Tuesday, May 9, 2017

Kami, Analis Kredit : Susah Disogok Gampang Diracun


Bekerja penuh integritas adalah nilai yang kami, para analis kredit, pegang teguh. Kami menyalurkan kredit kepada anda karena usaha anda layak dibiayai, jaminan anda mencukupi dan yang lebih dari semua itu, karakter anda baik serta bisa bekerja sama dengan hasil yang menguntungkan kedua belah pihak....(beraaattt men...!)

Jadi jangan coba-coba sogok kami dalam bentuk apapun. Drama saling lempar duit dan kejar-kejaran di jalan dengan debitur sering terjadi. Sebabnya, debitunya ngotot ngasih amplop setelah pencairan kredit tapi kami lari menghindar.


"Tidak usah Ko' Chibi Maruko Chan. Bayar tepat waktu saja saya sudah senang."

"Sudah, ambil saja. Ini ucapan terimakasih saya." Ko' Chibi maksa nyelipin amplop di dalam tas. 

Saya merogoh tas dan mengambil amplop lalu mengembalikan. "Tidak usah ko'. Saya takut!"

"Takut sama siapa?"

"Takut sama Tuhan Yang Maha Kuasa." Kemudian saya berlari menyebrang jalan. "Sudah dulu ya, ko' saya mau balik kantor."

Ko' Chibi pantang menyerah, dia menyebrang dan mengejar saya. Saya pun memaksakan badan yang gemuk ini untuk berlari lebih kencang.

"Woy, sabrina. Saya capek nih kejar-kejar kamu."

"Aduh ko' maaf ya. Saya tidak terima yang gitu-gituan. Gaji saya sudah lebih dari cukup." (Dalam hati ngitungin jumlah tagihan pinjaman kredit rumahπŸ˜‚πŸ˜‚)

Lalu saya segera masuk ke dalam mobil kantor dan minta pak driver segera cabut dari sana.

Saya pun tiba di kantor dengan selamat dan bahagia karena target bulan ini tercapai berkat penyaluran kredit kepada ko' Chibi Maruko Chan.

Beberapa menit kemudian, OB kami yang baik hati dan budiman membawakan dua buah kantong plastik besar. Bunyi kresek bergesekan membuyarkan konsentrasi para analis kredit yang sedang serius menghitung kelayakan pembiayaan dalam jumlah milyar padahal lihat duit puluhan juta saja jarang-jarang terjadi.πŸ˜…

"Eh, apaan tuh bunyi-bunyi?" Harap maklum ya, kami memang lemah sama bunyi-bunyian kantong kresek.

Kepala para analis kredit mulai menyembul satu-satu dari balik kubikelnya.

"Eh, eh, ada pizza loh....!"

Dan dalam hitungan tidak lebih dari tiga detik semua beranjak dari kursi dan menyerbu pak OB.

Persaingan ketat dan pertumpahan darahpun terjadi.

"Eh, saya yang ini dong!"

"Minggir, saya belum kebagian!"

"Satu orang satu, jangan dua!"

Bak...buk...bak...buk....

Singkat cerita dua pan pizza large tandas tak bersisa oleh para analis kredit yang kebanyakan merangkap sebagai anak kos.πŸ˜‚πŸ˜‚




"Eh, ini pizza dari siapa ya? Ada yang ulang tahun? Siapa yang ulang tahun?" Salah satu analis kredit bertanya. Biasanya kalau ada yang ulang tahun atau syukuran naik jabatan memang ditodong buat traktir seisi kantor.

"Tidak tahu."

Dan hingga jam pulang kantor yang memberikan pizza siang tadi masih misteri.

"Gawat banget ya kita ini. Lihat makanan langsung makan tanpa verifikasi darimana asalnya. Kalau ada racunnya bagaimana?"

"Iya, kita harus lebih waspada. Lain kali harus tau dulu makanannya darimana."

"Betul, jaman sekarang kejahatan di mana-mana. Bahaya!"

Lalu keesokan harinya, di suatu sore yang sendu, Pak OB datang membawa kantong plastik berisi pisang goreng.

Lagi-lagi, bunyi kantong plastik membuyarkan konsentrasi dan meninbulkan rasa lapar. Dalam waktu singkat semua menyerbu. 

"Eh, sisain dong!"

"Minggir, saya belum kebagian!"

Ketika pisang goreng tandas.....

"Pisang goreng darimana nih?"

Tak ada jawaban. Hingga jam pulang kantor pisang gorengpun tetap jadi misteri πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜….

13 comments: