Wednesday, August 23, 2017

Metode KonMari untuk Membenahi Hidupmu yang Berantakan

Percaya tidak kalau semalam saya tidur jam 2 pagi? Kenapa tidur selarut itu? Tolong jangan ditanyakan karena itu bisa memancing emosi saya. Hahahah. Kidding. 

Jadi, saya sudah lama ingin membuat tulisan ini. Tulisan tentang Metode KonMari. Apa itu metode KonMari? Metode KonMari adalah metode merapikan rumah, kantor, kamar, apartement, whatever you may call yang berantakan (sayangnya belum ampuh untuk merapikan masa depan πŸ˜…πŸ˜…) yang dicetuskan oleh seorang wanita berkebangsaan Jepang bernama Marie Kondo. KonMari itu singkatan dari nama dia. Kemudian dia menyebut profesinya ini sebagai Konsultan Berbenah.

Hah? Beberes saja butuh metode macam bikin skripsi? Iya lah! Ngana pikir? Berbenah itu adalah seni. kalau habis berbenah lalu berantakan lagi berarti tabiatmu yang perlu dibenahi! Hahha πŸ˜…πŸ˜…. Aduh, makin ngelantur.

Jadi, singkat kata saya menemukan sebuah postingan yang menyinggung-nyinggung soal KonMari ini dan sangat antusias untuk membeli bukunya. Saya lupa linknya mana. Tapi jauh sebelum itu ternyata sohib saya yang seorang crafter mantan banker yang bernama Kunca itu juga pernah menulis tentang ini di blognya. 

Baca : 


Dewi Lestari pun pernah mengulas tentang KonMari.

Baca :


Konon, metode KonMari ini sudah mendunia sehingga dijadikan istilah dalam Bahasa Inggris.

"Girl, you have to kondonize your room."

"Rrr...maybe I should kondonize my office."

See, seperti istilah googling yang merujuk ke kegiatan mencari-cari lanjaran dari suatu ulasan (berat banget bahasanya...πŸ˜…), maka Kondonize ini merujuk ke kegiatan merapikan dengan menggunakan metode KonMari.

Kalau googling kata KonMari maka banyak sekali artikel dan video yang mengulas tentang ini. Nah, berhubung saya lebih suka baca buku daripada lihat videonya maka saya berusaha untuk memperoleh buku itu. Di Gramedia Manado tidak ada jadi saya suruh adik saya carikan di Bandung. Alhamdulillah di Toga Mas ada seharga Rp. 40 rb-an lupa persisnya berapa.



Saya baru baca buku ini 21 halaman dan sudah buru-buru ingin menerapkan metodenya karena hidup kamar saya berantakan sekali. Saya memang tipikal orang yang tidak rapi, tapi Marie Kondo bilang tidak ada orang yang tidak rapi. Kerpihan sudah seperti fitrah manusia. Jadi pada dasarnya setiap orang memiliki bibit-bibit kerapian dalam dirinya.

Sejauh 21 halaman buku yang saya baca itu, beberapa poin penting yang saya peroleh adalah :

1. Rapikan rumahmu secera keseluruhan, jangan perbagian-bagian. Misalnya, hari ini rapikan kamar, besok rapikan dapur. Jangan! Lakukan secara sekaligus.

2. Cara untuk berbenah secara sekaligus adalah dengan cara mengkategorikan barang berdasarkan jenisnya bukan berdasarkan tempatnya. Misalnya, kategori baju, kategori buku, kategori dokumen, dsb. Bukan berdasarkan tempat seperti kategori barang-barang di lemari baju, kategori barang-barang di rak buku. Jangan!

3. Mulai pisahkan barang-barang yang sudah dikategorikan. Mana yang masih menimbukkan kebahagiaan ketika dipandang, simpan! Mana yang membuatmu merasa jengah, singkirkan! Harus tega!

4. Rapikan barang yang sudah kamu pilah pilih, susun secara vertikal, dimulai dari gradasi warna gelap ke terang atau sebaliknya.

5. Jangan menimbun barang! Kenang-kenangan, oleh-oleh, hadiah yang tidak pernah digunakan bahkan masih rapih terbungkus di kemasannya, singkirkan! Harus tega.

