Ia berjalan dengan penuh percaya diri menuju sebuah rumah. Kepalan tangannya menggenggam erat sebuah tas jinjing yang besarnya cukup untuk memuat tiga pasang baju. Ia sudah mengukur akan tinggal selama tiga hari. Kawasan tepi laut sudah banyak berubah. Dulu orang-orang menyebutnya kampung nelayan, sekarang orang-orang menyebutnya boulevard karena pantai telah ditimbun dan jalan-jalan telah dilapisi aspal.
Tanpa ragu kakinya melangkah. 10 tahun tidak mengubah apapun kenangan tentang rumah itu kecuali terasnya kini berbatasan dengan aspal dan bukannya pasir pantai. Ia tersenyum pada seorang gadis yang ia tahu pasti umurnya 15 tahun.
“Mama ada di rumah?” tanyanya.
Emma, nama gadis itu, mengangguk. Alisnya mengerut demi memandang wajah pria asing di hadapannya. Ia baru saja akan memanggil Mamanya namun lelaki itu mendahului dan melangkah masuk.
Ia mendapati seorang wanita paruh baya memunggungi pintu dapur dan menghadap wajan panas. Bunyi sesuatu digoreng meredam degup jantungnya. Ia memutuskan mendekat dan menyentuh pundak wanita tersebut.
“Sebentar lagi ikannya masak. Tunggu saja di meja makan. Kenapa jam begini sudah kembali? Apakah tidak ada ikan di pelelangan?” Suara yang masih sama. Intonasi yang masih sama. Seperti halnya laut yang tetap biru dan tidak berubah oleh reklamasi, 10 tahun juga tidak mengubah apapun pada diri wanita itu.
“Aku rindu makan ikan goreng buatanmu.” Lelaki kulit coklat itu menyahut.
Tangan si wanita menjadi kaku. Segala kegiatannya menggoreng ikan terhenti. Bahkan, rasanya ia ingin berhenti bernapas saat itu juga.
Secepat kilat punggungnya berbalik. Dan mata coklat yang menurun pada Emma itu menumbuk mata si lelaki. Bibirnya yang merah meski sedikit keriput membuka karena terkejut mendapati suaminya, yang harusnya sudah mati dalam kerusuhan 10 tahun yang lalu, berdiri tegap penuh hasrat seperti ingin melumatnya.
#tantangankelasfiksi4
#OneDayOnePost
End
#tantangankelasfiksi4
#OneDayOnePost
kereeeeen...
ReplyDeleteTerimakasih sudsh mampir, Mbak..π
DeleteBikin bersambung dunk, mba :D
ReplyDeleteIni sebenarnya buat cerpen eksperimental, tapi idenya mentok di sini e....hahha. nggak tau kelanjutannya bagemana,Mak...
DeleteSetuju.. ini keren dan sebaiknya dibikin bersambung..π
ReplyDeleteSaya akan bertapa untuk memikirkan kelanjutannya...
Delete#pasangikatkepalaππ
Allaaahhhh....inii kereeenn sekalii, Kaakπππ
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir Mbak Hikmah...π
Deletemantaaap jiwaaa
ReplyDeleteKamu juga keren, duhai anak muda yang telah menemukan ciri khas dalam menulis! Hahaha π
Delete"Kompor Gas!" Kata Pakde Indro.
ReplyDeleteDua jempol untuk Mbk Sabrina.
Kamu juga kompor gas Mas Heru!!!!
ReplyDelete10
ReplyDeleteMakasih uncle...πππ
DeleteKeren euy ceritanyaaa...sukaaππ
ReplyDeleteTerimakasih atas kunjungannya mbak Tita. Mbak Tita juga keren!!!
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWow... Oke.. Bahkan aku bacanya sampai menikmati setiap kata yang ditulis.
ReplyDeleteHalo mbak April. Senang sekali dikunjungi...ππ
DeleteSelalu keren lah Mak Sab
Delete