Kebetulan saya lahir dari rahim ibu saya yang bukan penulis. Tapi beliau adalah seorang pembaca yang tangguh. Semua buku dibacanya. Termasuk diktat kuliah adik saya ketika dia jalan-jalan ke Bandung mengunjungi putra semata wayangnya itu. Perlu diketahui adik saya mengambil jurusan Teknik Fisika dan dapat dipastikan diktat kuliahnya bukanlah bacaan yang menarik 😁. Tapi demi membunuh waktu menunggu adik saya balik kos, Ibu pun membacanya. Seandainya saja saya lahir dari rahim seorang penulis apakah ada yang menjamin bahwa hari ini saya akan gemar menulis? Saya rasa tidak.
credit |
Penulis tidak pernah dilahirkan. Dia diciptakan oleh lingkungan. Saya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat gila membaca. Untuk hal tersebut saya dan adik saya rela menyisihkan uang jajan kami demi dapat membeli komik di Gramedia yang harganya lumayan untuk kantong pelajar di masa itu.
Kemudia ketika saya mengetahui ada toko buku bekas di kota saya, maka saya langsung jatuh cinta pada toko tersebut. Pun ketika saya mengetahui ada suatu tempat bernama Kwitang di Jakarta sana yang menjual buku bekas dengan sistem kiloan. Waktu mendapat kesempatan ke Jakarta bersama keluarga, Ibu mengijinkan saya membawa koper kosong. Pulangnya penuh terisi buku bekas dari Kwitang.
Lingkungan inilah yang saya rasa sangat berkontribusi terhadap hobi saya. Saya belum berani menyebut menulis adalah profesi untuk saya, karena saya belum mengerjakannya secara profesional. Saya lebih senang menyebut menulis sebagai hobi, media relaksasi, 'me time'. Saya benar-benar sudah sangat bahagia hanya dengan memikirkan akan menulis sesuatu. Baru pikir saja sudah bikin bahagia loh!
Bapak BJ. Habibie, sepeninggalan istri tercinta menjadi begitu terpuruk. Ia lantas disarankan untuk menulis demi mengobati kesedihannya itu. Lihat apa yang dapat dihasilkan oleh sebuah tulisan dari seseorang yang mencinta? Insspirasi yang tidak berhenti. Tulisan yang kemudian menjadi buku itu menginspirasi begitu banyak orang. Ketika diangkat ke layar lebar, ribuan orang rela mengantri membeli tiket nontonnya. Lihatlah apa yang dapat dilakukan oleh sebuah tulisan ketika perkataan maupun ekspresi tidak cukup mewakili.
Memiliki hobi menulis bukanlah warisan. Jadi siapapun bisa mencoba tanpa perlu takut tidak kebagian warisan. Menjadi penulis tidak diturunkan secara genetis jadi siapapun bisa melakukannya.
Jika pun tidak ingin melakukannya tidak mengapa. Bahagia dapat diperoleh dengan banyak cara. Seperti suami saya yang jangankan bisa menulis, menamatkan satu cerpen saja tidak pernah, tapi sangat bahagia jika berenang atau nonton moto gp. Intinya, jangan menghalangi dirimu untuk berbahagia. 😁😁😁
(Tulisan ini untuk menjawab tantangan menulis dengan tema 'born to be writer')
#OneDayOnePost
Wow...kwitang itu kok bikin lope lope
ReplyDelete😁
ReplyDelete