Monday, July 10, 2017

Travelling Bersama Balita : Yay or Nay!



Kalau saya nay! Saya dan Ical sudah sepakat untuk mengatakan TIDAK jika harus travelling bersama balita 2 tahun saya yang bernama Ahmad. Hm, kesepakatan itu baru muncul 2 minggu belakangan ini sih...πŸ˜‚πŸ˜‚



Bukannya saya tidak suka travelling, saya adalah seorang traveller sejati. Baca ini kalau tidak percaya πŸ˜†πŸ˜†:


Tapi begitu hamil dan melahirkan, rasa-rasanya sangat rempong membawa bayi ataupun balita bepergian jauh. Untuk itu saya angkat 8 jempol (pinjam jempol kaki dan tangan suami) untuk Raffi Ahmad. Loh? Iya! Saya lihat di infotainemnt Raffi Ahmad sering mambawa Rafatar travelling hingga ke luar negri. Saluuuttt. Lalu Ical bilang "Raffi Ahmad travelling bawa baby sitter makanya tidak rempong." Kemudian saya manggut-manggut.

Baru saja 2 hari yang lalu saya tiba kembali di Manado sepulangnya dari libur Lebaran 2 Minggu di kampung halaman Ical di Pinrang. Setelah tiba di Manado saya tidur nyaris 14 jam karena badan ini rasanya  remuk semua.

Dengan Lebaran saya tahun ini di Pinrang berarti Ahmad sudah 3 kali diajak berpergian. Pertama ketika usianya 4 bulan. Saat itu saya didampingi Mama sehingga masih bisa menghandle segala keperluan Ahmad meskipun ketika itu saya sangat rempong karena harus membawa perlengkapan pompa ASI plus cooler box plus botol-botol ASI nya karena Ahmad bingung puting dan tidak mau menyusu langsung di payudara.

Kali kedua membawa Ahmad pulang kampung adalah ketika dia berusia 1 tahun lebih beberapa bulan. 5 hari di kampung Ical dan Ahmad diare. Mungkin karena kelelahan menempuh perjalanan lumayan jauh (1.5 jam pesawat dan 4 jam darat) ditambah ketika harus berkunjung ke rumah buyut yang memakan waktu 8 jam perjalanan.

Ical belum kapok nih ceritanya bawa Ahmad pulang kampung, padahal saya sudah nangis-nangis bombay menceritakan kerempongan saya. Kali ketiga membawa Ahmad mudik adalah yang terjadi 2 minggu lalu. Perginya bareng Ical. Ahmad tenang di pesawat. Dan karena dia sudah 2 tahun, dia sudah dapat kursi sendiri. Alhamdulillah. 

Sampai di kampung, semua masih under controll. 2 hari kemudia Ahmad batuk pilek (batpil). Hari ketiga batuknya tambah parah plus sesak nafas. Dari bayi kalau batpil Ahamd pasti sesak nafas. Ada riwayat alergi sehingga kalau batpil pasti harus di nebulizer. Tapi sudah nyaris beberpa bulan ini setiap batpil tidak pernah di nebu lagi. Eh, tiba-tiba di Pinrang dia harus di Nebu. Mana nebulatornya tidak saya bawa pula. Akhirnya dengan menempuh perjalanan 45 menit kami berhasil menemukan Nebu di rumah sakit kota kabupaten. 😭😭😭 Malamnya Ical pertama kali seumur hidup merasakan begadang boboin Ahmad. Setelah itu dia bertaubat dan memaklumi kerempongan saya ketika harus  membawa Ahmad bepergian jauh πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.

Belum selesai sampai di situ. Hari ke 5 batpilnya membaik, eh berganti diare. Diarenya lumayan parah sampai pupnya cair kayak pipis. Kasihan. Ditambah kondisi saya drop karena ketularan batpil. Mana Ahmad sering tantrum dan tidak mau dimomong sama orang lain kecuali saya atau Ical. Di sanalah tingkat pertaubatan Ical bertambah. Ical sadar Ahmad agak rempong dibawa perjalanan jauh, pertama dia tidak mau dimomong sama orang lain sehingga Ayah Ibu nya ini bisa kehabisan energi, kalau di Manado dia mau dimomong sama Oma Opa ataupun Adi, orang yang bantu-bantu kerjanya Ical di Manado.

