Sunday, September 2, 2018

Menikah Muda : Yay or Nay



Nay!  😁

Saya menikah di usia 23 tahun.  Itu termasuk nikah muda apa nggak ya?  Patokannya usia berapa sih dikatakan nikah muda itu?  

Baca : 


Bulan September ini saya akan merayakan anniversary pernikahan yang ke 5. Orang bilang itu adalah titik krusial kedua dalam sebuah rumah tangga (setelah tahun ke 3).  Oh em ji.  

Bulan September ini juga saya tengah menantikan kehadiran buah hati saya yang kedua,  dan di bulan September ini juga saya tiba-tiba ingin ikutan writing marathon bertajuk '30 Days September to Rembember' di salah satu komunitas menulis saya 'One Day One Post' . Jadi ya kali ini mau bahas serba-serbi tentang dunia pernikahan. 😁 Boleh kan ya?  Boleh dong! 

Kenapa saya langsung bilang no untuk menikah muda? Apakah saya termasuk golongan orang-orang yang anti terhadap campaign nikah muda?  Tentu saja tidak!  Bagaimanapun juga menikah lebih baik dibanding pacaran.  Apalagi pacaran yang berujung putusπŸ˜‚

Dalam postingan ini saya tidak hendak membahas perkara nikah muda dari sudut pandang agama ataupun medis.  Saya bahasnya dari sudut pandang finansial dan mental. 

Baca :


Saya bilang tidak untuk menikah muda jika kamu masih dalam kondisi di bawah ini :


1. Kalau kamu laki-laki dan belum berpenghasilan. 

Ya iyalah,  mau dikasih makan apa anak orang? Kasih makan cinta?  Emang cinta bisa buat beli telur dan beras yang harganya makin lama makin melambung? 

Selain itu menikah  juga butuh biaya,  sesederhana apapun acara yang akan kamu gelar nanti.  Mau sekedar syukuran atau resepsi mewah,  semua butuh biaya. Mau minta ortu?  Hey,  malu hey!  Kecuali kalau ortu sukarela buat bantu ya.  Ini lain soal. 


2. Kalau kamu perempuan dan sedang menempuh pendidikan. 

Pendidikan yang saya maksud adalah di semua jenjang.  Kalau kamu saat ini sedang kuliah S1 atau S2 lalu ada yang ngajakin nikah,  mending tunggu selesai kuliah dulu.  Karena sesungguhnya kehidupan setelah pernikahan itu tidak sesederhana yang kamu bayangkan.  Kamu sudah memiliki tanggungjawab kepada suami,  terlebih jika langsung punya anak. 

Merawat anak tidak pernah mudah soalnya ini anak manusia bukan anak kucing yang bisa kamu tinggal pergi-pergi. Daripada kuliah keteteran,  mending kamu tunda menikahnya sampai wisuda.  Kecuali kalau kamu sudah mantap memilih menikah dibanding kuliah loh ya. Jika sudah menjadi pilihan,  tidak boleh ada penyesalan kalau habis nikah kuliah gak kelar. 

Walaupun pada kenyataannya ada juga yang bisa membagi waktu antara pendidikan dan keluarga,  meskipun itu jumlahnya sangat sedikit,  saya tetap menyarankan kamu untuk menuntaskan pendidikan hingga selesai dulu. Ingat,  perempuan harus berpendidikan untuk bekal mengasuh anak-anak dan bekal buat diri sendiri.  

Beberapa sahabat wanita saya yang ingin melanjutkan pendidikan S2 harus rela menunggu beberapa tahun hingga anak-anak mandiri baru mulai apply S2 lagi. 


3. Jika Kamu (Laki/Perempuan)  Belum Siap Secara Mental. 

Menikah itu menyatukan dua orang yang berbeda untuk tidur satu ranjang.  Which is dari buka mata sampai mau tutup mata lagi di malam hari kamu akan melihat wajah yang sama.  Lo lagi.  Lo lagi.  Bosan gak sih?  Hahahah.  Sudah lo lagi lo lagi,  eh lo nya nyebelin.  Mau bilang kita break dulu soalnya lagi bosan dan kamunya nyebelin,  eits gak bisa,  soalnya ini nikah my darling,  bukan pacar-pacaran ala Dilan dan Milea lagi. 

Ini nikah,  di mana paling banter kalau kamu lagi sebel sama suamimu hal yang dapat kamu lakukan adalah ngambek seharian dan mogok masak 😁

Belum lagi kalau sanak saudara dan handai taulan ikut nimbrung dalam mengatur masalah rumah tangga.  Ini berlaku kalau kamu habis nikah masih tinggal di pondok mertua indah (including me)  😁.  Mau menyatukan dua isi kepala yang berbeda saja ribet,  apalagi lebih dari dua kepala? 

Pokoknya pikirkan baik-baik lagi. Jangan keburu nafsu dan keburu pertanyaan klise kapan nikah sehingga kamu gegabah dalam mengambil keputusan.  Solah istikharah kalau yang muslim. Menikah bukan perlombaan mengenai siapa yang duluan. Menikah adalah sebuah keputusan maha penting dan proses belajar yang gak selesai-selesai.  Kalau 3 poin dasar di atas sudah bisa terpenuhi, maka jangan ragu untuk menikah.  

Menikahlah sepanjang ada yang ngajakin 😁😁

12 comments:

  1. Hahaha mogok masak tapi gak mogok makan. Emak-emak gak mau rugi eike ciinn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mbak. Hahaha. Habis mogok masak kita jajan di kios sebelah.. πŸ˜†πŸ˜†

      Delete
  2. Lah kalau gak ada yang ngajakin,terus nikah sama siapa mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kayak gitu berarti masih dikasih kesempatan menikmati kesendirian.. 😁

      Delete
  3. Makasiii sharingnyaa aseek wkwkwk

    Anyway salken dr Iput, newbie! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hey Iput. Salken salken opo toh... πŸ˜‘πŸ˜‘πŸ˜‘ apa kabar kamu Iput?

      Delete
  4. Duh, saya dulu umur 20 tahun nikah. Masih kuliah lagi. Udah ada yang ngajakin sih. Hahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah... Berarti termasuk segelintir orang yang bisa membagi waktu menikah dan kukiah dan semuanya beres.. πŸ˜†πŸ˜†

      Delete
  5. Ayo yang belum nikah atau yang planning nikah muda baca ini dulu ya πŸ˜„, Salam kenal Mba Sabrina.

    ReplyDelete
    Replies
    1. πŸ˜†πŸ˜† curhatan dari yang menikah sudah, eh baru nikah 5 tahun

      Delete