Alhamdulillah saya telah melahirkan anak kedua saya pada hari Sabtu tanggal 15 September 2018 dengan proses bersalin normal sehingga 2 hari pasca melahirkan sudah bisa jalan-jalan ke KFC sama kakak Ahmad. KFC nya di samping Siloam.
Oh, ya saya melahirkan ke dua ini di RS Siloam Manado di mana waktu pertama lahiran di RSIA Permata Bunda Manado. Bagi yang tinggal di Manado dan sekitarnya, insya Allah saya akan buat perbandingan pelayanan bersalin antara RS Siloam dan RSIA Permata Bunda pada postingan berikutnya.
Pada postingan kali ini saya hendak merayakan segala hal yang saya rasakan saat ini. Punya bayi kedua, penyembuhan jahitan pasca melahirkan yang alhamdulillah baik, mood yang terjaga, stamina yang terkondisi.
Saya amaze pada diri saya sendiri yang telah melalui semua proses ini tanpa banyak drama seperti pada pasca persalinan pertama. Pasca melahirkan Kakak Ahmad saya terserang baby blues yang cukup parah. Padahal proses persalinannya sendiri saya rasa lebih mudah waktu persalinan pertama. Di mana saya pendarahan jam 12 malam tanpa kontraksi, merasakan kontraksi hebat jam 3 subuh dan Kakak Ahmad lahir jam 04.30.
Nah, untuk Alham (oh ya nama anak kedua saya Alhamπ), kontraksinya terasa mulai tanggal 14 malam. Udah keluar flek. Flek makin banyak di tanggal 15 subuh lalu pada jam 6 meluncur ke RS masih pembukaan 1. Jam 9 dicek masih bukaan 2. Suster yang jaga santai-santai dong ya. Bahkan dokter kandunganku masih sempat praktek di RS lain dulu karena pikir mereka saya lahirannya palingan sore menjelang malam.
Tak dinyana. Jam 12 siang sakit makin intens. Saya minta suster periksa bukaan saya tapi susternya suruh saya sabar dan tunggu dokter periksa jam 2. Lalu dengan menahan sakit dan kesal saya bilang, saya sudah gak tahan, dan sepertinya sudah ada yang ngalir-ngalir. Suami saya datang gantian sama Ibu saya yang jaga sejak subuh. Pas datang masih saya suruh beli susu dulu soalnya belum ada makanan yang masuk dalam tubuh kecuali air putih sejak semalam.
Pas suami balik beli susu, susternya suruh suami saya buat persiapkan seluruh perlengkapan bayi (baju, celana, diaper etc), suami bingung dong ya karena setahu dia lahirannya diprediksi sore.
Saya masih sempat dengar suami bertanya bingung apakah sudah mau lahiran? Dan dijawab dengan tergesa-gesa oleh suster jaga bahwa ya, sebentar lagi saya lahiran karena bukaan saya sudah lengkap.
Tak berapa lama dokter datang. Saya melalui proses mengedan yang cukup menyakitkan. Mengedan dalam berbagai posisi pula. Miring dan terlentang. Posisi Alham di kandungan masih tinggi sementara napas saya pendek. Dokter menambahkan cairan induksi lewat infus. Waktu persalinan pertama saya juga ditambah induksi. Akhirnya jam 12.45 WITA Alham lahir ke duni dengan berat yang bikin dokter kandungan saya geleng-geleng. "Ibu makan apa sih?" ceritanya waktu konsultasi 1 minggu sebelumnya berat janin sudah 3200 gr dan dokter sudah menyuruh saya makan sekedarnya saja hanya untuk menghilangkan lapar. Jangan lebih. Nanti berat debay besar. Eh, pas lahiran beratnya 3612 gr. Padahal saya makan nasi aja kok.. π
π
Bagian yang paling menakjubkan dari selurih proses ini adalah, saya alhamdulillah tidak mengalami baby blues. Saya menangani anak kedua saya ini full sendiri mulai dari memandikan, menjemur, merawat tali pusarnya, meninabobokan, tanpa bantuan ibu saya. Ibu saya handle kakak Ahmad aja kalau saya lagi rempong.
Ibu saya sampai terheran-heran, bisa kamu mandikan bayi? Secara waktu Ahmad benar-benar full dimandiin sama Ibu saya tiap hari. π
Alhamdulillah ASI juga lancar meski sampai hari ke 3 masih ditambah sufor 60ml per harinya. Pokoknya semua seolah dimudahkan setelah saya melaui masa kehamilan yang cukup berat. Ya, berat karena kehamilan kedua begitu mendadak. Suami sih sudah pengen tambah anak tapi secara mental saya belum siap. Ahmad masih kecil. Setidaknya menurut saya dia masih kecil dan belum siap dengan konsep berbagi. Hal ini awalnya membuat saya justru bersedih dengan kehamilan itu. Morning sickness saya lebih parah. Beberapa kali terserang flu (padahal waktu hamil Ahmad gak pernah sakit).
Semoga kehadiran Alham menjadi ilham buat saya seperti makna namanya. Menjadi ilham untuk berubah ke arah yang lebih baik, baik sebagai ibu, maupun sebagai istri. Amin.