Monday, April 17, 2017

Menembus Barikade Femina



Jadi, pagi ini di tengah tekanan target ekspansi di kantor  dan tekanan batin karena ditinggal suami ke luar kota πŸ˜… saya mendapatkan sms dari FEMINA. Ulang sekali lagi! Saya dapat SMS dari FEMINA. Ya Allah! Rasanya pengen sujud syukur cium lantai. Tapi mendadak ingat saya sedang di kantor πŸ˜„.



Sms nya sih 'hanya' meminta konfirmasi perihal orisinalitas tulisan. Sms seperti itu mungkin hal biasa banget bagi penulis kaliber yang namanya sudah malang melintang di media, tapi bagi saya yang hanya butiran debu ini, itu adalah sesuatu yang bisa disebut ANUGERAH. Dan ini adalah Femina. Media yang menolak cerpen saya sekitar 5 tahun yang lalu dengan surat resmi. Bayangkan! Ditolak pakai surat resmi itu ternyata lebih sakit daripada digantung tanpa kabar. Sejak itu saya trauma!

Kemudian pada suatu ketika, seorang teman di FB membagikan postingan tentang Gado-Gado Femina (terimakasih mbak Intan Puspita Dee) lalu saya pikir, kenapa tidak? Jadilah saya coba kirim di bulan Februari. Setelah kirim saya baru mengetahui beberapa hal tentang Gado-Gado Femina, antara lain ternyata untuk judul usahakan dua suku kata saja. Punya saya tiga suku kata. Baru judul sudah gagal. Yo wesslah. Niatnya mau saya perbaiki dan kirim ulang karena hingga bulan April tak kunjung ada kabar. Eh ternyata... Tuhan baru menjawab doa saya sekarang melalui sebuah SMS dan disusul email konfirmasi pemuatan.

Yap, ini 'hanya' sebuah artikel Gado -Gado tapi saya sudah senang luar biasa karena itu artinya saya sudah bisa menembus barikade femina yang tebal berlapis-lapis dan berkali-kali penyaringan. πŸ˜… (ini tabloid apa minyak goreng?) Meskipun melalui pintu samping. (Bagi saya pintu utamanya tetap cerpen atau cerbung).

Berikutnya saya kembali menyasar rubrik CERPEN. Oke, FEMINA, jangan tolak saya lagi, plisssss....😳

3 comments:

  1. Replies
    1. Makasih mbak Wid. Ayo mbak..kita semangat nulis terus..πŸ˜†πŸ˜†

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete