Jika Kartini masih hidup dan bukan sekedar tokoh fiktif karangan kompeni mungkin dia akan menulis satu bab sendiri surat yang mengisahkan tragedi Yuyun.
Yuyun itu wanita yang sedang menjemput pelita. Bayangkan, dia sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah menuntut ilmu. Dihadang kawanan pemuda mabuk tuak yang kemudian bikin nyawa dia melayang.
Tentu saja Kartini akan dirundung sedih teramat sangat sebab satu lilin telah padam sehingga gelap semakin menjauh dari terang. Kasihan anak gadis yang diperjuangakan Kartini ini. Tak usah sekolah saja sekalian. Atau kalau mau sekolah yang home schooling sebab jalananpun telah menjadi antah berantah yang dihuni binatang jalang.
Sayang, Kartini sudah tak ada sehingga konsep home schooling yang baru belakangan ini mencuat tidak terjangkau akal budinya. Mungkin jika Kartini masih hidup, ia akan menganjurkan para hawa menempuh pendidikan dengan konsep ini. Itu juga syukur-syukur kalau guru yang mengajar paham mana dosa mana pahala. Kalau tak paham bisa berakhir tragis juga seperti Yuyun. Lebih sadis lagi karena diperkosa di rumah sendiri. Namanya juga home schooling.
Mungkin kalau Kartini masih hidup ia akan menambahkan dalam suratnya beberapa detail. Seperti isi surat untuk nyonya Abendon tahun 1901 ini :
"Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi”. (Namun ingat jika bepergian beramai-ramailah. Membawa sanak saudara para tetangga agar kau terhindar dari fitnah, tipu muslihat dan ada yang bantu kau pecahkan kepala orang-orang yang isinya cuma nafsu hewani. Nanti jika mereka bermaksud jahat padamu di jalan)
Yang di dalam tanda kurung adalah detail yang kemungkinan akan ditambahkan oleh Kartini dalam suratnya.
No comments:
Post a Comment