktu lahiran nanti. Waktu itu janinku berat badannya bertambah 500gr tiap 2 minggu dimana pertambahan normal harusnya 200gr saja tiap 2 minggunya.
Oke, persalinan ini sangat lancar dan membahagiakan. Saya masuk kamar bersalin jam 03.00 WITA lahiran jam 04.30 WITA tanpa merasakan sakit yang signifikan. Tidak trauma lah untuk melahirkan lagi. Heheh.. eh, ada loh teman kantor yang sampai sekarang masih trauma melahirkan.
Sejauh ini semulus jalan tol bebas hambatan hingga proses jahit menjahit tiba. Karena persalinanku mengharuskan adanya penambahan jalan lahir berupa robekan maka yang robek itu harus dijahit kembali dan itu sakiiiiiit pake banget. Itu jahitnya tanpa dibius sodara-sodara. Bayangkan! Sakitnya paripurna pokoknya. Tapi so far semua itu berlalu juga.
Sejam setelah di jahit muncullah si Ical di kamar bersalin sambil nyengir-nyengir. "Itu anak mirip siapa ya? Tidak mirip saya".
Hadeuhhhh...
Nah, begitulah singkat cerita proses lahiranku. (Apah?!!! Singkat dari hongkong!!)
Heheh...thx for reading...
NB: Thx a lot to dr.Misje Angsu, SpOG, dr. Yanever Lam,Sp.A serta seluruh petuguas medis di RS. Permata Bunda Manado yang sangat ramah dan sangat membantu.
Akhirnya sempat untuk menulis blog lagi (selama ini malas aja sih) heheh..
Dan akhirnya pecah telor untuk postingan di tahun 2015..yeyyyy!
Banyak hal yang terjadi yang membuat blog ini jadi tidak terurus (fuh..fuh...#niupin lawa lawa dan debu). Hal - hal tersebut adalah :
1. Kepindahan saya ke unit yang baru di kantor dengan pekerjaan yang low pressure tapi sangat administratif sehingga membuat saya jangankan nulis blog, makan siang saja kadang kadang tidak sempat sehingga harus makan di meja kerja. Unit baru ini selain pekerjaannya sangat administratif, SDM nya juga lagi kurang jadi pekerjaan memang sangat menumpuk.
2. Kehamilan yang makin besar sehingga membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak. Bayangin, saya biasanya pulang kantor jam 7 malam. Sampai di rumah makan dan bersih-bersih badan sudah jam 9 aja. Langsung tidur deh tuh karena besoknya harus bangun pagi untuk ngantor jam 7.30. Suami dianggurin lah pokoknya. Heheh. Weekend balas dendam tidur seharian.
3. Melahirkan. Inilah proaes kelahiran yang lancar jaya selancar jalan tol itu. Nanti akan saya ceritakan detail di bawah ya. Cuti ngantor 3 bulan mulai 1 april 2015 kemarin (saat ini masih cuti. Baru masuk tanggal 8 Juli nanti. Yayyy!)
4. Kena baby blues syndrom yang lumayan parah selama 2 minggu. Hikzz.
5. Baby kena flu (yang ternyata adalah baby noisy dan umum terjadi pada new born baby yang disebabkan karena sistem pernapasannya yang belum matang ) tapi ya si orang tua baru ini tetap mengiranya flu dan paniknya bukan main.
5. Dilanjutkan begadang yang bikin jiwa dan raga remuk redam karena baby bangun nyaris sejam sekali buat nyusu. Ini yang kemudian saya yakini sebagai fase growth spurt nya si baby setelah searching di internet.
6. Jam tidur baby mulai teratur, eh dia kena nipple confusion (bingung puting) ataukah kena nursing strike ( mogok menyusu langsung dari payudara) yang menyebabkan saya menjadi hancur sehancur-hancurnya karena berkali kali mengalami penolakan dari anak sendiri. Setiap saya sodorin payudara, biasanya dia langsung hap, ini dia memalingkan wajah sambil memandang jijik. Hiikkkkkkzzzzz...
7. Nah, 3 hari ini jam tidur baby mulai teratur. Malam hari dia deep sleep nya lebih panjang dan saya juga sudah mulai berkompromi dengan diri sendiri terkait penolakan baby untuk menyusu langsung dari saya. Jadilah saya tiap hari memompa asi untuk ditaruh di dot nya. (Sambil tetap mencoba relaktasi kembali).
Demikianlah kenapa saya jadinya menginggalkan blog ini setengah tahun lamanya demi mengurus baby dan belajar bagaimana menjadi ibu baru (suami pun tetap masih di cuekin dulu. Heheh).
Mungkin banyak istilah - istilah di atas yang bikin bingung karena memang tidak umum (tapi kalo ibu-ibu pasti tau). Nanti Insya Allah akan saya ceritakan di postingan lain terkait pengalaman-pengalaman saya yang berhubungan sama istilah-istilah di atas.
Oke, jadinya saya akan mulai menceritakan proses persalinan si baby.
