Sunday, November 11, 2018

Rahmawati Kekeyi Putri Cantikka dan Stigma yang Berhasil dipatahkan

Ayo acung tangan yang ketagihan nonton vlognya Kekeyi,  beauty vlogger yang lagi fenomenal karena tutorial 25k make up challenge,  dimana doi menggantikan beauty blender dengan balon!


Nonton vlog Kekeyi di sini

Saya baru nonton mungkin sekitaran 4 sampai 5 video dari seluruh video yang sudah diuploanya (ada 39 video),  tapi sebagai emak-emak update yang lagi leyeh-leyeh menikmati cuti melahirkan saya lumayan sering menonton Kekeyi di TV.  Gimana nggak,  wong dia muncul di beberapa talk show kesayangan kok (Rumpi,  Hitam Putih dan Brownis) πŸ˜‚πŸ˜‚ ketahuan banget tontonan gue..

Btw,  saya akan nyicil nonton ke 39 videonya di sela-sela jam menyusui dan memandikan Al ataupun di sela-sela jam menyuapi Kakak Ahmad.  Saya janji Kekey, saya adalah salah 1 big fan kamu soalnyaπŸ˜‚πŸ˜‚

Beauty Vlogger sendiri sebelumnya adalah sekumpulan wanita syantik yang gemar bikin review tentang produk skin care atau bikin video tutorial make up dengan dengan berbagai tema.  Make up kondangan,  make up wisuda,  make up Lebaran,  cam macam lah.  Syarat tidak tertulis yang mutlak dimiliki seorang beauty vlogger adalah CANTIK,  bahkan ketika mereka tanpa make up sekalipun. Bikin iri dan bikin pengen beli racun-racun yang habis direview mereka.  Setiap habis nonton review produk pasti tergoda beli dengan harapan wajah bisa secantik mereka.  Hufttt... 

Nah,  Kekeyi,  sebagai seorang beauty vlogger telah mematahkan stigma yang terbentuk di kalangan masyarakat selama ini.  Dia unik,  dia memiliki standar cantik yang berbeda dengan standar yang diciptakan selama ini. Dia berkemauan keras,  dia persisten,  dia pantang menyerah. 

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kemauan keras Kekeyi.  Ketika dia tidak punya kamera pro untuk syuting,  dia pakai kamera hp seadanya.  Ketika dia tidak punya lighting,  dia pakai senter.  Ketika dia tidak punya beauty blender,  dia menciptakan DIY beauty blender yaitu balon ulang tahun. πŸ˜‚πŸ˜‚

Semua orang lalu bertanya,  kenapa dia begitu percaya diri untik tampil depan kamera dan mengupload keseluruhan proses make overnya saat semua standar yang harus dimiliki seorang beauty vlogger tidak ada di dia.  Ternyata pengalaman hidup yang membuatnya demikian tough.  Dulunya dia kerap dibully oleh teman-teman SMA dengan cercaan khas body shaming; pendek,  jelek,  gendut.  Benar-benar ya!

Memang, terkadang kita butuh suatu peristiwa yang tragis untuk dapat bangkit dari keterpurukan.  Kekeyi berangkat dari peristiwa pembulian untuk kemudian berani tampil percaya diri menjadi beaty vlogger dengan jumlah peningkatan subscriber tercepat.  Sehari yang lalu saya tengok baru 160K subscriber tadi subuh sudah 200K. Dan hanya bermodalkan make up-make up serta peralatan seadanya yang murah-murah. 

Berarti,  kita butuh suatu peristiwa tragis sebagai momentum kebangkitan?  Tentu saja tidak. Bersyukurlah karena kita cukup belajar dari pengalaman hidup orang lain. Kalau kita merasa hidup lempeng-lempeng aja,  bersyukurlah karena kita tidak pernah mengalami dibully sampai nangis-nangis di toilet seperti Kekeyi.  

Pelajaran lain yang dapat diambil dari fenomena Kekeyi adalah berkemauan keras.  Tidak down karena cemoohan.  Kalau kita ibu rumah tangga,  singkirkanlah pikiran bahwa ibu rumah tangga sudah kodratnya mengabdi hanya pada urusan dapur,  kasur dan anak turunan.  Tidak!  Ketika menikah wanita kerap kehilangan jati diri karena berbagai label dan standar yang disematkan padanya.  Harus 24 jam non stop buat anak,  harus 24 jam non stop di rumah,  harus saklek mengikuti perkataan suami tanpa ada kesempatan berdiskusi dan menjadi diri sendiri.  Itulah kenapa wanita,  terlebih yang telah berumah tangga,  rentan terhadap stres.  Ketika tidak bisa mencapai standar orang lain dia stres,  ketika anak sakit dia terpuruk dan menyalahkan diri,  ketika anak lambat menyerap pelajaran sekolah rasa bersalahnya menggunung.  Memang,  semua hal yang terjadi pada anak adalah tanggungjawab orang tua,  tapi perlu diingat, anak  adalah individu yang terpisah.  Dia bukan robot yang didesain dengan bahasa program yang kita inginkan. Jangan menggunakan standar orang lain,  jangan membeo pada stigma yang terbentuk di masyarakat.  Buatlah standar kebahagiaanmu sendiri.  Patahkanlah stigma yang sudah ada. 