6. Jangan menyimpan barang-barang sampahmu, yang tidak berguna tapi sayang di buang di rumah orang tua.


Baru 21 halaman banyak banget ya materinya? Hehe. Tidak kok! Sebenarnya di 21 halaman itu masih menbahas awal mula Marie Kondo menemukan metode berbenah yang ampuh, tapi sebelum membaca buku ini saya sudah terlanjur googling-googling. 

Btw, saya langsung mempraktekkan metode KonMari namun tidak persis sama mengikuti langkah-langkahnya.

Untuk kasus saya, saya hanya merapikan kamar saya dikarenakan  masih tinggal bersana orang tua dan tidak ingin beliau kaget kalau saya ke dapurnya lalu membuang segala kontainer plastik, tuperwer, rantang-rantang, gelas dan piring kaca yang jarang dipakai, cenderung dikoleksi, karena saya anggap itu tidak berguna. Nanti Mama saya shock. Jadi, saya hanya menerapkan metode itu di kamar saya.

Langkah pertama adalah pilah pilih barang kategori baju. Saya lupa membuat foto before afternya tapi seperti inilah hasilnya.


Satu kantong baju yang tidak menimbulkan kebahagiaan berhasil disingkirkan. Ahmad pun ikut bahagia emaknya beres-beres.

"Tumben, Mak. Lagi kesurupan ya?" Tanya Ahamd. ,πŸ˜…



Saya berhasil menata kumpulan jilbab secara vertikal dan berdasarkan gradasi warna.





Baju yang digantung juga dijejer berdasarkan gradasi warna.
Kurang lebih tampilan lemari sata setelah dibenahi seperti ini.
Apa? Masih berantakan? Kamu bisa bayangkan bagaimana kacaunya lemari saya sebelumnya...πŸ˜†πŸ˜†





Target operasi selanjutnya adalah meja rias yang berantakannya naudzubillah.




Kendala yang dihadapi selama merapikan barang kategori baju adalah kantongan yang berisi baju-baju yang bikin jengah itu saya serahkan ke Mama saya, "Ma, ini kasih orang ya."

Lalu oleh Mama saya dibongkar lagi dan sebagian besar diambilin lagi dan dimasukin lemarinya, "sayang kan dikasih orang. Ini bisa mama pake."

Dalam hati, 'mau dipake ke mana? Lagian ukurannya kekecilan semua."

Mitigasi risiko (gile bahasa gueeeh!) yang dilakukan agar barang-barang itu bebar-benar berhasil disingkirkan dan bukannya hanya berpindah ke lemari nyokap adalah, berikutnya harus langsung di kasih ke orang lain yang lebih membutuhkan seperti disumbang ke panti asuhan.

Di bagian belakang buku ini tertulis bahwa dengan memiliki buku tersebut kita seperti sedang mengikuti kursus berbenah jarak jauh bersama Marie Kondo. Di Jepang seseorang harus menunggu 3 bulan untuk dapat mengikuti kursusnya, bahkan sekarang Marie harus membuat daftar tunggu untuk daftar tunggu.

Saya akan membuat label khusus di blog saya yaitu #MetodeKonMari (just in case kalian ingin melanjutkan membaca pengalaman saya menerapkan metode KonMari dalam berbenah) yang berisi ulasan poin-poin penting yang saya temukan sepanjang membaca buku tersebut supaya kita sama-sama paham dan syukur-syukur bisa menerapkan metode ini untuk membenahi apapun milik kita yang sedang berantakan.

Akhir kata.... Ciayoooo!!! 😊😊😊


4 comments:

  1. Saya pernah begini. Di tempat kerja, Malaysia, kadang dianggap enggak waras. Rasanya nggak bisa tidur jika kamar belum beres. Beneran, jam tuga karena terbayang-bayang kamar yang berantakan, akhirnya saya babgun. Saya bebenah. Buang-buang barang yang nggak perlu. ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masak mbak Desy? Dianggap nggak waras karena berantakan?? Wooww!!

      Kara Marie Kondo, jika dalam kondisi tertekan, misalkan akan menghadapi ujian, kita malah cenderung melakukan hal-hal di luar persiapa ujian yang menyita waktu misalkan merapikan kamar atau meja belajar. Ketika lelah lalu sadar kita belum belajar untuk ujian.

      Ketika tertekan kota butuh fokus. Pikiran tidak bisa fokus kalau ruangan berantakan. Kata dia sih gitu...hehhe

      Delete