Pada tanggal 20 April 2015, sore harinya saya kontrol ke dokter (karena memang jadwal kontrolnya). Di usg dan di raba dalam, ini maksudnya tangan si ibu dokter di masukin ke (maaf) vagina saya untuk mengetahui dimanakah dan bagaimanakah posisi baby saat ini. Dokter bilang masih jauh dari jalan lahir. Tapi tetap disuruh siap-siap. Kemungkinan lahiran bisa kapan saja karena usia kandungan sudah lebih dari 40 minggu. Persisnya lupa berapa minggu. Jadilah saya dibekali rujukan ke rumah sakit Permata Bunda.
Sepulang ke rumah saya masih sempat duduk ngumpul-ngumpul di teras sama Ical, papa dan mama ngobrol sampai jam 12 malam. Masuk kamar saya mulai melakukan ritual nungging yang dipercaya memperlancar persalinan hingga Ical masuk kamar dan bilang "Nin, itu celanamu ko' berdarah?".
Awalnya saya pikir Ical becanda. Tapi saya tetap lari ke toilet untuk lihat langsung dan memang ternyata sudah ada darah. Inikah tanda tanda persalinan? Mules? Mules sih tapi mules yang masih bisa ditahan makanya saya keukeuh belum mau ke RS. Nah ini berhubung sudah berdarah saya segera melapor ke Mama dan meluncurlah Saya, Ical dan Mama ke RS.
Sesampainya di RS, saya langsung di periksa sama bidan yang lagi jaga. "Baru bukaan satu setengah bu, istirahat saja di kamar dulu. Kalo mulesnya sudah lebih sering datang lagi ke sini (ruang tindakan) ya".
Dalam hatiku "mules yang lebih sering itu macam mana? Bedanya sama mules mau BAB apa?"
Tapi toh saya tetap menuruti perintah ibu bidan untuk ke kamar dan beristirahat. Sampai di kamar Mama langsung tidur di tempat tidur khusus penjaga, Ical tiduran di kursi panjang yang tersedia dalam kamar dan saya mencoba tiduran di ranjang pasien. Rasa mules muncul. Rasanya seperi mau BAB bercampur kram seperti mau menstruasi. Masih bisa di tahan.
Sejam kemudian rasa mules dan kramnya datang makin intens. Tapi masih bisa di tahan juga. Masih cerita-cerita sama Mama sambil dia pijit-pijitin punggung dan pinggang yang makin lama makin kaku.
Tepatnya jam 3 dini hari rasa mules sidah tidak bisa ditahan. Mama bangunkan ical dan kami bertiga segera menuju kamar tindakan. Saya masih bisa jalan sendiri ke kamar tindakan tersebut. Sesampainya di sana saya disuruh rebahan dan si bidan kembali periksa bukaan. Ini tangan si bidan merogoh-rogoh (maaf) vagina saya.
"Ko' baru kesini ?" Katanya sambil tangannya masih di dalam sana.
"Masih bisa ditahan ses, ini sudah tidak bisa tahan makanya kesini"
Si bidan mengintruksikan temannya untuk menelpon dokterku sementara ini perut mulesnya sudah tak tertahankan. Rasanya kayak apa sih? Saya mendeskripsikan rasanya itu seperi mau BAB dan kram menstruasi yang dipangkatkan 3. Seperti itulah.
Sembari menunggu si doker datang, Mama mengusap-usap perutku sambil menyuruh baca tasbih, para bidan dan suster bolak balik menginstruksikan untuk menarik nafas panjang biar si baby tidak kekurangan oksigen. Ical? Jangan tanya deh. Semakin keras teriakan saya semakin jauhlah dia dari kamar bersalin. Dia memang sudah menekankan dari jauh-jauh hari kalau saat melahirkan nanti tidak bisa menemani karena ga kuat lihat darah. Sigh. Payah yah.. yah, tapi positifnya adalah dia tidak perlu lah liat saya ngeden. Karena ketika ngeden kecantikan perempuan itu berkurang drastis. Heheh
Waktu rasanya lama sekali sementara perut makin mules. Saya sesekali menjerit pelan (gimaya ya itu menjerit pelan?) menahan mulesnya. Tibalah Mama yang panik karena si dokter tak kunjung datang. "Ini dokternya mana ses? Anak saya sudah kesakitan ini. Tidak bisa mulai melahirkan sekarang saja?"
Si bidannya menjawab "harus tunggu dokter bu"
Dalam hati "what???? Ini sudah mules banget. Rasanya pengen ngeden. Tapi dari tadi disuruh tarik nafas mulu. Belum ada instruksi buat ngeden"
"Suster, dokter sudah dimana?" Saya mulai ga sabaran.
Susternya jawab "ibu tenang saja. Jangan pikirkan dimana dokter, pikirkan saja sebentar lagi mau melahirkan. Tarik napas biar bayinya tidak kehabisan oksigen".
What??!!! Kalau tidak dalam keadaan baring setengah mengangkang mungkin saya sudah balik badan pergi dari sana.
