Sunday, September 10, 2017

Mereka Berkisah Tentang Lelaki Tua yang Berbaring di Atas Salju

Tatyana selalu menyukai salju, bahkan ketika suhu menurun drastis menyentuh minus 20 derajat. Tatyana akan merangsek di ketiakku dan membiarkan rambutnya menari-nari di wajahku, beberapa helai akan menggelitik lubang hidungku. Rambut Tatyana beraroma lily sejak pertama kali aku mengenalnya.



"Aku akan membuat api di tungku dan menaruhnya di samovar." Tatyana selalu bersemangat ketika salju mulai turun. Di awal pernikahan kami ia merayakannya dengan menyalakan tungku dan memastikan samovar kami tidak pernah kehabisan teh panas beraroma melati. Ia juga akan membuat kue jahe tula dengan resep yang diwariskan oleh neneknya. Rumah kami hangat bahkan saat di luar sana salju sudah menumpuk 16 inchi.

Ketika Moskow mengalami urbanisasi dan anak-anak tumbuh remaja, tungku kami berubah menjadi pengahangat ruangan yang praktis, tetapi Tatyana masih saja suka menelusup di ketiakku. 

"Aku tidak bisa menemukan kehangatan yang seperti ini, Sergey," ujarnya ketika aku mulai protes karena saat dia meringkuk di ketiakku maka praktis tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain membelai rambutnya.

Pernikahanku berumur 43 tahun saat Tatyana menyerah pada kanker. Sudah 3 kali musim dingin kulalui tanpanya. Tidak ada teh melati, tidak ada kue jahe tula, tidak ada aroma lily lagi. 

Aku sempat melihat ke arah termometer yang menunjukkan minus 10 derajat tadi pagi. Anak-anak kami sudah dewasa dan meninggalkan rumah. Mereka hanya akan datang beberapa kali dalam setahun. Di saat-saat seperti inilah kerinduanku pada Tatyana membucah. Di saat-saat salju turun seperti ini. 

Aku melihat kepingan salju meluruh satu-satu dari langit pekat. Kenangan tentang Tatyana yang berlarian mengejar Ivan untuk disuapi makanan berkelebat, kenangan saat Tatyana memeriksa kue jahe di oven dan Igor menggelayut di kakinya melintas, kenangan tentang air mata yang menderas dan membuat hidungnya merah, kenangan tentang perlengkapan minum teh kesayangannya yang kubanting hingga lantak di lantai. Ia memergoki perselingkuhanku dan aku marah.

Aku marah pada gadis berambut merah berpipi montok yang membuatku jatuh cinta sedemikian gila tapi tidak bisa membuat teh senikmat Tatyana, aku marah pada waktu-waktu di mana Tatyana mendiamkanku dan memunggungiku di tempat tidur, aku marah atas kesabarannya menghadapiku. Aku marah karena anak-anakku tetap melihatku sebagai ayah paling baik di muka bumi. Tatyana menggerogoti amarahnya seorang diri dan aku sibuk marah pada diriku sendiri.

Tentang tahun-tahun yang berlalu tanpa tubuh Tatyana yang menelusup ke ketiakku, tentang kebesaran hati yang memaafkan perselingkuhan, tentang kesempatan kedua yang ia berikan, tentang pilihannya untuk tetap bertahan dan menyelamatkan masa depan anak-anak kami dari perceraian orang tua mereka. 

Tahun-tahun yang tak pernah sama lagi dalam pernikahan kami. Aku dengannya seperti dua orang asing ketika berpapasan di ruang makan. Tatyana dengan jelas menunjukkan betapa ia bergidik saat tanganku tak sengaja menyenggol lengannya di dapur. Tapi sedetik saja ia bisa berubah. Seperti matahari yang melelehkan salju. Ia akan menghangat dan memeluk mesra tubuhku saat Igor dan Ivan telah bersiap di meja makan. 

Kalau ada yang bisa membuat Tatyana kembali seperti dulu, itu adalah kanker. Kanker yang menggerogoti tubuh rupanya juga telah melunakkan hatinya. Ia kembali menelusup di ketiakku saat musim dingin tiba setelah dokter memberinya vonis stadium 4.

"Aku tahu kanker ini cepat atau lambat akan membunuhku. Aku benci padamu, tapi aku tidak ingin mati tanpa mengingat bagaimana hangatnya tubuh suamiku." Aku diam dan membelai rambut Tatyana yang tetap menguarkan aroma lily meski telah berwarna seperti salju. Ia meninggal dalam dekapanku. Menyisakan lubang menganga di hatiku.

Tatyana dan salju adalah kehangatan yang pernah pergi. Aku merasakan musim dingin menahun saat Tatyana menghukumku. Aku memejamkan mata lalu lamat-lamat mendengar suara Ivan berteriak, "Ayah, apa yang kau lakukan dengan berbaring di atas salju seperti itu?"

Mereka sudah datang untuk merayakan tahun baru. Anak dan cucu kami.

8 comments:

  1. Keren. Saya belum bisa bikin setting di luar mbak...
    Pasti bacaannya keren keren nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete

    2. Bacaan saya novel2 romance belakangan ini kok mbak. Ide ini saya dapat dari googling dengan keyword 'surealis' lalu ketika melihat salju saya langsung kepikiran Rusia. Lalu saya googling lagi 'musim dingin di Rusia' yang membuat saya bisa tahu apa yang orang2 Rusia lakukan saat musim dingin, terakhir googling 'nama2 orang Rusia' dan menemukan Tatyana di sana 😁😁😁 sesimpel itu Mbak.😂😂

      Saya juga masih tertatih2 soal setting..😭😭😭

      Delete
  2. Replies
    1. Kamu juga keren anak muda...😁

      Sudah selesai skripsinya?

      Delete
  3. Ivan. Aku jadi inhai sama pamannya Dominika. 😅 r

    ReplyDelete
  4. Kereeen! tips buat settingnya oke mbak, bisa saya tiru. salam kenal

    ReplyDelete