Mungkin mama jatuh pingsan dan terbangun untuk kemudian jatuh pingsan lagi. Saat kali terakhir mama terbangun rumah tampak lengang. Kau sudah disemayamkan dan para kerabat sudah selesai berduka cita.
Pic. was Taken from here |
Hati ibu mana yang sanggup menanggung penderitaan ini, Ellena? Melihat anak sendiri dalam balutan kain putih bernama kafan. Tidak ada lagi yang tersisa dari dirimu selain foto berpigura yang membingkai senyum lebarmu. Foto underwater ketika kau diving di segala penjuru dasar laut di Indonesia yang paling mendominasi. Disusul foto-foto Raffa dari saat umurnya masih satu hari hingga empat tahun saat ini. Disusul foto pernikahanmu. Mama lupa dulu kau pernah sebahagia itu.
"Mama, maafkan Raco,"
Pemuda itu lagi. Kau tahu Ellena? Dia sudah kembali. Dia yang menandu kerandamu kemarin. Pemuda yang bersamamu selama dua tahun kemudian memberi luka di tiga tahun berikutnya.
Raco berlutut dan menyentuh kaki Mama yang terkulai di sisi ranjang. Mama melihatnya dengan satu mata mama yang masih berfungsi. Dengan satu mata saja sebenarnya mama bisa melihat kesedihan yang tergantung di wajah yang kau kagumi ketampanannya itu.
"Untuk apa kau masih di sini?"
Mama ingin sekali mengusir Raco. Seperti yang telah dia lakukan padamu, Ellena. Tiga tahun yang lalu.
"Maafkan Raco, Mama. Kalau Mama mengijinkan Raco ingin membawa Raffa."
"Apa kau bilang?!" Mama tersentak dan refleks berdiri membuat Raco terjengkal dan terduduk di lantai, "Setelah tiga tahun dan kau ingin membawanya?"
Mama kehabisan kata untuk melanjutkan. Dari ambang pintu yang terbuka mama bisa melihat Raffa duduk di sofa. Dipangkuannya terdapat tablet yang kau belikan. Dia pasti sekarang sedang melihat gambar peta dunia.
Lelakimu ini ingin membawa Raffa. Apakah dia lupa dulu dia pernah mencampakkan anak itu? Disertai tuduhan-tuduhan bejat terhadapmu. Bagaimana mungkin anak dara mama semata wayang mengandung anak yang bukan dari suaminya? Bagaimana bisa Raco begitu buta mengenali mata sipit dan lesung pipi pada Raffa adalah duplikat dari dirinya? Bagaimana Mungkin orang yang kau pilih sebagai suami ini berlaku setega itu padamu hanya karena Raffa terlahir dengan membawa kelainan?
"Ini autisme, Mama. Bukan kelainan. Ini keunikan dari Tuhan. Raffa bisa saja belum bisa bercakap-cakap di usia empat tahun, tapi Raffa sudah hafal seluruh nama negara di dunia bahkan hanya dengan melihat bentuknya di peta. Bukankah ini keajaiban, Ma?"
Kalau benar keajaiban, kenapa ini lebih banyak menimbulkan luka dalam hidupmu, Nak?
"Kita akan membawa Raffa berkonsultasi pada ahlinya. Ellena sudah dikenalkan dengan spesialis tumbuh kembang anak terbaik di Singapura. Ellena sedang menabung. Doakan tabungannya cukup tahun depan."
Tahun yang kau maksud itu sudah tiba. Kau sudah memesan tiga tiket PP Singapura. Kau sudah mengambil cuti panjang di awal tahun. Kau sudah menyelami laut Maluku di sela-sela dinas luar kotamu.
Tiga hari yang lalu kau makan dengan lahap, membeli banyak baju untuk Mama dan Raffa. Lalu keesokan harinya kau pingsan. Hanya dua jam di rumah sakit kemudian kau pergi. Pecah pembuluh darah di otak adalah penyebabnya.
Lalu orang-orang mulai berspekulasi tentang hobi diving kita. Hobi yang telah merenggut sebelah mata mama, katanya juga berkontribusi terhadap kematianmu. Orang-orang mulai membicarakan tentang bahaya terbang setelah menyelam. Orang-orang mulai sok tahu tentang tekanan dasar laut dan tekanan dalam pesawat.
"Ijinkan saya membawa Raffa." Raco kembali memohon.
"Tidak! Raffa bukan anakmu. Kau sudah mengatakan itu tiga tahun yang lalu saat menceraikan Ellena. Pergi saja kau sekarang sebelum kesabaranku habis!"
"Tapi, Ma..."
"Dan jangan panggil saya mama. Cepat pergi dan jangan pernah kembali lagi."
Mama berjalan menunjukkan Raco pintu keluar. Langit sudah gelap. Ini malam pergantian tahun, Ellena. Bukankah kau selalu suka kembang api?
"Ma, Raco minta maaf atas segala yang terjadi antara Raco dan Ellena."
"Saya sudah memaafkanmu. Tapi, tolonglah Raco, jangan pernah kembali lagi. Sampai kapanpun."
Mama saja sudah cukup untuk menanggung penderitaan yang dunia berikan padamu. Mama dan Raffa saja sudah cukup. Tidak perlu orang lain.
Raco berjalan di bawah gerimis hujan dan desingan kembang api. Mama harap dia pergi dari kehidupan Mama dan Raffa selama-lamanya, meskipun Mama tahu kamu selalu mengharapkannya pulang.
Ini malam pergantian tahun, Ellena. Seharusnya kau melihat bagaimana gerimis berpadu dengan letupan kembang api tahun ini.
Keren mba
ReplyDeleteEh, makasih mbak irma, sudah sudi mampir 😊😊😊
Deletewaduuh...
ReplyDeleteini kereen banget, aku membacanya saja merinding...
konflik berlapis yang berpadu dalam satu cerita di awal tahun...
tugas berat membedah tulisan ini...
:I
Hahah...saya tunggu kripik pedasnya, kang...😁
Delete