Friday, January 18, 2013

Sejauh Apa Komitmen Membawamu?

Tulisan ini diambil dari note FB tanggal 26 Mei 2011 (saat saya masih 21 tahun pemirsah!! hahah)

Jangan heran dan protes kalo saya hendak membicarakan tentang KOMITMEN. Saya 21 tahun, dan berada di smester terakhir perkuliahan. Lantas?? ya tidak kenapa-kenapa.... hahaah.. pembicaraan dengan beberapa sahabat di sela-sela menemani mereka mengerjakan Skripshit alias Tugas Akhir (mereka mulai mengerjakan sementara saya hanya sekedar menemani tanpa semangat untuk memulai) seringkali menyerempet ke hal-hal yang berbau komitmen.

"saya mau kerja dulu baru nikah" salah seorang teman berujar. "merintis karir dan melampiaskan kebebesan"

"kalo dalam 2 tahun ini ada yang melamar, mungkin saya akan mempertimbangkan. Nikah sambil berkarir kayaknya bagus juga" teman yang lain menambahkan.

Kalau dalam kamus calon sarjana teknik industri seperti saya ini (cieeee) mungkin menikah ada diurutan kesekian setelah (tentu saja) menamatkan kuliah, kerja di salah satu perusahaan manufaktur, lanjut kuliah s2 (mungkin), merintis perusahaan sendiri untuk kemudian menjadi konsultan di dalamnya. such a perfect plan!!

Tapi, saya wanita... okeh.. dan sejauh ini wanita cenderung memikirkan mengenai 'menikah" itu lebih banyak daripada yang sering dilakukan oleh pria (tidak didukung bukti2 empiris sih.. hahah).Dan oleh sebab itu, hal ini menjadi penting dan sering kami bicarakan. Setinggi apapun impian seorang wanita, ia tidak akan melupakan kodratnya. saya jamin. Jadi, seharausnya pria-pria tidak perlu bersitegang dengan wanita hanya untuk memperdebatkan mengenai apakah baik wanita turut bekerja setelah mereka menikah. Atau apakah baik menyewa baby sitter untuk membantu mengurus anak. hey.. heyy.... wanita punya insting untuk melakukan semua itu dengan BAIK!!!

Namun,, mengenai komitmen ini. Sejauh apakah kamu dapat mempertahankannya? mengingat kenyataan untuk memilih menghabiskan sisa hidupmu dengan seseorang adalah tidak semudah membalikkan telapak tangan gajah (hahah). Menikah bukan berakhir di pesta meriah nan mewah yang kau rancang hingga sedetil2 nya. Menikah tidak hanya menyangkut gaun dan cicncin emas yang kemudian jadi identitas yang melekat di jarimu. Menikah adalah apa yang kau jalani setelah pesta itu usai. setelah kau mulai mengenakan cincin itu di jarimu (okkeeh.. saya mulai sok tau..haha).

Sekali lagi saya tanya, sejauh apa komitmen dapat membawamu saat kau tau pasanganmu infertil dan kalian tidak bisa memiliki keturunan, seperti yang saya baca di novel "Tes Pack", sejauh apa komitmen membawamu saat kau tau gaji suamimu pun tak cukup untuk membeli baju-baju pestamu seperti pada novel "cinta", sejauh apa komitmen membawamu saat kau tau suamimu menderita penyakit Alzhaimer dan kau setiap harinya hanya tinggal menghitung mundur sisa umurnya??

picture by istribawel.com


okeh..okeh.. itu hanya sekedar novel, fiksi yang dibalut sedemikian hiperbolis biar kau tidak bosan membacanya. tapi,,, bukankan ada sepenggal makna di dalamnya??

salah seoraqng pembaca ditanya mengenai sejauh apa komitmen dapat membwanya? maka dia menjawab dengan "sejauh komitmen itu bisa membawanya" Ngambang! tapi, yah.. cukup bisa diterima sebagai sebuah jawaban.

Karena saya seorang wanita dan juga seorang Muslim.. saya merujuk saja pada sebuah hadist (saya lupa diriwayatkan oleh siapa) "jika seorang Muslim meninggal, maka amalan pertama yang akan ditanyakan adalah Sholat"

"jika seoraang wanita Muslim meninggal, maka amalan yang pertama ditanyakan adalah Sholat, lalu pengabdiannya pada suami"

Wallahualam...

Oopps,,Saya teringat harus segera menyelesaikan proposal penelitian.. Maka kita tinggalkan mengenai komitmen ini sejenak. Toh sebagai calon sarjana teknik saya masih akan membangun perusahaan sendiri dan menjadi konsultan di dalamnya. hahahahaha


:D

0 comments:

Post a Comment