Image by Google |
Bagaimana saya hendak mengabarkan pada janji-janji masa lalu tentang pengkhianatan ini?
Bagaimana saya akan menyombongkan diri lagi pada jarak yang sekarang saya takluk dan menunduk padanya?
Ya, jarak yang menjadi niscaya terhadap perbedaan ruang dan waktu itu
Kau tetap terindahh asal kau tau.
Kau memiliki segala refleksi humanitas khayalan-khayalan yang saya ingin melihatnya nyata pada sesosok manusia.
Kau memiliki semangat yang membuncah-buncah mengalahkan lahar di gugusan merapi.
Maaf...aku tak bisa mematuhi gravitasi di bumi tempat kita pernah sama-sama berpijak dulu.
Aku lemah, mengulang sifat nenek moyangku Hawa yang dicengkram nafsu. Maka itu ia bersebutkan hawa nafsu.
Di ujung jalan cahaya yang kau titikan itu aku tahu dan yakin, sosok indah bidadari yang kau ingin refleksikan pada makhluk bernama manusia ada di sana.
Bidadari-bidadari surga.
Wanita yang bidadari pun iri padanya.
Aku memanjatkan doa bagimu demikian.
Biarlah waktu memudarkan janji-janji masa lalu itu.
Biarkan keterbatasan memori membuatnya usang.
Untukmu, tentara Tuhan.
No comments:
Post a Comment