Hal ini tentu saja bukan hanya terjadi pada ibu rumah tangga.  Ibu bekerja pun kerap dibayang-bayangi label dan stigma. Ibu bekerja bukanlah ibu yang sepenuhnya,  ibu bekerja tak punya hati karena menitipkan anak pada pengasuh,  ibu bekerja seenaknya saja memberi sufor tanpa mempertimbangkan keutamaan ASI.  And so on.  Tanpa pernah orang lain menyadari bahwa mungkin sebagian besar penghasilan keluarga masih ditopang oleh ibu pekerja,  bahwa mungkin dia setengah mati pumping ASI tapi hasilnya tak memuaskan. 

Kadang kita begitu sibuk memenuhi standar yang dibuat orang lain dan begitu sibuk mengikuti stigma yang telah terbentuk di masyarakat hingga lupa pada potensi diri,  mengubur dalam-dalam cita-cita yang pernah ada,  lebih parahnya lagi jika lupa bagaimana caranya bahagia. 

Bagi Kekeyi,  make up adalah sumber kebahagiaannya,  sedangkan menjadi beauty blogger bisa jadi adalah target atau passion atau katakanlah cita-citanya.  Maka dia mengusahakan segala source, daya dan upaya untuk mencapainya meski banyak yang mencemooh. 

Kalau kamu ibu rumah tangga yang telah mengubur dalam-dalam passionmu,  maka mulai sekarang kerjakanlah,  usahakanlah di tengah keterbatasan tanpa harus melalaikan kewajiban.  

Kalau kamu ibu bekerja yang selalu merasa bersalah menyerahkan perawatan anak pada pengasuh,  maka hapuskanlah pikiran-pikiran seperti itu.  Berbahagialah karena kamu dapat bekerja dan dapat mempekerjakan orang lain untuk urusan domestikmu.  Mungkin saja orang itu tidak punya keahlian lain selain perkara domestik, sehingga sangat bersyukur dapat bekerja padamu. 

Intinya sih.. Berbahagialah sebagai apapun kita sekarang.  😁

Friday, November 2, 2018

Bukit Doa : When in Doubt Climb The Hill



Since we have our 2nd born,  it is almost impossible for us having some journey or vocation.  My toddler (3,5yo) is so hyperactive, thanks God my husband's bussiness running great but that's make him busier than ever.  I am still having my maternity leave until December but all i do is just stick around the baby.


Even going for some window shopping to the near mall we couldn't make! 


Two weeks ago my mother in law came from Makassar with her relatives. They stayed in Manado for a week helping us prepared anything for our new born's aqiqah ceremony. 


In the end of their visit my husband decided to make some vocation. Brought his mother and the relatives too. When he asked about the place we should go,  i suggested Bukit Doa and Danau Linow.


Bukit Doa is located in Tomohon. It takes 45 mins to 60 mins to drive from Manado. To go to Tomohon city you can get public transportation from Manado.  But i wont suggest you to get public transportation to go to Bukit Doa.  Bukit Doa its self is not located at main road of Tomohon City while the public transportation just pass the main road so that you have to continue with 'ojek'. You better rent a car.  You can get the rental car arroun Taman Kesatuan  Bangsa or simply reach me via email (i will put my email below).

Picture was taken from here


Bukit Doa is really great destination in North Sulawesi. You should put it to your bucket list right after Bunaken and Lihaga Island. 




When Bunaken gives you under water view,  Lihaga delivers to you beautiful beach view, Bukit Doa will give you Mount Lokon view.  I couldn't shout my mouth up.  I keep yelling 'whooaaah... Whoaaahhh'. 

The are two ways go to the hill. First, You can walk through the stairway called Jalan Salib (Cross Road) .  You can enjoy the story about Jesus. There are many statues picturing the sacrifice of Jesus.

Picture was taken from here


Picture was taken from here


Picture was taken from here


Second,  you just simply drive to the hill and enjoy the scenery with only IDR 30K / pax include a cup of coffee or tea.

Enjoying the coffee




Inside Amphitheater




In front of chapel of mother mary


Chapel of mother mary


Boys talk


Mount Lokon view


Mount Lokon View



PS : 

reach me on ;
mail:  sabrina.lasama@yahoo.com
ig :sabrinalasama
fb : sabrina anggraeni lasama