04/06/2012
Lobi Wisma Raharja,Cilandak.
Jarum
panjang melangkah pelan dan berhenti di angka sembilan berusaha
mengimbangi langkah jarum pendek yang diam mematung di angka sebelas.
Tekstur
dinding dan lantai lobi wisma yang serupa. Pecahan-pecahan batu, entah
marmer entah pualam. Batu tidak pernah mengambil alih perhatianku
sedikitpun.
Ada anak kecil berbaju merah di jaga baby
sitter nya. Di depan sana pak Satpam sesekali memandang curiga mendapati
saya duduk diam di satu titik tanpa beranjak sejak satu jam lalu. Dalam
hati saya hanya membatin geli ‘ tenang pak, Saya tidak bawa bom dan
tidak bermaksud jahat sama sekali’
Tadi pramu saji stand
kopi bermerk Torabika menawarkan secangkir Cappucino padaku “silahkan
kak kopinya. Ini ada choco granule nya silahkan di taburkan di atasnya.
Gratis ko’ Kak”. Saya menerima dengan senyum yang sehangat kopi di
cangkir kertas itu. ‘terimakasih’
Melejit jauh ke lantai
6. Ada kamu di sana. Di salah satu ruangan entah dimana. Saya tahu kamu
sedang gelisah. Karena menghadapi kertas di mejamu kah? Atau karena tahu
saya sedang menunggu di lobi wisma? Tenang saja. Saat kamu turun ke
lobi kamu akan mendapatiku tetap pada titik ini. menunggumu...
Pusat gravitas.
Bumi yang mengedar pada matahari,galaksi yang mengedar pada black hole. Aku yang mengedar padamu.
Tidak
kutemukan tempat yang sesejuk ini, tidak pernah kudapati hati setentram
ini. mungkin kamu tidak merasakannya, atau kamu bahkan merasa
kebalikannya. Tapi bagiku punggungmu yang berjalan mendahuluiku adalah
tempat terkokoh untuk menopang, bagiku lengan yang keras itu tempat
bersandar yang paling nyaman. Entah bagimu....
Masih menunggu...
Di
satu titik yang kamu tau aku sama sekali tidak akan beranjak semilipun
sebelum melihatmu. Melihat senyummu yang kadang mengejek jahil,
mendengar suaramu yang berat dan serak. Mengindra seluruhnya yang ada
pada dirimu.
Jarum panjang sudah membalap ke angka dua belas.
Saya harap satu jam lagi segera usai..
No comments:
Post a Comment