Kedua Ahmad butuh waktu penyesuaian dengan lingkungan baru. Ponakannya Ical banyak banget sehingga Ahmad kaget. Orang di Manado dia cuma seorang diri anak kecil di rumah. Ketiga, ketika Ahmad stres dan tantrum sama lingkungan baru kondisinya drop dan gampang terserang penyakit.

Ical bilang, "Ini terakhir kali bawa Ahmad kalau mudik atau ke luar kota. Nanti kita bawa lagi kalau dia sudah TK." Alhamdulillah...... Saya langsung sujud dalam hati. Eh? 

Permasalahan Ical sudah berhenti sampai di situ tapi saya belum. Ketika akan balik Manado, Ical masih ada beberapa hal yang harus di selesaikan di Pinrang jadinya saya yang akan pulang sendiri bersama Ahmad. Oh My God! Saya tidak bisa membayangkan membawa balita yang lagi rewel karena kondisi kesehatannya belum membaik sendirian di pesawat. Saya ngamuk-ngamuk tapi kerjaan Ical di Pinrang tidak bisa ditinggal sementara saya juga harus sudah mulai masuk kantor Senin nanti.

Dengan kekuatan bulan saya memantapkan niat. Sampai dalam pesawat Ahmad mulai bertingkah, dari nangis-nangis tidak mau pakai seat belt dan mau berdiri ketika pesawat take off hingga tidak mau dicebok ketika dia pup. πŸ˜…

Walhasil pramugari mengalah membiarkan Ahmad tidak pakai seat belt karena penumpang di sekitar tempat duduk saya sudah protes Ahmad nangis kejer. Padahal waktu pergi mau dipakekan seatbelt sama Ical πŸ˜₯.

Nah, soal Ahmad pup dan tidak mau diangkat ke kamar mandi ini saya malu luar biasa karena pas berdiri dan menggendong Ahmad paksa, penumpang-penumpang hingga ke beberapa kursi belakang saya pada tutup hidung dan memandang saya sinis. Hahaha. Sorry, bau ya Pak Bu ? πŸ˜†πŸ˜†

Pokoknya saya sudah kayak gembel di dalam maskapai nomor wahid di Indonesia itu. Jilbab berantakan, muka berantakan, Ahmad juga sudah cemong sama makanan dan ingus. Hahahah. Kontras sama penumpang lain yang pakaiannya cetar dan parlente. Bodo amat! Saya juga bayar tau! (Padahal kebetulan saja pilih Garuda karena harganya cuma beda 100rb lebih dari Lion dan citilink ketika itu πŸ˜…πŸ˜…)

Intinya saya sih NO untuk bawa balita bepergian karena kasihan anaknya jadi sakit, kasihan juga orang tuanya yang tidak bisa memaksimalkan Quality Time ketika liburan. Liburan yang dalam kota saja dulu untuk sementara. 😁

5 comments:

  1. Wah, saya jadi teringat ketika mudik membawa putri saya yang saat itu masih berumur 2 bulan.. Yang saya khawatirkan saat itu kalau putri mungil saya sakit atau kenapa-kenapa. Karena saya juga baru pertama kali punya bayi πŸ˜… Alhamdulillah, putri saya sehat-sehat saja meski sempat "gumoh" lumayan banyak. Dan memang cukup ribet harus membawa banyak perlengkapan untuk bayi.😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Mbak Irma.....


      Saya selalu dilema luar biasa nih kalau sudah menjelang Hari Raya karena pasti suami selalu pengen mudik padahal anak saha agak rempong dibawa mudik. Belum kalau sakit sakitnya kambuh. Hiks..hiks..

      Delete
  2. Wah, saya jadi teringat ketika mudik membawa putri saya yang saat itu masih berumur 2 bulan.. Yang saya khawatirkan saat itu kalau putri mungil saya sakit atau kenapa-kenapa. Karena saya juga baru pertama kali punya bayi πŸ˜… Alhamdulillah, putri saya sehat-sehat saja meski sempat "gumoh" lumayan banyak. Dan memang cukup ribet harus membawa banyak perlengkapan untuk bayi.😁

    ReplyDelete
  3. aduh rempong ya mak... padahal kakek neneknya pasti kangen cucu, hhee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak...kangen banget. Hahahha. Yah, tapi begitulah kondisinya πŸ˜…πŸ˜…

      Delete