Ga berapa lama dokterpun datang dengan ceria dan begitu segarnya sambil nyapa-nyapa para suster dan bidan.
"Waahh...Kartono nih" ujar bu dokter menyapa saya. Maksudnya karena anak yang akan saya lahirkan tepat di hari kartini itu kebetulan berjenis kelamin cowok.
Lalu tangan si dokter merogoh rogoh memeriksa bukaan. Melipat kaki saya. Menginstruksikan kedua tangan saya menggenggam kedua lutut dan bersiap untuk ngeden. Alhamdulillah akhirnya disuruh ngeden juga.
"Iya pintar. Kayak gitu bu. Bagus" dokternya muji-muji sambil diselingi ngobrol sama bidan dan suster yang menemani beliau.
2 kali ngeden saya berhenti. Dokter suruh ngeden lagi tapi si mules tak kunjung datang.
"Saya induksi saja ya bu biar cepat kontraksinya. Soalnya ini ketubannya sudah hijau. Harus cepat-cepat keluar dedeknya"
Dalam hati "apa kata dokter sajalah"
Jadilah tangan kiri saya dipasangi selang infus yang sudah diinjeksikan cairan perangsang bukaan. Tidak berapa lama si mules datang menyapa. Ngeden sekali, ngeden dua kali, saya lihat bu dokter ambil gunting, saya merasakan sesuatu di bawah sana digunting tapi tidak sakit sama sekali, lalu sekilas sosok mungil muncul disertai ucapan hamdalah dari Mama. Ical mana? Au ah...
Si baby segera berpindah tangan dari dokter ke suster. Babynya tidak nangis sempat bikin Mama khawatir. Tapi tindakan yang tepat (hidung dan mulut baby dirogoh rogoh selang untuk mengeluarkan cairan yang menyumbat saluran nafasnya) membuat baby beberapa menit kemudian terdengar tangisannya.
Si baby di timbang dan diukur. 3,54 kg, 4,8cm. Si baby dihandukin dan dikasih ke saya. Ceritanya saya sudah siap-siap nih unuk pemberian IMD (inisiasi menyusu dini) seperti yang sudah saya baca di artikel-artikel sangat besar manfaatnya terkait bonding antar ibu dan anak, eh taunya saya cuma disodorin buat cium sepersekian detik langsung baby dibawa lagi ke ruangan terpisah buat dipasangi oksigen karena kondisinya yang sempat menurun akibat keminum air ketuban yang teracuni meconium (baby stress menyebabkan dia BAB di katuban yang mengakibatkan seperti kata dokter, ketubanku berwarna hijau).
Oke, tak apalah tidak bisa IMD asal baby sehat selamat.
"Harusnya tadi makan es krim dulu sebelum lahiran biar beratnya pas 3,5 kg" dokterku nyeletuk.
"Ini anak pertama beratnya segini. Hati-hati bu kalo anak ke 2 beratnya di bawah 3kg bisa bisa-lahirannya tidak terasa sama sekali" salah satu suster nambahin.
Saya hanya senyum senyum meringis. Alhamdulillah. Meski bobot bayi tergolong besar saya bisa lahirkan dia secara nomal seperti yang sudah saya tekadkan bulat-bulat jauh hari sebelumnya. Itu juga bukan tanpa perjuangan. Pas usia kandungan 7 bulan saya disuruh diet karbohidrat karena pertumbuhan berat janin di atas normal sehingga dokter khawatir janin menjadi terlalu besar saat waktu lahiran nanti. Waktu itu janinku berat badannya bertambah 500gr tiap 2 minggu dimana pertambahan normal harusnya 200gr saja tiap 2 minggunya.
Oke, persalinan ini sangat lancar dan membahagiakan. Saya masuk kamar bersalin jam 03.00 WITA lahiran jam 04.30 WITA tanpa merasakan sakit yang signifikan. Tidak trauma lah untuk melahirkan lagi. Heheh.. eh, ada loh teman kantor yang sampai sekarang masih trauma melahirkan.
Sejauh ini semulus jalan tol bebas hambatan hingga proses jahit menjahit tiba. Karena persalinanku mengharuskan adanya penambahan jalan lahir berupa robekan maka yang robek itu harus dijahit kembali dan itu sakiiiiiit pake banget. Itu jahitnya tanpa dibius sodara-sodara. Bayangkan! Sakitnya paripurna pokoknya. Tapi so far semua itu berlalu juga.
Sejam setelah di jahit muncullah si Ical di kamar bersalin sambil nyengir-nyengir. "Itu anak mirip siapa ya? Tidak mirip saya".
Hadeuhhhh...
Nah, begitulah singkat cerita proses lahiranku. (Apah?!!! Singkat dari hongkong!!)
Heheh...thx for reading...
NB: Thx a lot to dr.Misje Angsu, SpOG, dr. Yanever Lam,Sp.A serta seluruh petuguas medis di RS. Permata Bunda Manado yang sangat ramah dan sangat membantu.
0 comments:
Post a Comment